Bank Indonesia (BI) telah menetapkan suku bunga acuan menjadi 6 persen. Karena itu, perlu ada perhitungan dampak kenaikan Suku Bunga Acuan BI pada sektor riil.
Karena akan meningkatkan biaya ekonomi tinggi khususnya bagi pelaku usaha yang mendapatkan fasilitas pembiayaan dari perbankan atau lembaga keuangan.
Hal ini disampaikan Anggota Komisi XI DPR RI Kamrussamad di Gedung Nusantara II, DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (31/10/2023).
“Saya melihat Bank Indonesia memasuki tahap sulit antara mengimbangi gejolak ekonomi global dan menjaga stabilitas dalam negeri. Kenaikan suku bunga 25 basis poin itu memang harus kita lihat. Hiitung secara mendalam impaknya terhadap sektor riil,” ujarnya.
Ia memberi contoh beberapa sektor yang rentan terkena dampak dari kenaikan suku bunga acuan tersebut.
Antara lain, sektor properti yang memiliki banyak komponen serta sektor Horeka (hotel, restoran, kafe) atau makanan dan minuman. Kemudian, sektor pariwisata dan sektor lain yang padat karya.
Gubernur BI Perry Warjiyo sebelumnya menjelaskan, kebijakan kenaikan suku bunga bertujuan memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah.
Hal ini sebagai dampak ketidakpastian global dan sebagai langkah mitigasi terhadap inflasi barang impor.
Menanggapi hal tersebut, Kamrussamad juga menyampaikan bahwa menaikan suku bunga acuan bukanlah satu-satunya. Melainkan yang terpenting adalah penguatan fundamental ekonomi dalam negeri.
“Apa fundamental nya? Kita ada tiga kekuatan utama. Pertama pertanian, kedua perkebunan yang ketiga perikanan,” jelasnya.
Fundamental ekonomi ini menurut dia, harusnya dari awal sudah di desain. Sehingga sektor-sektor unggulan itu bisa menjadi penopang untuk stabilitas ekonomi kalau nilai tukar Rupiah melemah.
Kamrussamad menjabarkan, dengan melemahnya nilai tukar Rupiah maka akan terjadi pengaruh terhadap bahan baku impor. Yang akhirnya akan berdampak terhadap harga dan kompetisi di pasar.
Dampak pengurangan pegawai pada industri juga berpotensi terjadi lantaran kenaikan harga bahan baku dan ketatnya kompetisi pasar.
“Atau bisa jadi mereka melakukan pengurangan karyawan, pekerja, buruh dan seterusnya. Akhirnya nanti bisa menimbulkan pengangguran baru,” tambahnya.
Ia juga menyampaikan bahwa Komisi XI DPR RI akan segera mengundang Bank Indonesia untuk mendengarkan penjelasan arah kebijakan makro ekonomi. Hingga tingkat resiliensi dan mitigasinya. *
#beritaviral
#beritaterkini
Email : junitaariani@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang/Raja H Napitupulu
SEMUA jalur pendakian di Gunung Slamet resmi ditutup hingga batas waktu yang belum ditentukan. Hal…
Pemerintah Indonesia mendorong Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk memberikan hak istimewa kepada Palestina. Hal itu merupakan…
PROSES transisi energi bersih Pemerintahan Joko Widodo belum juga mencapai target yang ditetapkan meski akan…
Cuaca di Saudi sangat panas dan kering. Sehingga, jemaah sering tidak berkeringat saat beraktivitas, kadang…
Sebanyak 1.364 jemaah haji yang terbang dari Embarkasi Solo (SOC) pada hari pertama keberangkatan, mendapat…
KORBAN meninggal dunia akibat banjir lahar hujan di Provinsi Sumatra Barat mencapai 43 orang. Angka…