Internasional

Waralaba Starbucks Dunia Lesu Akibat Boikot Massal

Starbucks menjadi salah satu merk yang terkena boikot selama perang Israel-Hamas berlangsung.

Alshaya Group, waralaba Starbucks di Timur Tengah mulai melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sekitar 2.000 pekerja, Selasa (5/3) kemarin. Pemecatan masif ini dilakukan di lokasi mereka di Timur Tengah dan Afrika Utara. Melalui pernyataan, mereka menyebut, ini merupakan kondisi yang menantang selama 6 bulan terakhir.

“Sebagai akibat dari kondisi perdagangan yang terus menantang selama enam bulan terakhir, kami telah mengambil keputusan yang menyedihkan dan sangat sulit untuk mengurangi jumlah rekan kerja di gerai Starbucks MENA kami,” bunyi pernyataan tersebut, dikutip dari New York Post.

Alshaya telah menjalankan sekitar 1.900 cabang Starbucks di Bahrain, Mesir, Yordania, Kuwait, Lebanon, Maroko, Oman, Qatar, Arab Saudi, Turki, dan Uni Emirat Arab.

Alshaya Group merupakan perusahaan swasta yang memegang hak waralaba untuk banyak perusahaan Barat, seperti The Cheesecake Factory, H&M, dan Shake Shack. Perusahaan ini mempekerjakan lebih dari 19.000 staf. Mereka disebut akan memberikan “dukungan yang mereka butuhkan” kepada karyawan yang terkena dampak dan keluarga mereka.

Starbucks Malaysia

Tidak hanya di Timur Tengah, waralaba Starbucks di Malaysia, Berjaya Food Berhad juga turut merasakan akibat boikot besar-besaran ini.

Berjaya Food Berhad merupakan perusahaan Malaysia yang mengoperasikan jaringan restoran dan kafe di Asia Tenggara. Dikutip dari New York Times, bulan lalu perusahaan ini melaporkan penurunan penjualan kuartalan sebesae 38%. Saham perusahaan pun anjlok lebih dari 20% sejak awal Oktober.

Vincent Tan, selaku pendiri Berjaya Food Berhad meminta pelanggan di Malaysia untuk berhenti memboikot Starbucks. Ia mengeaskan bahwa Starbucks Malaysia adalah milik Malaysia dan tidak mempekerjakan satupun orang asing.

“Saya pikir semua orang yang memboikot Starbucks Malaysia harus tahu bahwa itu adalah perusahaan milik Malaysia. Kami bahkan tidak memiliki satu orang asing pun yang bekerja di kantor pusat. Di toko-toko, 80 hingga 85 persen karyawannya adalah Muslim. Boikot ini tidak menguntungkan siapa pun.” ujar Vincent Tan.

Melalui situs web, Starbucks Malaysia juga menyampaikan mereka tidak memiliki agenda politik dan tidak menggunakan keuntungan untuk mendanai operasi pemerintah atau militer. Selain itu, ditegaskan juga bahwa mereka telah mengakhiri kemitraan di Israel pada 2003 silam.

Secara global, Starbucks memangkas perkiraan penjualan tahunan karena perang Israel-Hamas merugikan bisnis pemegang lisensinya di Timur Tengah.

 

 

 

Editor: Raja H. Napitupulu

Addinda Zen

Recent Posts

812 Jiwa Terdampak Banjir di Luwu Utara Sulawesi Selatan

BANJIR melanda wilayah Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan, Kamis (23/5). Peristiwa ini terjadi setelah…

10 mins ago

Solusi soal Ancaman Krisis Air Bersih di Indonesia Menurut Pakar Hidrologi UGM

PAKAR hidrologi Prof Dr. Ing. Ir. Agus Maryono, IPM. ASEAN.Eng. memperkenalkan Gerakan Memanen Air Hujan…

50 mins ago

Longsor di Mamasa Sulbar 1.270 Jiwa Masih Mengungsi

SEBANYAK 192 Kepala Keluarga terdampak, satu orang luka, satu orang Ibu hamil terisolir dan 1.270…

1 hour ago

Keseruan di Bounce Street Asia, Jakarta

Bounce Street Asia di Jakarta adalah destinasi rekreasi yang penuh keseruan dan energi. Terletak di…

2 hours ago

Ngeri… Triwulan I-2024, Transaksi Judi Online Capai Rp100 T

Hingga triwulan I-2024, pemerintah mencatat transaksi judi online di Indonesia mencapai angka Rp100 triliun. Dana…

4 hours ago

Manchester City Cetak Sejarah Baru di Dunia Sepak Bola

Manchester City telah mencetak sejarah baru dengan pencapaian luar biasa di dunia sepak bola. Klub…

4 hours ago