Pakar Komunikasi Politik, Gun Gun Heryanto mengatakan, tidak semua pertanyaan politik harus dijawab. Hal itu diungkapkannya saat menyampaikan materi mengenai Komunikasi Politik pada peserta Executive Education Program for Young Political Leader Batch 11 pada Selasa (15/03). Program ini diselenggarakan di Golkar Institute, Jakarta Barat.
“Tidak semua pertanyaan politik harus dijawab. Jika itu adalah privasi, maka tidak perlu dijawab,” ujar dia.
Sebab dalam komunikasi politik, katanya, terdapat manajemen isu.
Meski demikian, seorang politisi juga tidak perlu menghindar. Teori Komunikasi ini dikenal juga dengan istilah CPM (Communication Privacy Management).
Ia mengatakan, komunikasi akan bermanfaat jika diaplikasikan. Selain itu, gestur tubuh juga diperlukan dalam berkomunikasi karena itu adalah hal yang diamati oleh semua orang.
“Komunikasi itu juga perlu manajemen. Perlu banyak membaca, juga rajin melakukan evaluasi,” jelasnya.
Seorang politisi juga perlu memahami perkembangan opini publik agar mekanisme komunikasi politik yang tercipta tetap solid. Baik internal maupun eksternal.
Selain itu, seorang politisi harus memiliki data yang kuat. Baik data mikro maupun big data.
Tujuannya, agar pernyataan politisi tersebut mencerminkan kondisi riil di lapangan.
Ia mencontohkan, sosok Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang telah berlabuh ke Partai Golkar.
Menurut dia, jumlah pencoblos di Jawa Barat merupakan lumbung suara nasional. Terdapat sebanyak 33,5 juta suara ada di Jawa Barat.
“Karena itu, kehadiran Kang Emil (panggilan akrab Gubernur Jawa Barat) sangat menguntungkan bagi Golkar,” terang Gun Gun.
Lebih jauh, Gun Gun Heryanto memuji Partai Golkar yang sudah bagus komunikasinya dalam mensolidkan internal.
“Kita harus memperkuat basis data. Politisi yang bagus adalah politisi yang rajin dan cermat untuk memiliki dan mencari data. Kalau politisi yang karbitan dan tidak matang pasti dangkal. Kalau berdialog pun akan asal,” tambahnya.
Masa depan dikendalikan oleh data, tetapi ditafsirkan oleh nilai-nilai kemanusiaan. Tulisan akan hanya menjadi tulisan, jika penafsir tidak memiliki kekuatan. Maka dengan data yang ada, suatu partai atau politisi akan lebih kuat komunikasi politiknya.
Menutup pemaparannya, Gun Gun Heryanto mengatakan strategi yang harus disusun dalam manajemen berkomunikasi.
“Perkuat basis struktur partai dan juga proses kandidasi. Semua harus tertata untuk menggerakkan basis tersebut,” pungkasnya.
Editor: Addinda Zen/Raja H. Napitupulu
addindazen@esensi.tv
UNIVERSITAS Negeri Yogyakarta (UNY) merayakan Dies Natalis ke-60. Untuk menyemarakkannya menggelar rangkaian kegiatan, salah satunya…
MENTERI Perdagangan RI, Zulkifli Hasan optimistis perdagangan Indonesia akan terus meningkat, termasuk dengan Selandia Baru.…
BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis prakiraan cuaca yang berlaku pada periode 17 -…
Menunda-nunda pekerjaan atau procrastination adalah masalah umum yang dapat menghambat produktivitas dan menyebabkan stres. Ada…
Dunia jurnalistik Indonesia kehilangan salah seorang tokoh terbaik di bidang pers dan perfilman nasional, Prof.…
Depresi berat telah menjadi masalah dari banyak orang di dunia. Menurut Healthline.com, sebanyak 5% orang…