Home » Status Gunung Api Ijen Naik Jadi Waspada

Status Gunung Api Ijen Naik Jadi Waspada

Masyarakat Sekitar Tidak Dekati Kawah dalam Radius 1.5 Km

by Junita Ariani
3 minutes read
gunung

ESENSI.TV - JAKARTA

Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menaikkan status Gunung Api Ijen menjadi Level II (WASPADA).

Peningkatan status Gunung Api Ijen ini mulai terhitung sejak 7 Januari 2023 pukul 14:00 WIB. Lalu, evaluasi dilakukan kembali jika terdapat perubahan aktivitas secara visual dan instrumental yang signifikan.

“Berdasarkan hasil evaluasi secara menyeluruh, maka tingkat aktivitas Gunung Api Ijen dinaikan dari Level I (Normal) menjadi Level II (Waspada). Terhitung sejak tanggal 7 Januari 2023 pukul 14:00 WIB dengan rekomendasi yang disesuaikan dengan potensi ancaman bahaya terkini,” ucap Plt Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Muhammad Wafid di Jakarta, dikutip dari situs resmi esdm.go.id, Senin (9/1/2023).

Berkaitan dengan itu, PVMBG Badan Geologi merekomendasikan agar masyarakat di sekitar Gunung Api Ijen dan pengunjung/wisatawan/penambang agar tidak mendekati kawah dalam radius 1.5 km dari bibir kawah.

Begitu juga dengan masyarakat yang bertempat tinggal di sepanjang aliran Sungai Banyu Pait. Warga diminta selalu waspada terhadap potensi ancaman aliran gas vulkanik yang berbahaya. Lalu, untuk tetap memperhatikan perkembangan aktivitas Gunung Api Ijen.

Wafid memperingatkan masyarakat jika mencium bau gas sulfur atau belerang yang menyengat agar segera menggunakan masker sebagai pelindung.

“Untuk kondisi darurat dapat menggunakan kain basah sebagai penutup alat pernapasan (hidung/mulut),” ujar Wafid.

Gunung Api Ijen secara geografisnya berada pada koordinat 08o03,30′ LS – 114o14,31′ BT . Kemudian, secara administratif masuk ke dalam wilayah: Kabupaten Banyuwangi, dan Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur.

Erupsi Gunung Api Ijen sejak tahun 1900 berupa letusan-letusan freatik yang bersumber dari danau kawah. Erupsi freatik pada tahun 1993 menghasilkan tinggi kolom asap berwarna hitam yang mencapai ketinggian 1000 m.

Tahun 2011 – 2012 juga mengalami peningkatan aktivitas berupa kenaikan kegempaan dan suhu air danau. Pada tahun 2017 terjadi tiga kali semburan gas (CO2 outburst).

Tahun 2018 juga terjadi tiga kali semburan gas (CO2 outburst), yaitu pada tanggal 10 Januari 2018, 19 Februari 2018 dan 21 Maret 2018. Semburan gas ini cukup besar, kemudian diikuti oleh kejadian aliran gas menyusuri lembah Sungai Banyu Pait hingga mencapai jarak lebih dari 7 km.

Baca Juga  DBD Makin Ganas di Cuaca Panas, Masyarakat Diminta Waspada

Peningkatan kegiatan terakhir terjadi pada 17 Januari 2020, berupa kenaikkan jumlah Gempa Vulkanik Dangkal.

Evaluasi dan Potensi Bahaya

Berdasarkan data pengamatan visual dan instrumental, terjadi peningkatan aktivitas vulkanik yang ditandai dengan meningkatnya kejadian Gempa Hembusan dan Gempa Vulkanik Dangkal sejak bulan Juli 2022.

Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan tekanan pada kedalaman dangkal sebagai akibat dari aktivitas hydrothermal Gunung Api Ijen. Peningkatan tekanan tersebut menyebabkan meningkatnya kejadian hembusan di Gunung Api Ijen.

Peningkatan aktivitas di Kawah Ijen seringkali ditandai oleh perubahan warna air danau kawah dari hijau menjadi hijau keputih-putihanan. Hal ini terjadi akibat naiknya endapan dari dasar danau ke permukaan oleh adanya tekanan gas yang kuat dari dasar danau.

Suhu air kawah Ijen juga akan meningkat seiring dengan meningkatnya tekanan/konsentrasi gas yang keluar dari dasar danau. Dalam kondisi meningkatnya aktivitas Kawah Ijen, biasanya gelembung-gelembung gas dipermukaan air kawah akan muncul.

Pengukuran suhu air danau pada tanggal 5 Januari 2023 juga menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan hasil pengukuran Bulan Desember 2022.

Potensi bahaya yang bisa ditimbulkan dari aktivitas vulkanik di Gunung Api Ijen pada saat ini adalah gas vulkanik konsentrasi tinggi di sekitar kawah. Ini berasal dari aktivitas solfatar di dinding kawah Ijen dan juga difusi gas-gas vulkanik dari dalam kawah ke permukaan.

Erupsi freatik berupa semburan gas dari danau kawah. Erupsi freatik bisa terjadi tanpa didahului oleh peningkatan aktivitas baik visual maupun kegempaan.

Beberapa kejadian peningkatan aktivitas Kawah Ijen seringkali diikuti oleh kejadian “outburst gas” atau letusan/semburan gas dari danau kawah Ijen, gas yg menyembur tersebut terutama adalah CO2.

Gas CO2 ini mempunyai berat jenis yg lebih berat dari udara, sehingga CO2 yg keluar akibat letusan/semburan ini, cenderung akan mengalir menyusuri lembah seperti kejadian letusan/semburan gas di Kawah Ijen di Bulan Maret 2018.

Editor: Raja H. Napitupulu

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life