Home » Antrean Beras Murah: Solusi atau Masalah Baru?

Antrean Beras Murah: Solusi atau Masalah Baru?

by fara dama
2 minutes read
Mendag Zulkifli Hasan mengunjungi retail modern Transmart Cempaka Putih dan Transmart Kota Kasablanka melihat kondisi beras di pasar modern.

ESENSI.TV - JAKARTA

Langka dan kenaikan harga beras membuat warga rela mengantre untuk mendapatkan subsidi beras bulog dan bahan sembako lainnya, seperti yang terjadi di kawasan H. Berit Jakarta Barat.

Beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) ini menjadi pilihan alternatif sejumlah konsumen di tengah melonjaknya harga pangan. Terlihat antusiasme masyarakat yang rela mengantre untuk mendapatkan beras dan bahan pangan dengan harga miring.

Beras SPHP 5kg dijual Rp53.000 sedangkan beras premium Rp69.500 untuk gula manis kita Rp17.000 dan Minyak goreng Rizky Rp14.000.

Selain di Jakarta, di Pasuruan, Jawa Timur masyarakat rela antre 3 jam demi mendapatkan beras murah. Di Mamuju, Sulawesi Barat, Mataram, NTB, Samarinda, Kaltim dan Mandailing Natal, Sumbar kejadian serupa dirasakan masyarakat.

Mengingatkan Pada Masa Lalu

Fenomena seperti ini mengingatkan kejadian  di era akhir kekuasaan Soekarno. Hanya saja penyebabnya bukan karena perubahan iklim, tetapi oleh kebijakan politik pada masa itu.

Pada tahun 1960 an itu, semua hal yang berbau ekonomi dikendalikan oleh negara. Rakyat tak bisa berbuat apapun. Alhasil semua serba dibatasi dan diatur dengan ketat, termasuk soal beras.

Fenomena antre beras juga pernah terjadi pada akhir kekuasaan Orde Baru yang otoriter selama 32 tahun. Tahun 1998, Indonesia mengalami krisis multidimensi. Jatuhnya masa kejayaan presiden Soeharto ditandai dengan antre beras, antre kain. Angkutan yang sulit, listrik yang redup dan sering padam, harga yang melonjak dari hari ke hari, pertentangan politik yang tajam antara golongan satu dan golongan lain.

Baca Juga  Beras Langka dan Mahal, Netty: Akibat Kebijakan Bansos yang Ugal-ugalan

Kata Jusuf Kalla

Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla ikut menyoroti fenomena warga yang mengantre membeli beras. Menurutnya hal ini harus segera disikapi pemerintah, dan bisa dicegah apabila masjid juga bisa memakmurkan masyarakat serta menjadi wadah kegiatan muamalah.

“Karena muamalah yang bisa membawa kita menuju kesejahteraan, kemakmuran sampai hari ini. Kenapa saya ingin ingatkan, kalau lihat sekarang ini banyak masyarakat kita hanya untuk membeli 5 kilogram sampai 10 kilogram beras. Siapa yang antri? Lihat lah 99 persen umat islam yang pakai jilbab. Hanya hampir semua kesulitan sebagian besar umat,” kata JK.

Dia juga mengatakan untuk mengatasi ketimpangan, dan antre beras ini kita harus bisa memprioritaskan penerima zakat, mustahik dengan muzakki jangan sampai bias.

Editor: Raja Napitupulu

 

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life