Hidup di dunia memang tidak selamanya. Sebagai manusia, sudah semestinya kita bersyukur kepada rezeki dan nikmat yang diberikan olehNya.
Adapun bencana yang sering terjadi di dunia ini adalah pengingat untuk kita semua agar tidak terlena dengan kejamnya kehidupan dunia.
Bersyukur adalah jalan yang harus dilakukan semasa hidup di dunia ini. Tidak peduli seberapa besar atau kecilnya. Karena hanya dengan rasa syukurlah kita bisa hidup dengan baik di dunia yang sementara ini.
Mengenai hal ini, seorang penulis Bernama Gus Nas pun ikut menuliskan puisi tentang manusia yang pasrah dan bersyukur atas jalan yang diberikan Tuhan dan mengingatkan sesama manusia untuk tidak terlena dan berfoya-foya.
Profil Penulis Gus Nas
Nasruddin Anshoriy atau biasa disebut Gus Nas Jogja adalah seorang budayawan yang juga Pimpinan Pondok Pesantren Ilmu Giri Yogyakarta. Selain kiyai dia juga seorang penulis dan pelukis.
Gus Nas banyak dikenal oleh tokoh-tokoh nasional di negeri ini. Tidak hanya artis, politisi, pengusaha, maupun seniman mengenalinya. Dia banyak mengoleksi lukisan-lukisan langka dari para maestro.
Gus Nas telah menorehkan banyak sekali karya-karya yang menarik dalam bait-bait puisi. Beberapa diantaranya seperti Tong Kosong Reformasi, Semesta Bertakbir, Air Mata Sudan, dan beberapa karya lainnya.
Presiden Ke-4 Republik Indonesia, Gus Dur bahkan memujinya dan berkata bahwa ia adalah seorang multi talenta. Hal ini dikarenakan bakat alami yang dimilikinya.
Berikut adalah tulisan Gus Nas untuk menyuarakan doanya dan mengingatkan sesama manusia mengenai hidup.
PLANET IN RAGE
Doa untuk Dunia Baru
Kupasrahkan detak jantung dan denyut ubun-ubunku
Tali plasenta yang menjulurkan janji rahasia
Nafasku dan hembusan cinta ibuku
Payung AgungMu, Tuhan
Menyelamatkan kami dari porak-poranda
Dalam kedamaian kalbu
Kami mengeja doa sembari terbata
Alam sedang berganti wajah
Bumi mengelupas kulitnya
Gunung dan jurang tengah bertukar tempat
Aku membaca dengan seksama gerak-gerik alam semesta
Benang-kusut ekologi
Luluh-lantak keadaban
Iklim yang begitu cepat berganti busana
Planet bumi mendidih di mana-mana
Tuhanku
Lorong-lorong waktu sedang membuka pintu gaibnya
Labirin de javu menyeretku pada asal-muasal nafas pertamaMu
Terlahir di Kerajaan Langit
Takdirku sebatangkara
Makrifat Adam memingitku
Nur Muhammad mencuci kasihku di bening telaga
Debu dalam deburan galaksi
Aku berburu cinta seorang diri
Mencari pelaminan surga di Mihrab Puisi
Sesudah genesis pecah
Kutemukan jejak simulacra pada sidik jariku
Telur argoritma yang dierami malaikat Jibril menetaskan rindu
Banjir Besar Alam Semesta
Bahtera Nuh mengisahkan kasihku
Terombang-ambing dalam hempasan badai
Meraba-raba cahaya dalam timbunan prahara
Hutan dan sungai bertukar rahasia
Bumi dan Langit mendesiskan fatwa gaibnya
Alam Asimetris telah hadir menjadi Mahaguru
Mendidik manusia agar siaga menguak paradigma
Sungai-sungai keindahan yang mengalir deras membiru samudera
Bacalah tilawah rindu dalam sujud-sujud puncak
Biarkan Dzat Sejati bertahta dalam Syahadat Cinta
Dunia Baru tak pernah mengetuk pintu
Ia hadir dalam watak alam yang jauh berbeda
Penuh amarah dan silang-sengketa
Bercengkerama di cincin api
Magma erupsi mengepung Tanah Airku
Megatrust dan tsunami bisa menjentikkan jari kelingkingnya
Mahapralaya membunyikan terompet kiamatnya
Manusia sudah saatnya melipat kembali karpet merahnya
Berhenti serakah bin foya-foya
Berhenti pongah dan laku jumawa
Kini planet bumi sedang merapikan diri
Menggelar tafakur dan tikar kantata takwa
Gus Nas Jogja, 13 Agustus 2023
Editor: Nabila Tias Novrianda/Addinda Zen