Home » Polusi Udara dapat Menyebabkan Kematian Lho. Simak Disini !

Polusi Udara dapat Menyebabkan Kematian Lho. Simak Disini !

by Lala Lala
4 minutes read
Polusi

ESENSI.TV - JAKARTA

Menjelang peringatan 78 tahun Indonesia Merdeka maka polusi udara melanda Jakarta dan sekitarnya.

Dampak kesehatan polusi udara memang nyata, mulai dari keluhan batut batuk, banyak dahak, terjadinya Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan bahkan dapat lebih berat lagi.

Data WHO Soal Polusi Udara

Badan Kesehatan Dunia WHO menyampaikan data sebelum era COVID-19, yaitu bahwa di tahun 2019, polusi udara berhubungan dengan 6,7 kematian di tahun 2019 di dunia. Dari 6,7 juta itu, polusi udara ambien (luar ruangan – outdoor) diperkirakan oleh WHO menyebabkan 4,2 juta kematian pada 2019, dan sisanya karena polusi udara dalam ruangan (indoor)

Sementara itu, jurnal Kesehatan terkemuka dunia, Lancet, menyampaikan hasil analisa “Lancet Commission on pollution and health”, yang a.l. menyebutkan bahwa di dunia, terjadi sekitar 9 juta kematian setahunnya akibat polusi udara. Tegasnya, polusi udara menjadi penyebab 1 dari 6 kematian di dunia.

Khusus untuk negara India saja, terjadi hampir 1,6 juta kematian akibat polusi udara di tahun 2019. Artinya, 17,8% kematian di India pada 2019 terjadi akibat polusi udara

WHO secara tegas menyebutkan bahwa “air pollution is one of the greatest environmental risk to health“. Dengan menurunkan kadar polusi udara maka negara-negara di dunia (termasuk Indonesia tentunya) akan dapat menurunkan beban penyakit (“burden of disease“) dari penyakit-penyakit stroke, gangguan jantung, kanker paru serta penyakit paru dan pernapasan akut dan kronik.

Empat Hal yang Baik Dilakukan Pemerintah

Sehubungan dengan perkembangan situasi di Jakarta dan, maka sedikitnya ada 4 hal yang baik dilakukan pemerintah.

Pertama, mengidentifikasi secara lebih jelas tentang apa saja yang menjadi penyebab polusi udara sekarang ini, dan bagaimana proporsi masing-masing.

Kedua, melakukan tindakan nyata di lapangan untuk mengatasi penyebab. Kemacetan lalu lintas tentu punya peran amat penting, dan perlu penanganan segera.

Pengalaman Hidup di New Delhi

Pada waktu saya masih tinggal di New Delhi misalnya, bahkan pernah ada pembatasan kegiatan bangun gedung yang menimbulkan debu. Juga waktu saya di India maka memang ketat bahwa semua mobil harus diperiksa polusi knalpotnya, bahkan juga untuk mobil diplomat seperti yang saya pakai sehari-hari sebagai Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara.

Tempat pemeriksaannya ada di berbagai pom bensin, jadi amat mudah. Selain itu, di New Delhi di berbagai perempatan besar (yang macet) ditempatkan pot-pot tanaman. Bahkan dalam bentuk semacam dinding berdiri dengan berbagai pot.

Juga, karena di New Delhi pada hari raya tertentu ada yang tinggi kejadian polusi udara karena mercon sepanjang hari/malam. Maka pada hari raya tertentu, dilarang penggunaan mercon.

Jadi memang ada berbagai “terobosan” yang dapat dan perlu dilakukan. Juga sudah banyak dibicarakan tentang kemungkinan sebagian bekerja di rumah. Termasuk ada pemikiran larangan membakar sampah terbuka di halaman rumah. Jikalau sumber polusi dari propinsi sebelah maka dicari penyebab jelasnya dan di atasi langsung di sana.

Ketiga, perlu pula dilakukan surveilans yang baik untuk mengetahui pola gangguan kesehatan dari waktu ke waktu sejalan dengan peningkatan polusi udara.

Pengalaman di Australia misalnya, jelas ada data bahwa pada masa kebakaran semak-semak (“bush fire”) maka terjadi peningkatan angka masuk IGD akibat keluhan sesak napas di lokasi itu.

Keempat, tentu perlu dilakukan pemantauan kesehatan dan penanganan gangguan kesehatan. Baik jangka pendek maupun kemungkinan ada tidaknya dampak jangka panjang. Untuk itu pemantauan secara kohort perlu dilakukan.

Kriteria Polusi Udara

Sebagai gambaran saja New Delhi biasanya mengalami polusi udara berat pada bulan Oktober November. Disana dibuat level siaga waspada dan bahaya tergantung dari konsentrasi PM 2.5. Jadi berbeda dengan kita yang menggunakan AQI, yang merupakan komposit dari PM 2.5 PM 10 dan gas polutan.

Baca Juga  Dianggap Terlalu Mahal, Pemerintah Diminta Kaji Rencana Tarif LRT Jabodebek

Mereka menggunakan pendekatan GRAP (“Graded Response Action Plan“), jadi penanganan akan bertingkat sesuai derajat yang ada pada waktu itu.

Kalau sudah level waspada, truk angkutan non essential sudah tidak boleh masuk kota. Generator listrik diesel pribadi tidak boleh dioperasikan. Yang boleh hanya CNG.

Konstruksi gedung di stop. Pemda setempat lalu melakukan penyemprotan kabut air di beberapa tempat. Kalau level bahaya, maka sekolah diliburkan. Kantor essensial saja yang boleh masuk.

Akan baik kalau sekarang juga dijelaskan pada masyarakat tentang bagaimana derajat/level polusi udara. Bisa memakai kriteria waspada, atau mungkin hati-hati, atau mungkin mengancam, atau bahaya, atau pakai derajat 1 sampai 5, dan lain-lain.

Hal itu tergantung istilah dan kriteria apa yang akan dipakai. Yang jelas tentu baik kalau secara berkala diumumkan ke publik secara luas. Dan lebih baik lagi kalau dibagi-bagi bagaimana situasi polusi di lima wilayah kota Jakarta, yang mungkin berbeda satu dengan lainnya.

Hal yang Perlu Dilakukan Masyarakat

Di pihak lain, ada tiga hal yang perlu dilakukan masyarakat sehubungan dengan sedang tingginya kadar polutan di udara.

Pertama, sedapat mungkin membatasi aktifitas fisik berat di daerah yang polusi udaranya sedang tinggi, misalnya di jalan macet dan lain-lain. Tentu hal ini tidak mudah dilakukan, tetapi setidaknya perlu menjadi perhatian kalau dimungkinkan.

Ada juga pertanyaan tentang masker. Tentu masker tidak sepenuhnya dapat mencegah polutan udara masuk ke paru, tetapi setidaknya dapat membantu, selain juga mencegah penularan penyakit lain.

Kedua, untuk warga masyarakat yang punya penyakit kronik pernapasan dan lain-lain. Jikalau memang selama ini ada obat yang harus rutin dikonsumsi maka ingatlah untuk mengkonsumsinya sesuai aturan yang ada.

Juga, kalau ada perburukan dan keluhan tambahan (serangan asma misalnya) maka segera berkonsultasi ke petugas kesehatan, atau setidaknya gunakan obat yang memang sudah dianjurkan untuk mengatasi perburukan keluhan

Ketiga, dengan adanya polutan di udara maka jangan tambah polusi lain masuk ke paru dan saluran napas kita. Seperti tidak merokok dan tidak membakar, serta mengupayakan untuk tidak melakukan kegiatan yang menambah polusi udara di sekitar masyarakat.

Harus Banyak Minum Air Mineral

Karena keluhan utama kini adalah batuk-batuk dan ISPA, maka disampaikan beberapa penjelasan tentang bagaimana mengatasi Batuk dan ISPA akibat polusi sekarang ini. Kalau ada keluhan batuk maka dianjurkan banyak minum air, karena akan mengencerkan dahak sehingga mudah dikeluarkan dan jalan napas menjadi bersih.

Kalau ingin konsumsi obat batuk yang dijual bebas maka ingat ada 3 jenisnya, pengencer dahak (mukolitik), pengeluar dahak (ekspektoran) dan penekan batuk kering (antitusif). Pilihlah sesuai kebutuhan.

Kalau dahak berwarna kuning atau hijau maka itu menunjukkan adanya tanda radang/infeksi. Jika batuk disertai keluhan sesak, atau setidaknya napas berat, maka mungkin diperlukan pelega napas (bronkodilator).
Kalau keluhan batuk berkepanjangan maka segera berkonsultasi ke petugas kesehatan.

Tentang ISPA, sebagian besar penyebabnya adalah virus, jadi tidak memerlukan antibiotika. Cukup obat simtomatik (sesuai gejala), diit yang baik dan istirahat. Tentu kalau ISPA tidak kunjung membaik maka (pada sebagian kecil kasus) dapat berkembang menjadi infeksi yang lebih berat, sampai ke pneumonia, dan lain-lain.

Semoga polusi udara dapat segera di atasi, demi kesehatan anak bangsa.

Selain polusi udara di Jakarta ini, maka dengan fenomena El Nino maka juga ada potensi kemungkinan terjadinya kebakaran hutan. Akan baik kalau dari sekarang maka hal ini perlu dilakukan antisipasi dan 15 yang diperlukan.

 

Penulis adalah Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI / Guru Besar FKUI
Kelua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)

 

Editor: Raja H. Napitupulu

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life