Nasional

Dampak Pemberhentian Ekspor Mineral Mentah Untuk Tenaga Kerja

Indonesia berencana melakukan pelarangan ekspor mineral mentah seperti bijih Bauksit dan konsentrat Tembaga pada Juni 2023 mendatang. Rencana ini disebut-sebut berpotensi memunculkan ancaman gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Maman Abdurrahman menyampaikan memang ada kesinambungan antara kebijakan pelarangan ekspor mineral mentah dengan potensi PHK.

“Jadi nyambung kalau kita korelasikan terhadap isu produktivitas ataupun penyerapan tenaga kerja, pengangguran di usia produktif dengan adanya kebijakan penyetopan ekspor di bulan Juni. Suka atau tidak suka pasti akan punya dampak. Salah satunya, itu tadi, penyerapan tenaga kerja.” jelas Maman.

Berdasarkan data U.S. Geological Survey (USGS), Indonesia menempati posisi kelima dengan produksi Bauksit sebanyak 21 juta metrik ton pada tahun 2022.

Kalimantan Barat (Kalbar) merupakan provinsi dengan cadangan Bauksit terbesar, yaitu sejumlah 0,84 milyar ton. Bauksit juga menjadi Sumber Daya Alam (SDA) satu-satunya di Kalbar. Maman menjelaskan, sebesar 85% SDA Kalbar adalah Bauksit.

“Kita (Kalbar) tidak punya batubara, tidak punya Nikel, tidak punya minyak, tidak punya gas. Kalbar itu hanya punya Bauksit sumber daya alamnya. Yang lainnya pertanian, ada kelapa sawit, ada padi, tebu. Tapi kalau sumber daya alam mineralnya hanya Bauksit 85%.” jelasnya.

Mitigasi Risiko PHK Untuk Kebijakan Pemberhentian Ekspor

Maman juga menyampaikan bahwa potensi PHK ini merupakan dampak dari akitivitas pertambangan yang terhenti.

“Produksi nasional (Bauksit) kita kurang lebih 20-30 juta (metrik ton). Kalau daya tampung smelter kita hanya bisa menyerap kurang lebih 12-15 juta, mau tidak mau akan ada setengah pertambangan yang stop.” ungkap Maman.

Terkait dampak ini, Maman menyampaikan bahwa pemerintah harus menyiapkan mitigasi plan dan langkah-langkah mengantisipasi kerugian masyarakat. Komisi VII DPR RI juga tengah mendorong rencana antisipasi PHK di pertambangan.

“Betul, Presiden memerintahkan untuk menyetop ekspor. Seratus persen kita setuju. Tapi pemerintah, dalam hal ini kementerian, harusnya menyiapkan mitigasi plan, mitigasi risiko terhadap kebijakan yang didorong oleh Presiden. Selama ini, Komisi VII lagi mau kita dorong untuk itu. Mitigasi plan untuk mengantisipasi hilangnya pekerjaan di beberapa daerah pertambangan kita.” tegasnya.

Hilirisasi ini dinilai penting untuk mengoptimalkan hasil tambang. Nantinya, bahan-bahan mentah bisa dimanfaatkan sebagai produk lanjutan yang mempunyai nilai tambah lebih tinggi.

 

Editor: Dimas Adi Putra

 

Addinda Zen

Recent Posts

Merkurius, Seperti Apa Planet Terdekat Matahari?

Merkurius, planet terdekat dengan Matahari, adalah dunia yang penuh dengan fakta menarik dan misteri yang…

2 hours ago

Besok, Jemaah Haji Indonesia Mulai Diberangkatkan ke Mekkah

Senin, 20 Mei 2024 menjadi gelombang pertama jemaah haji Indonesia yang diberangkatkan ke Mekkah. Sebanyak…

2 hours ago

Salim Said Mendayung di Dua Dunia: Pengamat Film dan Pakar Militer

Salim Said adalah sosok yang unik. Di satu sisi, dia adalah seorang pengamat film yang…

3 hours ago

Venus Itu Planet Seperti Apa Sih?

Venus, tetangga terdekat Bumi dalam Tata Surya, adalah planet yang penuh dengan keajaiban dan kontradiksi…

4 hours ago

Menko PMK Muhadjir Kritik Kenaikan UKT, Kebijakan Sembrono

SEJUMLAH perguruan tinggi negeri (PTN) secara tiba-tiba menaikkan uang kuliah tunggal (UKT). Tak heran belakangan…

4 hours ago

Taat ya… Sebelum 6 Juni, Jemaah Umrah Indonesia Harus Tinggalkan Saudi

Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia meminta setiap jemaah umrah asal Indonesia untuk mentaati kebijakan pemerintah…

4 hours ago