Internasional

AS Kirim Ahli Siber ke Negara Lain Lawan Peretas

Amerika Serikat (AS) mengirimkan ahli siber-nya untuk membantu pemerintah negara-negara lain melawan peretas. Hal itu disampaikan pejabat militer AS dalam sebuah konferensi di San Francisco.

“Selama tiga tahun terakhir, Pasukan Misi Siber Nasional (CNMF) AS telah mengadakan 47 operasi pertahanan siber. Itu atas ajakan negara-negara lain,” kata Mayor Jenderal Angkatan Darat AS, William Hartman, Senin (24/4/2023).

Dikatakannya, permintaan untuk operasi semacam itu (pertahanan siber) semakin bertambah, dan tidak semuanya sama,” kata Hartman.

Kegiatan itu kata dia, mencerminkan inisiatif besar pemerintahan AS untuk meningkatkan kerja sama dengan negara-negara lain. Untuk melawan kejahatan siber, yang sering terjadi lintas negara.

Sejumlah geng kriminal yang terlibat dalam operasi peretasan sekaligus pemerasan (ransomware) sudah menyerang beberapa negara, termasuk AS.

Hartman, komandan CNMF, mengatakan mereka sudah mengirimkan 43 ahli siber ke Ukraina. Yang melawan serangan-serangan siber dari Rusia.

“Mereka adalah tim pertahanan (siber) yang kami kirim. Mereka akan memburu musuh bersama, mencari alat-alat dan membangun kemampuan,” kata Hartman dikutip drai Antara, Selasa (25/4/2023).

Dikatakannya, CNMF bekerja bersama Badan Keamanan dan Infrastruktur Siber (CISA), badan siber AS.

Tangkal Ancama Pihak Luar

Asisten Direktur Eksekutif CISA, Eric Goldstein, menyebut kedua badan sudah menjalin kerja sama untuk menangkal ancaman dari pihak luar terhadap tiga agensi federal AS.

“Kami memberitahukan agensi-agensi itu, membimbing mereka, dan memulai respon terhadap kejadian itu. Dalam waktu bersamaan, kami mengumpulkan seluruh informasi tentang infrastruktur musuh dan membagikannya dengan CNMF,” katanya.

Namun, Goldstein dan Hartman tidak menjelaskan lebih lanjut tentang kejadian yang dimaksud.

Kejadian lain yang mereka ceritakan dalam konferensi bersama itu adalah tentang grup peretas dari Iran yang mengontrol sistem pemungutan suara di sebuah kota di AS, yang digunakan untuk melaporkan hasil pemilihan umum AS pada 2020.

CNMF khawatir bahwa para peretas itu bisa membuat situs web sistem pemilu ‘terlihat seperti hasil pemilihan umumnya sudah diutak-atik’. Akan tetapi CISA tidak memberikan akses.

“Tidak ada dampak apapun terhadap infrastruktur pemilihan umum,” kata Goldstein.*

#beritaviral
#beritaterkini

Email : junitaariani@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang

Junita Ariani

Recent Posts

Pesawat C-130J-30 Super Hercules Pesanan Kemhan Tiba di Jakarta, Ini Penampakannya

PESAWAT kelima C-130J-30 Super Hercules pesanan Kementerian Pertahanan (Kemhan) telah tiba dan mendarat dengan sempurna…

8 hours ago

Ini Dia Delapan Nama Cagub PDIP untuk Pilgub DKI Jakarta 2024

PDIP sebagai partai pemenang pemilu 2024 sudah menyiapkan nama-nama yang bakal bertarung di Pilkada serentak…

8 hours ago

Kejagung Sita Rumah Mewah Milik Tersangka Kasus Korupsi Timah

KEJAKSAAN Agung (Kejagung) terus melakukan pelacakan aset milik tersangka kasus dugaan korupsi tata niaga komoditas…

8 hours ago

Sungai Saka dan Selabung Meluap Rendam 238 Rumah di OKU Selatan

SEJUMLAH  permukiman warga terendam banjir yang diakibatkan luapan Sungai Saka dan Sungai Selabung di Kabupaten…

8 hours ago

Mari Merapat, Ada Festival dan Lelang Anggrek di Yogyakarta

ANDA penggemar tanaman hias, khususnya anggrek? Silakan merapat Kebun Anggrek Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) UGM…

9 hours ago

Pemerintah Perpanjang Kewajiban UMKM Bersertifikasi Halal

Pemerintah memperpanjang kewajiban pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk memiliki sertifikasi halal hingga…

10 hours ago