Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menjalankan program Dana Kemitraan Peningkatan Teknologi Industri (DAPATI). Hal ini dilakukan agar implementasi kebijakan industri hijau dan pengembangan tekstil fungsional pada industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dapat terlaksana. Termasuk pelaku usaha skala kecil maupun menengah.
“Salah satu bentuk pelaksanaan program DAPATI adalah kegiatan konsultansi dan bimbingan peningkatan efisiensi teknologi proses produksi dan kinerja IPAL. Oleh tim konsultan DAPATI dari Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BBSPJI) Tekstil Bandung,” Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin Doddy Rahadi di Jakarta, Jumat (4/8).
Tim konsultan DAPATI BBSPJI Tekstil juga telah memperkenalkan teknologi proses penyempurnaan tekstil sederhana bernilai tambah produk kepada IKM tenun tradisional Bentang Terang Putri, Majalaya, Kabupaten Bandung. Hal ini memberikan dampak positif berupa efisiensi penggunaan energi, air, serta pengurangan jumlah pemakaian bahan kimia yang dapat mencemari lingkungan.
Output dari penyempurnaan tekstil tersebut antara lain menghasilkan salah satu jenis tekstil fungsional, yakni kain anti bakteri yang mulai diminati pasar domestik.
“Tantangan bagi IKM dalam mengimplementasikan teknologi adalah kebutuhan modal permesinan yang cukup besar untuk proses penyempurnaan. Namun, melalui kegiatan konsultansi dan percobaan skala laboratorium, teknologi proses dapat disederhanakan dan diimplementasikan di IKM,” ujarnya.
Tujuan Program DAPATI
Program DAPATI bertujuan untuk memfasilitasi peningkatan kemampuan teknologi melalui bimbingan teknis dan pendampingan industri kepada IKM. Agar bisa memiliki kesempatan yang sama untuk naik kelas menjadi industri yang ramah lingkungan. Serta menjadi bagian dari ekosistem produsen tekstil fungsional.
Program DAPATI BBSPJI Tekstil juga diharapkan mampu mengubah paradigma bahwa teknologi bukan sesuatu yang eksklusif.
“Melalui adopsi dan reverse engineering dapat muncul inovasi-inovasi teknologi proses, yang dapat diterapkan di industri skala kecil dan menengah. Inilah peran penting Pembina Industri yang dapat dirasakan secara langsung oleh pelaku industri,” jelasnya.
“Kegiatan ini bermanfaat bagi kami. Karena peningkatan efisiensi dapat menekan biaya operasional perusahaan, khususnya dari aspek biaya penggunaan air, energi, dan bahan kimia,” ungkap Ismail Makhruf, Direktur CV. Oshwin Bustari Makhruf.
Di IKM Bentang Terang Putri, pengujian penerapan penyempurnaan zat anti bakteri pada kain tenun ATBM menunjukkan kemampuan anti bakteri hingga 25 kali pencucian rumah tangga. Dengan efektivitas fungsi anti bakteri yang diuji terhadap bakteri Staphylococcus aureus sebesar 87,44 persen. Sedangkan setelah pencucian sebesar 67,71 persen.
“Kain tenun adati yang memang biasanya jarang dicuci kini dapat terhindar dari bau akibat bakteri. Hal ini meningkatkan kenyamanan bagi pengguna. Ke depannya kami harap dapat melanjutkan kerja sama dengan BBSPJI Tekstil. Agar proses penyempurnaan ini dapat pula diaplikasikan pada bahan baku benang,” ungkap Cucu Juariyah, pemilik IKM Bentang Terang Putri.
Editor: Nabila Tias Novrianda/Addinda Zen