Humaniora

Orangtua Wajib Tahu! Perundungan dapat Membentuk Karakter Negatif pada Anak

Psikiater dari RS Sari Asih Karawaci Kota Tangerang, dr Uliandri Amrullah mengingatkan tentang bahaya perundungan yang diterima seorang anak.

Dampak yang seringkali tidak terpantau orang tua tersebut dapat menyebabkan terbentuknya karakter negatif pada anak.

Misal anak biasanya dikenal periang, lalu tiba-tiba berubah menjadi pendiam, jarang bicara, lebih senang menyendiri dan menghindar dari pergaulan sehari-hari.

“Itu yang perlu diberikan perhatian,” kata dr Uliandri dalam keterangannya di Tangerang, Banten, sebagaimana dikutip dari antaranews.com, Senin (23/1/2023).

Uliandri menekankan perlunya perhatian ekstra dari orang tua dan pihak sekolah. Sebab, sulit menghilangkan dampak perundungan meskipun si anak sudah tumbuh dewasa.

Orang tua harus memantau kondisi psikologis anak baik saat berada di dalam maupun luar sekolah. Kondisi tersebut bisa dilihat dari perubahan perilaku.

Diperlukan perhatian lebih serius jika perubahan perilaku yang ditampilkan anak telah dialami selama lebih dari dua minggu dan dapat lebih cepat bila perubahan perilaku anak tampak nyata dan berat.

“Dekati anak untuk melakukan pembicaraan dan beri bantuan. Jika sulit, beri anak waktu sehingga mereka siap untuk berbicara,” ujarnya.

Perubahan perilaku pada anak yang berlangsung terus-menerus, tidak mendapat perhatian dan dukungan, tidak adanya validasi perasaan anak dapat mempengaruhi kesehatan mental anak di kemudian hari.

Misalnya saja anak rentan menjadi depresi, mengalami cemas berlebihan, perubahan pola makan dan tidur, takut dan enggan untuk pergi ke sekolah, bahkan dapat timbul pikiran-pikiran untuk membalas dendam.

“Jika sudah diketahui, arahkan anak untuk menjauh dari pelaku, beritahukan kepada pihak sekolah, pindah sekolah atau temui ahli,” kata dr Uliandri Amrullah.

Jika para korban perundungan tersebut tidak mendapat bantuan, maka dikhawatirkan sangat rentan mengalami kondisi mental yang buruk hingga mereka dewasa.

“Ada baiknya segera konsultasikan ke psikolog atau psikiater untuk mendapatkan penanganan agar mereka dapat tumbuh dan menjalani hari-harinya dengan lebih adaptif, positif dan wajar sesuai usianya,” ujarnya. *

Editor: Addinda Zen

Junita Ariani

Recent Posts

8 Negara dengan Hukuman Mati Tertinggi

Pada tahun 2024, laporan terbaru menunjukkan bahwa sepuluh negara dengan tingkat hukuman mati tertinggi masih…

4 hours ago

Fokus Utama Taiwan terhadap Shang-Ri La Dialogue

Pertemuan Shangri-La Dialogue 2024 yang berlangsung di Singapura menyoroti beberapa isu penting, termasuk fokus Taiwan…

8 hours ago

Pertemuan ke-49 ASEAN Audit Committee

Pertemuan ke-49 ASEAN Audit Committee (AAC), para anggota dari 10 negara anggota ASEAN dan Timor…

10 hours ago

Resmi Pensiun, David Beckham Sekarang Bertani dan Beternak

David Beckham, mantan bintang sepak bola, kini menjalani kehidupan yang berbeda setelah pensiun. Terkenal karena…

12 hours ago

Dukung Penjual Kopi Keliling, Kapal Api Group Sumbang 1M

Kapal Api Group telah mengumumkan komitmennya untuk mendukung para pedagang kopi keliling dengan menyumbangkan dana…

24 hours ago

ISEI Fasilitasi Sosialisasi LPS – Industri Asuransi

Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) memfasilitasi upaya sosialisasi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan…

1 day ago