Home » Dinkes Temukan Puluhan Warga Yogyakarta Positif Antraks

Dinkes Temukan Puluhan Warga Yogyakarta Positif Antraks

by Addinda Zen
2 minutes read
Antraks Yogyakarta

ESENSI.TV - JAKARTA

Total warga meninggal akibat positif terjangkit antraks di Kecamatan Semanu, Gunungkidul, Yogyakarta menjadi tiga orang. Hal ini disampaikan Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Siti Nadia Tarmizi. Kemenkes saat ini tengah melakukan penyelidikan terkait epidemiologi kasus antraks di Kecamatan Semanu dan Karangmojo. Penyelidikan dilakukan guna mengukur sebaran serta memastikan penyebab pasti penularan virus.

“Kalau kasus meninggal (Antraks) ada tiga orang di Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta,” jelas Siti.

Pihaknya saat ini telah menetapkan 93 orang positif terjangkit antraks di wilayah tersebut berdasarkan hasil tes serologi. Kasus antraks di Gunungkidul menjadi yang pertama di tahun 2023.

“Sejauh ini, baru kasus di Gunungkidul yang terjadi pada tahun ini dengan total 93 positif serologi dan kami masih melakukan penyelidikan epidemiologi,” ujarnya.

Sementara itu, sebelumnya puluhan warga Desa Candirejo, Kecamatan Semanu dinyatakan positif terjangkit antraks. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Dewi Irawaty menyampaikan, penemuan pasien positif ini berdasarkan hasil penelusuran lapangan. Penelusuran dilakukan setelah satu warga dinyatakan meninggal dunia akibat positif antraks. Warga tersebut meninggal setelah empat hari mendapat perawatan di RSUP Dr. Sardjito.

“Itu hasil penelusuran lapangan dan hasil tes,” ujar Dewi.

Penularan Antraks Diduga dari Sapi Mati

Dinas kesehatan melakukan penelusuran di lingkungan warga meninggal. Penelusuran dilakukan berdasarkan warga yang turut mengonsumsi daging sapi hasil dipotong awal Juni lalu. Dari 125 sampel tes, 85 warga positif antraks. Dari jumlah tersebut, sebanyak 18 orang menunjukkan gejala, seperti demam dan kulit melepuh.

Baca Juga  Pengemis Pura-Pura Lumpuh Ditangkap

“125 orang itu berhubungan dengan penyembelihan hewan yang sudah meninggal pada awal Juni, sebelum Idul Adha,” jelas Dewi.

Lebih lanjut, Dewi menjelaskan, pihaknya masih melakukan pemantauan terhadap kondisi kesehatan warga yang dinyatakan positif. Ia menyebut, keseluruhan warga yang terjangkit belum dirawat di rumah sakit. Pihaknya juga terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Maxi Rein Rondonuwu menyampaikan, dugaan penyebab penularan antraks ini mengarah pada sapi yang mati. Dikutip dari Detikcom, Maxi menyebut, sapi yang mati ini diduga disembelih warga dan dikonsumsi bersama.

“Jadi ketika ada laporan dari (rumah sakit) Sardjito terkait orang meninggal karena antraks kami langsung menelusuri. Yang bersangkutan laki-laki 73 tahun, jadi dia ikut menyembelih dan mengonsumsi daging ternak tersebut,” jelas Maxi.

Kasus antraks pertama mulanya mengeluhkan gejala, seperti demam, batuk, pusing, bagian belakang leher kaku, pembengkakan perut dan kelenjar.

Antraks (Anthrax) merupakan penyakit yang ditularkan hewan ternak. Antraks disebabkan bakteri Bacillus anthracis. Bakteri ini umumnya menyerang hewan herbivora, seperti sapi, kambing, domba.

Ciri-ciri hewan yang terjangkit antraks biasanya mengalami demam tinggi. Kemudian, hewan akan mengalami gelisah, kesulitan bernapas, hingga kejang. Hewan yang terjangkit dapat mati secara tiba-tiba dan mengeluarkan darah yang keluar dari lubang di tubuh, seperti hidung, telinga, atau anus.

 

Editor: Dimas Adi Putra

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life