Home » Ini 4 Alasan Mengapa Dunia Sulit Menghentikan Penyebaran Penyakit Rabies

Ini 4 Alasan Mengapa Dunia Sulit Menghentikan Penyebaran Penyakit Rabies

by Erna Sari Ulina Girsang
2 minutes read
Ilustrasi bahaya rabies. Foto: Ist

ESENSI.TV - JAKARTA

Penyakit rabies merupakan ancaman kesehatan masyarakat di sejumlah negara, termasuk Indonesia, sehingga suntikan rabies adalah vaksinasi anjing yang paling penting untuk melindungi kesehatan manusia.

Rabies tidak hanya mematikan dan membayahakan kehidupan manusia, tetapi juga kesehatan hewan.

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan April 2023 sudah ada 31.113 kasus gigitan hewan penular rabies, 23.211 kasus gigitan yang sudah mendapatkan vaksin anti rabies, dan 11 kasus kematian di Indonesia.

Harvard Public Health melaporkan rabies pernah menjadi salah satu penyakit yang paling ditakuti dalam dunia kedokteran

Penyakit ini masih membunuh hampir 60.000 orang setiap tahunnya secara global, sebagian besar di Afrika dan Asia dimana anjing merupakan sumber utama penularan rabies ke manusia.

Meskipun rata-rata hanya ada satu hingga tiga kasus rabies pada manusia yang dilaporkan di AS dalam satu tahun, ratusan ribu orang digigit oleh hewan liar atau anjing yang diduga mengidap penyakit tersebut.

Ini empat alasan mengapa penyebaran penyakit rabies masih sulit diberantas baik di hewan peliharaan maupun kepada manusia.

1. Tidak Ada Tindakan Pencegahan Agresif

Tidak semua kota mau melakukan tindakan pencegahan agresif. Padahal ketika ada satu kasus rabies tindakan pencegahan yang agresif diperlukan.

Yaitu, masyarakat harus segera diberikan serangkaian suntikan untuk memberikan vaksin rabies, yang dikombinasikan dengan pencucian luka, akan mencegah perkembangan penyakit di hampir semua kasus.

Kemudian mereka harus diuji dan dipantau. Jika gejalanya muncul, maka sudah terlambat: Rabies memiliki tingkat kematian sebesar 99 persen.

2. Pemilih Anjing Meragukan Vaksin Rabies

Satu abad yang lalu, rabies membunuh ribuan hewan peliharaan dan hewan ternak serta puluhan manusia di AS yang pada akhirnya menyebabkan meluasnya mandat rabies di seluruh negeri, meskipun mandat yang ada saat ini tidak konsisten.

Baca Juga  Hari Anak Nasional, Presiden Tekankan Pentingnya Perlindungan bagi Anak

Mandat yang longgar ditambah dengan bukti bahwa pemilik anjing yang ragu-ragu terhadap vaksin mungkin tidak memvaksinasi hewan peliharaannya dapat menimbulkan ancaman serius bagi kesehatan manusia dan hewan.

Cakupan vaksin yang luas diperlukan untuk mencegah atau menghilangkan wabah rabies. Organisasi Kesehatan Dunia merekomendasikan vaksinasi rabies sebagai strategi yang paling hemat biaya untuk mencegah penyakit rabies pada manusia.

Efek “limpahan” keraguan terhadap vaksin menggarisbawahi pentingnya memulihkan kepercayaan terhadap keamanan dan kemanjuran vaksin pada manusia.

3. Anjing yang Tidak Divaksin Masih Banyak Beredar

Anjing yang tidak divaksin masih banyak beredar, tidak hanya anjing liar, bahkan sangat disayangkan banyak hewan peliharaan di rumah tidak divaksin oleh pemiliknya.

Bahayanya, anjing yang tidak divaksinasi dan bertemu dengan hewan rabies di alam liar berisiko sakit dan berpotensi menularkan virus kepada manusia.

Seorang ahli epidemiologi CDC, Ryan Wallace, mengatakan kepada NPR bahwa vaksinasi rabies tahunan yang luas untuk anjing mencegah 300 infeksi anjing dan 100 kematian manusia akibat rabies setiap tahunnya.

4. Kurang Sosialisasi dan Edukasi dari Pemerintah Setempat

Kampanye kesehatan masyarakat untuk mengatasi keraguan terhadap vaksin sebaiknya mempertimbangkan pemilik anjing dalam penyampaian pesan mereka, dan mempertimbangkan penurunan vaksinasi hewan peliharaan, terutama untuk rabies, yang merupakan faktor penting dalam mengukur kepercayaan masyarakat terhadap vaksin.

Email: ernasariulinagirsang@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang/Raja H. Napitupulu

#beritaterkini
#beritaviral

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life