Ekonomi

OJK Bidik Penetrasi Kredit di Atas 35 Persen, Mirza: Masih Banyak Ruang

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membidik penetrasi kredit nasional di atas 35 persen dari produk domestik bruto (PDB). Hal ini mengingat masih banyak potensi yang bisa dielaborasi. Salah satunya sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

“Jadi masih banyak ruang untuk bertumbuh. Tidak hanya bicara kredit bank, tapi juga pembiayaan non bank,” kata Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Mirza Adityaswara.

Pernyataan itu disampaikannya dalam seminar internasional terkait penilaian kredit di Nusa Dua, Bali, Jumat (17/3/2023).

Menurut dia, realisasi kredit di Indonesia saat ini diperkirakan baru mencapai sekitar 35 persen dari PDB. Berdasarkan data OJK, realisasi kredit perbankan pada Desember 2022 mencapai Rp6.424 triliun.

Melonjak 11,35 persen dibandingkan periode sama 2021 mencapai Rp5.482 triliun. Capaian realisasi kredit 2022 itu diperkirakan sekitar 35 persen dari total PDB atas dasar harga berlaku mencapai Rp19.588,4 triliun.

“Data itu berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2022,” ujarnya dikutip dari Antara.

Mirza menjelaskan, persentase kredit perbankan di Tanah Air masih lebih rendah dibandingkan Thailand yang mencapai sekitar 70 persen dari PDB nya.

Ia menyakini dukungan penetrasi kredit tidak hanya dikontribusikan oleh sektor perbankan, tetapi juga kredit non bank. Di antaranya lembaga pembiayaan Pegadaian, hingga lembaga keuangan informasi. Seperti Lembaga Keuangan Mikro (LKM).

Tumbuhkan Kredit di Indonesia

Mirza menambahkan, penilaian kredit alternatif yang inovatif atau (ICS) berpotensi menjadi salah satu informasi menilai calon debitur termasuk pelaku UMKM.

ICS, lanjut dia, dapat menjadi cara baru selain penilaian kredit oleh Biro Kredit Konvensional yang menilai riwayat pembayaran pinjaman dan utang yang belum lunas.

Apalagi dengan era digital. Informasi terkait transaksi yang tren saat ini seperti Beli Sekarang Bayar Kemudian (Buy Now Pay Later/BNPL). Dan, aktivitas digital UMKM dapat menjadi salah satu bagian penilaian dalam memperoleh akses kredit.

“Kita semua ada di era digital. Untuk menumbuhkan kredit, informasi dari aktivitas digital, bisa digunakan sebagai informasi ini untuk menumbuhkan kredit di Indonesia,” ucapnya.

Untuk menumbuhkan kredit yang memenuhi prinsip hati-hati, lanjut dia, pemerintah memiliki program jaminan kredit termasuk bagi UMKM.

“Dengan banyaknya penduduk hampir 300 juta dari Sabang sampai Merauke, itu (35 persen kredit) belum cukup. Kami harus menumbuhkan banyak lagi pinjaman. Tidak hanya dari bank tapi juga non bank. Tidak hanya menggunakan konvensional tapi juga informasi digital,” ucapnya. *

#beritaviral
#beritaterkini

Email : junitaariani@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang

Junita Ariani

Recent Posts

Wahh… Ternyata Dunia Pendidikan pun Punya Kartel?

Dunia pendidikan saat ini sedang digemparkan dengan berbagai temuan perilaku akademisi. Disebutkan, ada akademisi asal…

1 hour ago

Manfaat Jalan Kaki Setiap Hari bagi Kesehatan Gen Z

Kesibukan Generasi Z saat ini semakin meningkat. Durasi pekerjaan atau aktivitas yang semakin tinggi pun…

2 hours ago

Tiga Nama Populer di Pilkada Jawa Tengah: Hendrar Prihadi, Sudaryono, dan Taj Yasin Maimoen

INDEKS Data Nasional (IDN) merilis hasil survei nama calon Gubernur Jawa Tengah pada Pilkada Serentak…

4 hours ago

Udara Jakarta Masuk Peringkat-5 Dunia Kota Terpolusi

Udara Jakarta masuk peringkat ke-5 dunia sebagai kota yang paling polusi. Sejak hari ini, Jumat…

5 hours ago

Manfaat Memakan Sup Ikan Salmon bagi Pertumbuhan Bayi

Menyediakan nutrisi yang seimbang dan bergizi bagi bayi adalah salah satu prioritas utama bagi setiap…

5 hours ago

Ini Kronologi Polri dan BNN Bekuk Gembong Narkoba Asal Australia di Filipina

POLRI dan Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerja sama dengan Kepolisian Nasional Filipina menangkap gembong narkoba…

6 hours ago