Humaniora

Penyakit Ternak Merajalela, Komisi IV Minta Kementan Beri Dukungan Anggaran

Kementerian Pertanian (Kementan) diminta untuk memberikan dukungan anggaran pencegahan penyakit ternak. Pasalnya, banyak penyakit mulai marak menyerang ternak di tanah air. Seperti African Swine Fever (ASF), Rabies, Lumpy Skin Disease (LSD) dan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

Menurut Anggota Komisi IV DPR, Alien Mus, kasus penyakit ASF banyak terjadi di Toraja, Sulawesi Selatan. Penyakit ini telah mematikan hampir seribu sampai dua ribu ekor ternak.

“Ini yang menjadi atensi untuk pemerintah juga. Karena saya lihat kayaknya juga dari Pemerintah kabupaten/kota dan provinsi anggarannya nggak ada untuk menangani ini. Bagaimana cara dan solusinya untuk menangani hal ini?” ujar Alien.

Ia mengatakan itu dalam Rapat Kerja Komisi IV dengan Menteri Pertanian (Mentan) di Gedung Nusantara, DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (13/6/2023).

Kemudian juga terdapat Lumpy Skin Disease (LSD) yang juga mematikan hewan kecil dan membuat hewan dewasa tidak layak konsumsi.

“Karena kita sudah dihadapkan dengan hari raya Iduladha. Pastinya orang mau berkurban tentunya memberikan hewan-hewan yang sehat. Saya harap ini juga menjadi atensi dari Kementan,” tutur Politisi Fraksi Partai Golkar itu.

Darurat Rabies di NTT

Anggota Komisi IV DPR RI Yohanis Fransiskus Lema pun meminta agar anggaran Direktorat Jenderal Peternakan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) diberikan lebih besar.

Sehingga pencegahan penyakit hewan dan pengendalian penyakit terutama zoonosis, Rabies, ASF dan seterusnya dapat diatasi. Lantaran seperti di NTT, Penyakit Rabies ini telah ada selama 26 tahun sehingga perlu adanya vaksinasi.

Yohanis juga mengatakan, ada anggaran untuk pengadaan ternak sapi. Satu ekor sapi katanya 20.000 semacam name tag atau ear tag untuk konteks NTT Rp30.000.

“Tadi kami kasar-kasar hitung, 20.000 kali Rp30.000 anggarannya lumayan sekitar Rp6 ratusan juta. Apakah mungkin itu dikonversikan misalnya untuk pengadaan vaksin, mengingat hari ini darurat di NTT itu adalah rabies Pak?” pungkasnya.

Ia meminta Dirjen PKH tidak saja sebatas mendorong pada pengadaan ternak, tetapi membangun perspektif bahwa kesehatan hewan ini juga penting.

Sehingga bukan hanya terus-menerus melakukan pengadaan ternak. Tetapi juga berpikir mengenai vaksin, vitamin, obat, dan dokter hewan yang juga perlu untuk perhatikan. *

#beritaviral
#beritaterkini

Email : junitaariani@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang

Junita Ariani

Recent Posts

Commuter Line Yogyakarta Tambah Perjalanan Selama Libur Panjang Waisak 23-25 Mei 2024

KAI Commuter menambah enam perjalanan tambahan Commuter Line Yogyakarta-Palur atau KRL Jogja Solo selama masa…

22 mins ago

Minat Investasi Warga Yogyakarta terhadap SBN Ritel Cukup Tinggi

MINAT berinvestasi warga Daerah Istimewa Yogyakarta cukup tinggi. Hal itu terlihat dari penerbitan ORI025 atau…

57 mins ago

Keindahan dan Daya Tarik Vatikan

Vatikan, negara terkecil di dunia, menyimpan pesona keindahan yang luar biasa dan memikat jutaan wisatawan…

2 hours ago

Pemerhati: Sekolah Harus Bertanggungjawab Terhadap Kecelakaan Bus Rombongan Siswa

Pemerhati Pendidikan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr. Upi Isabella Rea mendesak pihak sekolah bertanggungjawab…

3 hours ago

Bahas Palestina, Prabowo Hadiri Ijtima Ulama Indonesia di Bangka Belitung

PRESIDEN terpilih Indonesia Prabowo Subianto akan menghadiri Ijtima Ulama Indonesia ke-VIII di Sungailiat Bangka Provinsi…

3 hours ago

Wisata Alam, Maluku Tengah Favorit Para Wisatawan

Wisata Alam yang indah itu bernama  Pantai Ora yang memberikan suasana yang sejuk dan memberikan…

4 hours ago