Humaniora

Antrean Beras Murah: Solusi atau Masalah Baru?

Langka dan kenaikan harga beras membuat warga rela mengantre untuk mendapatkan subsidi beras bulog dan bahan sembako lainnya, seperti yang terjadi di kawasan H. Berit Jakarta Barat.

Beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) ini menjadi pilihan alternatif sejumlah konsumen di tengah melonjaknya harga pangan. Terlihat antusiasme masyarakat yang rela mengantre untuk mendapatkan beras dan bahan pangan dengan harga miring.

Beras SPHP 5kg dijual Rp53.000 sedangkan beras premium Rp69.500 untuk gula manis kita Rp17.000 dan Minyak goreng Rizky Rp14.000.

Selain di Jakarta, di Pasuruan, Jawa Timur masyarakat rela antre 3 jam demi mendapatkan beras murah. Di Mamuju, Sulawesi Barat, Mataram, NTB, Samarinda, Kaltim dan Mandailing Natal, Sumbar kejadian serupa dirasakan masyarakat.

Mengingatkan Pada Masa Lalu

Fenomena seperti ini mengingatkan kejadian  di era akhir kekuasaan Soekarno. Hanya saja penyebabnya bukan karena perubahan iklim, tetapi oleh kebijakan politik pada masa itu.

Pada tahun 1960 an itu, semua hal yang berbau ekonomi dikendalikan oleh negara. Rakyat tak bisa berbuat apapun. Alhasil semua serba dibatasi dan diatur dengan ketat, termasuk soal beras.

Fenomena antre beras juga pernah terjadi pada akhir kekuasaan Orde Baru yang otoriter selama 32 tahun. Tahun 1998, Indonesia mengalami krisis multidimensi. Jatuhnya masa kejayaan presiden Soeharto ditandai dengan antre beras, antre kain. Angkutan yang sulit, listrik yang redup dan sering padam, harga yang melonjak dari hari ke hari, pertentangan politik yang tajam antara golongan satu dan golongan lain.

Kata Jusuf Kalla

Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla ikut menyoroti fenomena warga yang mengantre membeli beras. Menurutnya hal ini harus segera disikapi pemerintah, dan bisa dicegah apabila masjid juga bisa memakmurkan masyarakat serta menjadi wadah kegiatan muamalah.

“Karena muamalah yang bisa membawa kita menuju kesejahteraan, kemakmuran sampai hari ini. Kenapa saya ingin ingatkan, kalau lihat sekarang ini banyak masyarakat kita hanya untuk membeli 5 kilogram sampai 10 kilogram beras. Siapa yang antri? Lihat lah 99 persen umat islam yang pakai jilbab. Hanya hampir semua kesulitan sebagian besar umat,” kata JK.

Dia juga mengatakan untuk mengatasi ketimpangan, dan antre beras ini kita harus bisa memprioritaskan penerima zakat, mustahik dengan muzakki jangan sampai bias.

Editor: Raja Napitupulu

 

fara dama

Recent Posts

Bertemu Presiden Majelis Umum PBB, Jokowi Sampaikan Tiga Isu Penting Situasi Palestina

PRESIDEN Joko Widodo melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Dennis Francis…

6 hours ago

Penelitian UGM Ungkap Konten TikTok Berdampak Penurunan Daya Attention Span

TIM mahasiswa UGM Yogyakarta yang terdiri Rizqi Vazrin (Filsafat), Romdhoni Afif N (Filsafat), Radhita Z…

6 hours ago

BNPB Operasikan Teknologi Modifikasi Cuaca untuk Sukseskan World Water Forum di Bali

BADAN Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk mensukseskan acara World…

7 hours ago

Jokowi Sampaikan Dukacita Atas Meninggalnya Presiden Iran Ebrahim Raisi

PRESIDEN Jokowi menyampaikan dukacita yang mendalam atas meninggalnya Presiden Iran Ebrahim Raisi dan para delegasi…

7 hours ago

Pro Kontra Study Tour Pasca-kejadian Ciater Subang, Ini yang Perlu Diketahui

KECELAKAAN maut terjadi di jalan Jalan Raya Kampung Palasari, Desa Palasari, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang,…

8 hours ago

Industri Linting Kertas Sigaret Indonesia Peluang Besar Ekspor

PEMERINTAH terus mendukung upaya industri yang melakukan inovasi dalam meningkatkan daya saingnya dan memperluas pasar.…

9 hours ago