Categories: Humaniora

Suhu Bumi Terus Menghangat dalam 8 Tahun Terakhir

Bumi mencatat rekor suhu terhangat selama delapan tahun berturut-turut sejak pencatatan dimulai akibat melonjaknya kadar gas rumah kaca dan akumulasi panas.

Menurut data Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO).2022 merupakan tahun kedelapan secara beruntun ketika suhu global tahunan mencapai setidaknya satu derajat Celsius di atas tingkat praindustri.

Data terbaru WMO menunjukkan bahwa suhu rata-rata global pada 2022 tercatat sekitar 1,15 derajat Celsius di atas tingkat praindustri, sedangkan suhu rata-rata sepuluh tahun untuk periode 2013-2022 adalah 1,14 derajat Celsius di atas garis dasar praindustri.

“Ada kebutuhan untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap peristiwa-peristiwa ekstrem seperti itu dan untuk memastikan bahwa kita memenuhi target Peringatan Dini untuk Semua (Early Warnings for All) PBB dalam lima tahun ke depan,” kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) WMO Petteri Taalas.

Ini menunjukkan bahwa pemanasan jangka panjang terus berlanjut, dan kemungkinan untuk sementara melewati target 1,5 derajat Celsius pun terus meningkat, kata WMO.

Pemanasan global dan tren perubahan iklim jangka panjang lainnya diperkirakan akan terus berlanjut, ungkap WMO, yang disebabkan oleh rekor kadar gas rumah kaca yang memerangkap panas di atmosfer.

Gelombang panas ekstrem, kekeringan, dan banjir dahsyat memengaruhi jutaan orang dan menyebabkan kerugian senilai miliaran dolar AS pada 2022, demikian menurut laporan sementara State of the Global Climate in 2022 WMO.

Perjanjian Paris 2015 yang penting bertekad menjaga pemanasan global “jauh di bawah” dua derajat Celsius di atas tingkat praindustri, dan untuk mengupayakan batas yang lebih rendah 1,5 derajat Celsius.

Sementara itu, Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change/IPCC) menggarisbawahi bahwa pemanasan global harus dibatasi maksimal 1,5 derajat Celsius atau lebih rendah.

“Saat ini hanya setengah dari 193 anggota (WMO) yang memiliki layanan peringatan dini yang tepat, yang menyebabkan kerugian ekonomi dan korban manusia yang jauh lebih tinggi. Ada juga kesenjangan-kesenjangan besar dalam pengamatan cuaca dasar di Afrika dan negara kepulauan, yang memiliki dampak negatif besar pada kualitas prakiraan cuaca,” ujar Sekjen WMO memperingatkan.

Editor: Dimas Adi Putra

Arti Sukma Lengkawati

Recent Posts

Nadiem Batalkan Kenaikan UKT, Akar Masalah Pendidikan Mahal di Indonesia Belum Selesai

KETUA Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik (HMIP) Universitas Indonesia Muhammad Rihandi menegaskan persoalan biaya pendidikan tinggi…

1 min ago

Perkembangan Terkini Traktat Pandemi dan Amandemen Aturan Kesehatan Internasional

Jurnal kesehatan internasional Nature 21 Mei 2024 menurunkan artikel berjudul “A global pandemic treaty is…

2 hours ago

Netizen Pertanyakan Maksud Pemerintah Potong Upah Pekerja 3% untuk Tapera

Dunia maya kembali diramaikan dengan kebijakan baru pemerintah soal potongan tambahan dari pekerja untuk Tabungan…

2 hours ago

KADIN: Konsep Pentahelix Tepat untuk Budidaya Perikanan Berkelanjutan

Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia mendorong pemerintah menerapkan konsep Pentahelix dalam upaya budidaya perikanan…

3 hours ago

Kemenangan Tim Garuda, Redbull Campus Clutch

Tim Garuda Indonesia mencatat sejarah baru dengan memenangkan turnamen Red Bull Campus Clutch 2023 di…

5 hours ago

Cerita Nikita Nur Hijriyati, Penyandang Disabilitas Sukses Wisuda di UGM Yogyakarta

NIKITA Nur Hijriyati penyandang disabilitas Hard of Hearing dan minor cerebral palsy punya semangat baja.…

13 hours ago