Home » Dari Guru Bangsa: Tjokroaminoto Hingga Sepatu Dahlan, Ini 5 Film Pendidikan yang Wajib Ditonton

Dari Guru Bangsa: Tjokroaminoto Hingga Sepatu Dahlan, Ini 5 Film Pendidikan yang Wajib Ditonton

by Erna Sari Ulina Girsang
3 minutes read
guru bangsa

ESENSI.TV - JAKARTA

Indonesia memiliki banyak sekali tokoh nasional yang sangat menginspirasi. Nilai-nilai yang ditinggalkan para tokoh itu tidak sedikit yang sudah diadopsi menjadi film biografinya, sehingga lebih mudah diketahui dan dipahami oleh generasi muda.

Menonton film biografi para tokoh nasional bisa menjadi salah satu pilihan untuk mengetahui dan memahami nilai-nilai hidup dan perjuangan mereka, selain membaca buku biografi atau buku-buku sejarah.

Ini lima film biografi tokoh Indonesia yang menginspirasi dan wajib kamu tonton.

1. Film Guru Bangsa: Tjokroaminoto

guru bangsa

guru bangsa

Film Guru Bangsa: Tjokroaminoto disilir tahun 2015 oleh sutradara oleh Garin Nugroho, produser Christine Hakim, serta diperankan oleh Reza Rahadian, Christine Hakim, Didi Petet dan Alex Komang. Film ini diproduksi oleh Yayasan Keluarga Besar HOS Tjokroaminoto.

Raden Hadji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto lahir di Ponorogo, Jawa Timur tanggal 16 Agustus 1882. Wafat di Yogyakarta, Indonesia tanggal 17 Desember 1934 pada usia 52 tahun. Dia adalah salah satu pemimpin yang diberigelar De Ongekroonde van Java atau Raja Jawa Tanpa Mahkota oleh Belanda.

Tjokroaminoto adalah salah satu pelopor pergerakan di Indonesia. Dia menjadi tempat belajar sejumlah pemimpin bangsa, seperti Semaoen, Alimin, Muso, Soekarno, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo dan Tan Malaka. Jauh sebelum Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, dia adalah tokoh Indonesia pertama yang menolak tunduk pada Belanda.

2. Kartini

gie

gie

guru bangsa 1

guru bangsa 1

kartini

kartini

sepatu dahlan

sepatu dahlan

soekarno

soekarno

Film biografi Kartini dirilis tahun 2017 oleh sutradara Hanung Bramantyo, ditulis oleh Bramantyo dan Bagus Bramanti, serta dibintangi oleh Dian Sastrowardoyo, Christine Hakim, Acha Septriasa, Ayushita, Adinia Wirasti dan Reza Rahadian.

Raden Adjeng (RA) Kartini lahir di Jepara tanggal 21 April 1879 dan meninggal di Rembang tanggal 17 September 1904, diusia 25 tahun. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Dia lahir dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, yaitu Bupati Jepara Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat.

Kartini memiliki minat yang tinggi untuk belajar dan membaca, sehingga dia memiliki wawasan luas dan tertarik dengan kemajuan cara berpikir wanita Eropa. Dia menguasai bahasa Belanda dan aktif menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Dia membuka kelas belajar untuk wanita pribumi kelas bawah yang pada saat itu mustahil untuk mendapatkan pendidikan.

3. Gie

gie

Rekam layar Film Gie

Film Gie dirilis tahun 2005 garapan sutradara Riri Riza diadopsi dari buku Catatan Seorang Demonstran karya Soe Hok Gie sendiri, tetapi ditambahkan beberapa tokoh fiktif agar ceritanya lebih dramatis. Film ini dibintangi oleh Nicholas Saputra.

Soe Hok Gie lahir di Jakarta tanggal 17 Desember 1942 dan meninggal di Gunung Semeru tanggal 16 Desember 1969 pada usia 26 tahun. Dia adalah seorang aktivis Indonesia Tionghoa yang menentang kebijakan diktator dari Presiden pertama Indonesia Soekarno dan Presiden kedua Soeharto.

Baca Juga  Empat Daerah Ini Dinobatkan Sebagai Desa Terbersih di Dunia, Termasuk Desa Penglipuran di Bali

Setelah lulus dari SMA Kolese Kanisius, dia kuliah di Jurusan Sastra, Universitas Indonesia (UI) dari tahun 1962 sampai 1969 dan menjadi dosen di UI hingga akhir hayatya. Dia adalah aktivis yang banyak mengkritisi kebijakan Pemerintah.

Tidak hanya di kampus dan aksi di jalan, dia juga aktif menyampaikan aspirasinya dengan menulis artikel yang dipublikasikan di koran-koran seperti Kompas, Harian Kami, Sinar Harapan, Mahasiswa Indonesia dan Indonesia Raya.

Dia sangat menyukai alam dan meninggal karena menghirup gas beracun saat mendaki gunung berapi Semeru sehari sebelum ulang tahun ke 27. Dia meninggal bersama rekannya, Idhan Dhanvantari Lubis. Makamnya saat ini menjadi Museum Taman Prasasti di Jakarta Pusat.

4. Soekarno

soekarno

Rekam layar Film Soekarno

Film Soekarno dirilis tahun 2013 garapan sutradara Hanung Bramantyo dan penulis Ben Sihombing, serta dibindangi oleh Ario Bayu dan Maudy Koesnaedi. Film ini mengisahkan tentang perjalanan dan nilai-nilai hidup Soekarno sekaligus sejarah Kemerdekaan Indonesia.

Ir Soekarno lahir di Surabaya, Jawa Timur tanggal 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta tanggal 21 Juni 1970, diusia 69 tahun. Dia adalah Presiden pertama Republik Indonesia dan memerintah sejak tahun 1945 hingga tahun 1967 dan dinamai Bapak Proklamator bersama dengan Mohammad Hatta. Dia adalah pencetus konsep Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.

Dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Tahun 1915, Soekarno menyelesaikan pendidikannya di ELS dan melanjutkan ke HBS di Surabaya, Jawa Timur. Selama sekolah dia tinggal di rumah HOS Tjokroaminoto.

Di sana dia berkenalan dengan para pemimpin Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin Tjokroaminoto, seperti Alimin, Musso, Darsono, Haji Agus Salim dan Abdul Muis. Soekarno kemudian aktif dalam kegiatan organisasi pemuda dan berjuang melawan penjajah melalui pemikirannya hingga menjadi Presiden Pertama Republik Indonesia.

5. Sepatu Dahlan

sepatu dahlan

Rekam layar Film Sepatu Dahlan

Film Sepatu Dahlan dirilis tahun 2014 produser Rizaludin Kurniawan dan Deden Ridwan, serta disutradarai oleh Benni Setiawan. Penulis Benni Setiawan dan Khrisna Pabichara. Diperankan oleh Aji Santosa, Donny Damara dan Kinaryosih.

Film biografi ini mengisahkan tentang keinginan Dahlan memiliki sepatu saat masih kanak-kanak. Impian yang sulit diperolehnya karena dia beasal dari keluarga tidak mampu. Namun, secara keseluhan film ini menyampaikan nilai-nilai perjuangan Dahlan kecil hingga sukses.

Prof. Dr. (H.C.) Dahlan Iskan lahir di Magetan, Jawa Timur tanggal 17 Agustus 1951. Dia memulai karirnya sebagai reporter sebuah surat kabar kecil di Samarinda, Kalimantan Timur tahun 1975. Tahun 1976, ia menjadi wartawan majalah Tempo. Sejak tahun 1982, Dahlan Iskan memimpin surat kabar terbesar di Jawa Timur, yaitu Jawa Pos hingga tahun 2018.

Tahun 2009, dia ditunjuk menjadi Direktur Utama PT PLN dan membuat gebrakan di bidang kelistrikan nasional, antara lain bebas byar pet se Indonesia selama 6 bulan, gerakan sehari sejuta sambungan. Kemudian, tahun 2011, Dahlan Iskan diangkat menjadi Menteri BUMN.*

 

Editor: Erna Sari Ulina Girsang

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life