Home » Jakarta Juara Dunia Polusi Udara Terburuk

Jakarta Juara Dunia Polusi Udara Terburuk

by Lyta Permatasari
2 minutes read
Kualitas Udara Jakarta Senin (29/5/2023)

ESENSI.TV - JAKARTA

Kondisi udara Jakarta yang memburuk akhir-akhir ini telah berdampak pada kesehatan masyarakat, tak terkecuali anak-anak. Dokter Anak dan netizen curhat di media sosial.

Dilansir dari akun media sosial twitter @oxfara udara Jakarta sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Hal ini membuat anak-anak bahkan remaja mengalami batuk pilek.

Kualitas Udara Jakarta

Kualitas udara di DKI Jakarta memburuk beberapa hari terakhir ini. Data dari IQAir, indeks kualitas udara di Jakarta tak pernah kurang dari 150 sejak Jumat (19/5/2023). IQAir mencatat, indeks kualitas udara tertinggi mencapai 179 pada Senin (29/5/2023). Angka itu menunjukkan kualitas udara yang tidak sehat.

IQAir juga mencatat kualitas buruk udara Jakarta menjadi yang tertinggi di dunia yakni mencapai indeks 170 disusul oleh Dubai, UAE dengan indeks 163 dan Dhaka, Bangladesh dengan indeks 162, di urutan keempat terburuk ada Santiago, Chile dengan indeks 156 dan, urutan terakhir ada Riyadh, Arab Saudi dengan indeks 155.

Urutan Kualitas Udara Terburuk

Urutan Kualitas Udara Terburuk

Cemaran konsentrasi partikulat matter (PM) 2,5 di Jakarta juga tercatat 64,4 mikrogram per meter kubik (µgram/m3).

Angka ini 12,8 kali lebih tinggi dari ambang batas aman yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Dampak Bagi Anak

Dokter Spesialis Anak, dr. Satrio Bhuwono Prakoso M.Ked (Ped) Sp.A memaparkan sejumlah dampak bila anak terus-menerus terpapar polutan yang tinggi.

Menurutnya, saat kualitas udara buruk, anak rawan terkena infeksi saluran napas atas, termasuk batuk pilek yang diikuti demam.

Anak bisa juga mengalami pembesaran amandel, bronkopneumonia atau infeksi paru-paru, dan asma.

“Anak usia di bawah dua tahun bisa mengalami bronkiolitis, biasanya ada sesak napas yang diikuti demam dan bunyi seperti asma,” ujar Satrio dilansir dari Kompas.com, Jumat (2/6/2023).

Baca Juga  Kemenkes Imbau Masyarakat Jangan Beli Obat Sirop Tanpa Resep Dokter

Gangguan ini, terjadi akibat polutan udara yang terhirup masuk ke saluran pernapasan anak. Di antaranya polutan PM 2.5 atau polutan yang berukuran 2,5 mikrometer.

“Enggak hanya PM 2.5, polutan udara lain, termasuk PM 10, N02, dan S02 juga bisa meningkatkan mediator radang, menurunkan respons imun, sehingga virus dan bakteri lebih mudah menginfeksi saluran napas serta menimbulkan peradangan,” jelasnya.

Untuk itu, Satrio mengimbau agar para orangtua ikut memantau aktivitas anak, terutama bila anak memiliki aktivitas padat di luar ruangan. Selain itu, sebaiknya hindari anak terkena hujan karena banyak partikel polusi jatuh bersamaan dengan air hujan.

“Pemantauan aplikasi polusi udara berkala juga direkomendasikan,” tutupnya.

Tak hanya penyakit pernapasan

Dokter spesialis paru Prof. Dr. dr. Agus Dwi Susanto, SpP(K) menjelaskan, jika menghirup partikel PM 2.5 dalam jumlah banyak, seseorang bisa mengalami peradangan kronik pada sistem vaskular (pembuluh darah) tubuh.

“Bisa meningkatkan risiko penyakit jantung sampai stroke, karena polutan yang ukurannya sangat halus itu masuk dalam darah, terdistribusi di tubuh, dan berisiko meningkatkan penyempitan pembuluh darah pada jantung,” ujarnya.

Tak hanya itu, PM 2.5 juga bersifat karsinogen atau dapat memicu kanker. Agus menerangkan, dalam PM 2.5 ada partikel yang menyebabkan terjadinya kanker.

Sebuah data di Inggris, menunjukkan bahwa orang yang terpapar polusi tinggi secara terus-menerus selama bertahun-tahun menyebabkan risiko kanker.

“Itu datanya 4-5 persen dari penderita kanker paru itu karena polusi dan polusinya karena PM 2.5,” kata Agus.

Sementara itu, berdasarkan data penelitian di Rumah Sakit Persahabatan dan Rumah Sakit Kanker Dharmais 2013, empat persen dari 300 penderita kanker itu disebabkan polutan.

Editor: Raja H. Napitupulu

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life