Home » Menyelesaikan Kerusuhan Smelter GNI Morowali Utara dari Akar Masalah

Menyelesaikan Kerusuhan Smelter GNI Morowali Utara dari Akar Masalah

by Erna Sari Ulina Girsang
3 minutes read
Kawasan Pantai di Kabupaten Morowali Utara Sulteng di kabupaten yang sama dengan lokasi Smelter GNI Foto Pemkab Morowali Utara

ESENSI.TV - JAKARTA

Smelter PT Gunbuster Nickel Industry (GNI) sempat ditutup dua hari akibat mogok karyawan yang berakhir tragis hingga menyebabkan dua orang meninggal dunia. Apa sebenarnya akar masalah dari insiden ini?

Pabrik pemurnian dan pengolahan nikel (smelter) milik GNI yang berlokasi di Desa Bunta, Kecamatan Petasia Timur, Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah, sudah mulai beroperasi sejak Selasa tanggal 17 Januari 2023 lalu.

Bupati Morowali Utara, Delis Julkarson Hehi, mengatakan pada saat ini, operasional perusahaan berangsur normal, meskipun PT GNI masih harus dijaga oleh ratusan personel Polri dan TNI.

“Saya sangat optimis akan segera terjadi pemulihan, sehingga operasional perusahaan segera pulih kembali,” ujar Delis Julkarson Hehi, saat menemani Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Afriansyah Noor mengunjungi GNI.

Sementara itu, selama di GNI, Wamenaker Afriansyah Noor menggelar pertemuan dengan manajemen perusahaan dan perwakilan karyawan. Dari pertemuan itu, Wamenaker Afriansyah Noor memaparkan empat poin penting yang menjadi akar persoalan kerusuhan.

Empat Poin Akar Persoalan Kerusuhan

Pertama, hubungan antara pihak manajemen perusahaan PT GNI dengan serikat pekerja tidak berjalan dengan baik, meski demikian, demonstrasi yang dilakukan oleh serikat pekerja PT GNI didasarkan atas Keselamanatan, Kesehatan dan Keamanan Kerja (K3).

“Berdasarkan penjelasan tadi, saya melihat bahwa hubungan antara pihak perusahaan PT. GNI dengan serikat pekerja, tidak berjalan dengan baik, bagaimanapun alasannya, tetapi pintu masuknya adalah terkait K3,” kata Afriansyah.

Kedua, pihak perusahaan PT GNI diharapkan tidak menutup diri dengan lingkungan, terutama pada aspirasi dari karyawan. Ketiga, PT GNI diminta untuk menyiapkan fasilitas umum bagi karyawan dan komunitas masyarakat.

Keempat, PT GNI disarankan untuk dapat menjalin hubungan kerja bipartit dan tripartit kepada serikat pekerja PT GNI untuk bisa menyelesaikan masalah yang ada dalam operasional PT GNI.

Respon Menteri Ketenagakerjaan dan Menteri Investasi

Sebelumnya, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mendorong pihak perusahaan untuk segera merespons dan menyelesaikan akar persoalan yang menjadi tuntutan karyawan di Gunbuster Nickel Industry.

“Akar masalah ada beberapa tuntutan, yang disampaikan kepada perusahaan yang belum direspons, sehingga memicu terjadinya unjuk rasa yang berakhir pada anarkis. Jadi, ini pada persoalan yang belum direspons dengan baik oleh pihak perusahaan,” jelas Ida.

Hal yang sama disampaikan, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menanggapi kerusuhan di pabrik smelter Gunbuster Nickel Industri. Dia mengatakan telah menugaskan timnya untuk memeriksa penyebab kerusuhan, sehingga dapat diambil jalan terbaik.

“Hal ini patut kita sayangkan, kita jangan menyalahkan si A si B, tapi ini adalah sebuah evaluasi bersama, baik itu masyarakatnya dalam hal ini karyawan, maupun juga aparat keamanan, maupun dari investornya juga manajemen,” jelasnya, dalam konferensi pers, Hilirisasi Kunci Investasi dan Tantangan Investasi, di Pertemuan Tahunan World Economic Forum di Davos, Swiss, Selasa (17/1/2023).

Menyelesaikan akar persoalan sejak dini, tentu saja harus dilakukan agat tidak terulang hal yang sama, sehingga smelter GNI yang menjadi bagian dari proyek hilirisasi sektor pertambangan nasional itu dapat berjalan jangka panjang.

Baca Juga  Baywatch (2017): Humor yang Menguji Batas dalam Petualangan Pantai yang Gila

Apa lagi GNI memiliki slogan bisnis yang mengedepankan pertumbuhan jangka panjang dan menjaga etika dalam berbisnis.

Bukan Aksi Mogok Pertama

Ilustrasi Smelter Nikel

Smelter Nikel GNI. Foto: GNI

Sementara itu, Ketua Dewan Perwakilan Cabang Serikat Pekerja Nasional Morowali dan Morowali Utara, Katsaing, menjelaskan sebelum kerusuhan, mogok kerja sudah berlansung empat hari, yaitu tanggal 11, 12, 13 dan berakhir tanggal 14 Januari.

Dia mengatakan ini bukan aksi pertama. Mogok kerja sudah dilakukan tanggal 22 hingga 24 September 2022 untuk tuntutan yang sama, yaitu perbaikan fasilitas kesehatan dan keselamatan kerja, serta kesejahteraan. Pada saat itu, aksi berjalan damai.

“Kerusuhan pada aksi mogok kali ini dipicu oleh tenaga kerja asal China. TKA China mulai menghadang dan menyerang tenaga kerja Indonesia yang ingin ikut keluar pabrik. Karyawan itupun mengalami luka-luka,” jelas Katsaing dan dia mengaku memiliki video kejadian. (Tempo.Co, tanggal 18 Januari 2023)

Kerusuhan juga berujung pada penjarahan asrama karyawan putri dan pembakaran sejumlah alat-alat berat dan kendaraan operasional perusahaan, Atas kejadian itu, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan pihaknya telah memeriksa 71 orang dan 17 orang diantaranya telah ditetapkan sebagai tersangka

Sementara itu, melalui siaran pers yang dipublikasikan dalam laman resminya, Direksi GNI mengatakan pemberitaan terkait pemukulan atau penganiayaan oleh Tenaga Kerja Asing asal Tiongkok terhadap Tenaga Kerja Indonesia yang marak di media, termasuk isu terkait adanya kekerasan terhadap pekerja perempuan di GNI, merupakan hal yang tidak benar.

“Perusahaan meminta agar publik/masyarakat berhati-hati dalam mengolah informasi atau berita yang beredar, yang simpang siur, yang berpotensi menimbulkan persepsi yang keliru,” tulis Direksi PT Gunbuster Nickel Industry.

PT Gunbuster Nikel Industri, Smelter yang Diresmikan Presiden Jokowi

Seperti diketahui, PT Gunbuster Nickel Industri berdiri di Indonesia sejak tahun 2019 dan sebagian dari smelternya diresmikan oleh Presiden Joko Widodo tanggal 27 Desember 2021.

Industri smelter nikel GNI mengembangkan 25 jalur produksi dan menghasilkan 1,9 juta Nickel Pig Iron (NPI) per tahun.

Saat ini, satu smelter yang sudah berproduksi dan dua smelter dalam pembangunan telah menyerap 11.900 tenaga kerja Indonesia dan 1.300 tenaga kerja asing asal China.

Ke depan, total kebutuhan tenaga kerja mencapai 20.000 orang tenaga kerja dan 90 persen adalah tenaga kerja Indonesia yang diprioritaskan pada masyarakat Morowali Utara.

GNI telah membidik target ekonomi yang besar di Tanah Air. Namun, perhatian dari berbagai pihak terhadap peristiwa ini, diharapkan membuka pintu kejujuran atas akar persoalan yang menjadi tuntutan karyawan.

Dengan demikian, dapat dicapai solusi untuk kemajuan dan kejayaan GNI, kesejahteraan dan kedamaian bagi pekerja dan masyarakat sekitar, serta dampak yang lebih luas lagi bagi perekonomian nasional.*

Editor: Erna Sari Ulina Girsang

#beritaviral
#beritaterkini

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life