Home » Belum ada Kenaikan Obat Batuk Akibat Udara Jakarta

Belum ada Kenaikan Obat Batuk Akibat Udara Jakarta

Hingga saat ini belum ada peningkatan pembelian obat batuk dan permintaan tabung oksigen

by Lyta Permatasari
2 minutes read
Polusi

ESENSI.TV - JAKARTA

Belum ada kenaikan permintaan obat batuk

Kualitas udara yang buruk di wilayah DKI Jakarta belum berdampak pada kenaikan permintaan dan penjualan obat batuk di Pasar Pramuka, Matraman, Jakarta Timur, Jumat.

Ketua Harian Himpunan Pedagang Farmasi Pasar Pramuka, Yoyon ketika ditemui di Pasar Pramuka, Jumat, mengatakan, dampak dari buruknya kualitas udara Jakarta belum mempengaruhi permintaan obat batuk dan tabung oksigen.

“Hingga saat ini belum ada peningkatan pembelian obat batuk dan permintaan tabung oksigen,” ujarnya.

Menurut dia, belum terjadi kepanikan di masyarakat akibat buruknya kualitas udara di Jakarta. “Saat ini masih normal saja. Ketersediaan obat batuk cair pun masih banyak,” kata Yoyon.

Namun demikian, pihaknya telah meminta kepada distributor untuk menyiapkan ketersediaan obat dan tabung oksigen manakala terjadi kenaikan permintaan di masyarakat.

“Kami tak mau kejadian seperti beberapa tahun lalu (COVID-19 ) tiba-tiba terjadi kekosongan penumpukan barang di distributor,” ujarnya.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan uji coba kebijakan bekerja dari rumah (work from home/WFH) bagi sebanyak 50 persen Aparatur Sipil Negara (ASN) mulai 21 Agustus 2023.

Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta Joko Agus Setyono berharap uji coba ini mampu mengurangi tingkat polusi udara di Jakarta dan kemacetan yang belum teratasi.

Namun, Joko belum dapat memastikan apakah akan dilanjutkan atau tidak setelah uji coba tersebut berjalan selama tiga bulan. Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI terlebih dahulu akan melihat keefektifan kebijakan tersebut.

“Nanti kita lihat perkembangannya, kita lihat kinerja beberapa juga,” ujar Joko.

Faskes di DKI Jakarta siap tangani penyakit akibat kualitas udara

Dinas Kesehatan DKI Jakarta menegaskan seluruh fasilitas kesehatan di DKI Jakarta siap untuk menangani penyakit akibat kualitas udara yang tidak sehat.

“Faskes kita sudah sangat siap melayani masyarakat (menangani penyakit masalah kualitas udara),” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ani Ruspitawati di Gedung Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Pusat, Rabu (16/08/2023).
Ani menyebutkan, terdapat 44 Puskesmas Kecamatan, sekitar 196 Puskesmas yang ada di setiap kelurahan, 31 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dan 196 rumah sakit yang ada di Jakarta.
“Jadi fasilitas kesehatan ini mampu memberikan pelayanan 24 jam kepada masyarakat yang membutuhkan,” ujar Ani.
Selain itu, Ani meminta masyarakat Jakarta yang memiliki keluhan batuk, pilek ataupun lainnya dapat langsung mengecek kesehatan di fasilitas kesehatan (faskes) terdekat.
Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta telah mengajak warga membatasi aktivitas di luar ruang agar terhindar dampak udara buruk di Ibu Kota dan wilayah sekitarnya.
“Hindari beraktivitas di luar ruang (outdoors) terutama bagi kelompok rentan,” kata Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta Ngabila Salama saat dikonfirmasi di Jakarta, Rabu.
Kelompok rentan yang dimaksud seperti bayi di bawah lima tahun (balita), ibu hamil, pralansia usia 45-59 tahun dan lansia berusia lebih dari 60 tahun.
Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada pukul 11.55 WIB, Jakarta menduduki posisi pertama sebagai kota dengan udara terburuk di dunia.
Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 163 atau masuk dalam kategori tidak sehat dengan polusi udara PM2.5
Editor : Farahdama A.P/Addinda Zen
Baca Juga  Pemerintah Turunkan Water Cannon Guna Memerangi Polusi, Bergunakah?

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life