BMKG mengimbau masyarakat dan pemerintah daerah mengantisipasi dampak pemanasan global yang menyebabkan kenaikan suku dan perubahan pola curah hujan yang akan diikuti oleh cuaca ekstreem di penghujung tahun 2023.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan data suhu global menunjukkan proyeksi tahun 2023 diperkirakan menjadi tahun terpanas dalam sejarah pencatatan suhu.
Pemanasan global ini tidak hanya berdampak pada peningkatan suhu, tetapi juga mengubah pola curah hujan, mengakibatkan kejadian cuaca ekstrem yang signifikan, termasuk di Indonesia.
“Manusia tidak boleh menyerah menghadapi anomali alam. Kenaikan suhu bumi harus dihadapi secara nyata oleh masyarakat, khususnya di Indonesia,” jelasnya, dalam keterangan BMKG, di kutip Selasa (12/12/2023).
“Upaya pemerintah seperti program semai hujan yang dilaksanakan sejak Januari hingga November 2023 telah membuktikan keberhasilannya dalam mengurangi titik api penyebab kebakaran hutan gambut dibandingkan tahun sebelumnya,” ungkap Dwikorita.
Lebih lanjut, Dwikorita memberikan penekanan dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian, terutama pada komoditi perkebunan. Variabilitas iklim memberikan pengaruh signifikan pada pertumbuhan tanaman dan produksi perkebunan.
Kejadian cuaca ekstrem seperti curah hujan yang ekstrem tinggi atau rendah dan suhu yang ekstrem dapat menyebabkan kerugian besar dalam produksi.
Untuk mengatasi dampak perubahan iklim, BMKG terus mengembangkan teknologi prediksi iklim dengan pendekatan multi-model.
Dalam menjelaskan upayanya, Dwikorita menekankan penggunaan berbagai model untuk menghasilkan prediksi iklim, memperhitungkan faktor ketidakpastian.
Selain itu, BMKG telah menyediakan layanan informasi iklim untuk berbagai sektor, termasuk pertanian, pengelolaan sumber daya air, dan kesehatan.
Aplikasi InfoBMKG, yang dapat diakses melalui IOS dan Android, menjadi sarana diseminasi bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi terkini terkait cuaca, iklim, dan gempa bumi.
Dwikorita berharap melalui momen Dies Natalis Institut Pertanian Stiper (Instiper) Yogyakarta ke-65 agar kampus berperan aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang pertanian dan perkebunan.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut telah terjadi kenaikan signifikan konsentrasi gas rumah kaca meliputi karbon dioksida (CO2), metana (CH4) dan Dinitrogen Oksida (N2O) di dunia.
“Kenaikan konsentrasi gas rumah kaca tersebut menjadi penyebab dari penangkapan sinar matahari yang tidak memantul keluar, menyebabkan suhu bumi terus meningkat,” kata Dwikorita pada peringatan Dies Natalis Institut Pertanian Stiper (Instiper) Yogyakarta ke-65, Senin (11/12/2023).
Email: ernasariulinagirsang@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang/Raja H. Napitupulu
#beritaviral
#beritaterkini
MENTERI Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi menerima kunjungan Menteri Kantor Kabinet Inggris John Glen.…
KADIPATEN Pakualaman menginjak usia ke-212 (Masehi) atau 218 (Jawa) pada tahun 2024 ini. Ada 21…
PRESIDEN Joko Widodo atau Jokowi menjamin stok beras di Bulog aman menjelang Idul Adha. Jokowi…
KEPOLISIAN Resort Kulon Progo berhasil menggagalkan kasus tindak pidana perdagangan orang (TPPO) yang terjadi di…
MENTERI Pertahanan Republik Indonesia (Menhan RI) Prabowo Subianto melakukan kunjungan kerja ke Uni Emirat Arab…
KEPALA Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen. TNI Suharyanto, korban jiwa yang meninggal dunia akibat…