Home » Inovasi Mahasiswa UGM Kembangkan Teknologi Pengasapan Lele

Inovasi Mahasiswa UGM Kembangkan Teknologi Pengasapan Lele

by Junita Ariani
2 minutes read
Inovasi mahasiswa UGM kembangkan teknologi pengasapan ikan lele

ESENSI.TV - YOGYAKARTA

Pengasapan ikan lele kini dapat dilakukan dengan rendah polusi. Hal ini berkat inovasi dari lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang berhasil membuat alat pengasapan lele  rendah polusi.

Tidak hanya itu, teknologi pengasapan karya mahasiswa UGM ini juga mampu memperpanjang umur simpan produk.

“Alat ini dibuat untuk membantu meningkatkan produksi, kualitas, umur simpan. Serta mengurangi polusi udara saat pengasapan berlangsung,” terang Ketua pengembang alat, Dinda Iffana Silma, Rabu (4/10/2023).

Dinda yang merupakan mahasiswa Teknik Kimia UGM ini menjelaskan tentang pengembangan alat ini. Awalnya, ia beserta tim prihatin akan persoalan yang dialami Kelompok Pembudidaya Ikan (pokdakan) Wono Mina Sari, Desa Banyusari, Tegalrejo, Kabupaten Magelang.

Kelompok ini melakukan budidaya lele sekaligus memproduksi olahan lele, salah satunya lele asap.

“Lele asap ini permintaan cukup tinggi. Sayangnya pokdakan ini melakukan pengasapan dengan cara konvensional dan alat seadanya yang membutuhkan durasi pengasapan lama,” tuturnya di Kampus UGM, Yogyakarta.

Dari keresahan tersebut Dinda bersama keempat rekannya berusaha mencari solusi. Keempat temannya itu, yakni yaitu Ademas Alam Pangestu (Teknologi Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol), Rakha Naufal Flazui Handoko (Teknik Mesin).

Kemudian, Irvan Gibran (Teknik Kimia) dan Nabila Hasna Karimah (Teknik Industri). Kelimanya berusaha membuat alat pengasap lele untuk mengatasi persoalan tersebut.

Alat dikembangkan di bawah bimbingan Dr. Ir. Widya Rosita S.T., M.T., melalui pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan IPTEK (PKM-PI) Kemendikbudristek 2023.

Dinda mengungkapkan pokdakan Magelang ini menggunakan serabut kelapa dan kayu sebagai bahan bakar dalam melakukan proses pengasapan. Pokdakan menggunakan drum yang tidak ditutup rapat.

Baca Juga  Ini Rekomendasi Laptop yang Ramah di Kantong Mahasiswa

Hal ini membuat durasi proses pengasapan mencapai 8 jam dengan kapasitas hanya 5 kilogram (kg) sekali produksi.

Proses Pengasapan Jadi Cepat

Nabila menambahkan, lamanya proses pengasapan ini membuat lele berwarna gelap dan mudah gosong. Kondisi tersebut sangat memengaruhi tampilan produk kurang menarik di mata konsumen.

“Proses produksi yang lama menyebabkan borosnya bahan bakar yang dikonsumsi dan sulitnya memenuhi permintaan pasar,” ucapnya.

Tak hanya itu, proses pengasapan menghasilkan limbah asap yang dapat mencemari lingkungan. Produk lele asap yang dihasilkan pun mempunyai umur simpan yang pendek. Hanya 3 hari saja.

Berbeda dengan alat yang dibuat mahasiswa UGM ini, bertambah menjadi 5 hari. Begitu juga dengan kapasitas produksinya yang melonjak mencapai 30 kg dalam sekali produksi.

Waktu pengasapannya juga lebih singkat yakni hanya 2-4 jam dari sebelumnya yang mencapai 8 jam.

Rakha menambahkan bahwa proses pengasapan yang dilakukan lebih cepat dengan kapasitas 6 kali lipat dari sebelumnya. Serta dijalankan dengan suhu yang konstan.

Cerobong asap berasal dari tempat bahan bakar yang terhubung menuju lele sehingga memudahkan transfer massa dan panas asap langsung menuju ke lele.

“Asap hasil pengasapan ini ternyata bisa dikembangkan menjadi asap cair grade 1,” jelas Rakha.

Ketua Pokdakan Wono Mina Sari, Andi, mengaku sangat terbantu dengan hadirnya alat pengasapan lele yang dikembangkan mahasiswa UGM ini.

Bisa mempercepat dan meningkatkan proses produksi sehingga dapat meningkatkan pendapatan. Di samping itu, asap yang berbahaya dapat diolah sebagai asap cair untuk meningkatkan umur lele asap dan sebagai produk tambahan. *

#beritaviral
#beritaterkini

Email : junitaariani@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life