Asal Usul

Sejarah Bambu Runcing, Senjata Perjuangan Ampuh Mengusir Penjajah

Bambu runcing, adalah satu senjata dalam gerakan perjuangan bangsa. Bambu runcing digunakan para pejuang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di zaman penjajahan.

Berkat bambu runcing juga Indonesia berhasil mengibarkan bendera sang saka Merah Putih pada tanggal 17 Agustus 1945. Peran bambu runcing dalam mengusir penjajah dari bumi Indonesia sangatlah besar.

Sayang, pencetus gerakan perjuangan dengan senjata bambu runcing sampai saat ini belumlah jelas. Namun, dalam sejarahnya, senjata bambu runcing pernah di pakai latihan ketentaraan pada abad Jepang.

Tetapi, penggunaan senjata bambu runcing dengan doa, pengisian tenaga dalam di mulai dari Parakan, Temanggung. Siapa para kiai yang terlibat telah tersedia beragam pandangan.

Namun seluruh mengerucut kepada tokoh penting di Parakan yakni KH Subkhi (Subuki) dan KHR Sumo Gunardo, dan para kiai pautan di Parakan dan Temanggung.

Seperti KH M Ali (pengasuh pesantren sangat tua di Parakan), KH Abdurrahman, KH Nawawi, KH Istakhori. Kemudian, KH Mandzur dari Temanggung dan berbagai kiai di NU Temangggung, khususnya MWC Parakan.

Sejarah Bambu Runcing

Senjata bambu runcing digunakan sebagai alat perjuangan, berangkat dari ketiadaan, kekurangan peralatan perang yang tersedia. Sementara perjuangan mesti dilanjutkan terutama sesudah Indonesia merdeka.

Musuh Indonesia sesudah proklamasi menjadi sangat banyak dan dengan kekuatan besar. Jepang yang sedang bercokol, Belanda yang mau menguasai lagi dan Sekutu yang juga hendak menjajah menggantikan Jepang dan Belanda.

Karenanya praktis, kebutuhan senjata dibutuhkan. Bambu runcing dan peralatan tradisional pautan menjadi alternatif, murah dan bersifat massal. Kekuatan doa menjadi faktor utama kekuatan alat-alat tradisional tersebut.

Ternyata dalam realitas sejarah, perjuangan dengan memakai senjata bambu runcing, terjadi pada nyaris seluruh area perang.

Laskar-laskar rakyat pada pertempuran di berbagai peristiwa, memakai senjata bambu runcing sebagai senjata utama. Sebelum mereka bisa merebut senjata musuh.

Sebetulnya racun bambu runcing berasal dari “racun katak”. Hewan amfibi rawa ini menjadi salah satu penghasil racun untuk senjata bambu runcing.

Para pejuang dahulu kerap menangkap katak beracun dan membedah tubuhnya untuk mengambil zat bahaya tersebut untuk bahan senjata.

Mereka mengolesi bambu runcing dengan racun katak. Saking beracun para pejuang kita dahulu tidak menggunakan tangan secara langsung untuk mengolesnya di bambu runcing.

Ada bambu lain atau “rambut ijuk” layaknya kuas cat untuk mengolesi bagian yang runcing dari bambu-bambu tersebut.

Setelah selesai mengolesi bambu ini dengan zat racun katak, maka mereka menaruh senjata tradisional mematikan tersebut di luar rumah. Pembuat racun bambu runcing sengaja menjemur senjata tersebut.

Fungsinya untuk memberikan daya tempel yang kuat agar racun tidak mudah mengelupas terkena air atau darah saat menancap tepat sasaran.

Menurut Sir Thomas Stamford Raffles dalam buku berjudul, “The History of Java”, (2008), senjata bambu runcing beracun sudah ada sejak awal bangsa Eropa datang ke Indonesia.

Senjata Ampuh Mengusir Belanda

Sejumlah pendapat mengatakan jika bambu runcing merupakan salah satu senjata Kiai untuk ikut melawan Belanda. Di Parakan Temanggung misalnya, terdapat nama tokoh agama Islam KH Subchi terkenal sebagai Jendral Bambu Runcing dari Jawa Tengah.

Ia mempelopori penggunaan bambu runcing untuk senjata para santri melawan Belanda.

KH Subchi kemudian mendirikan sebuah laskar perang melawan Sekutu pada tahun 1947-1949 bernama Barisan Muslimin Temanggung (BMT).

Namun karena prajurit barisan perang ini menggunakan senjata bambu runcing maka KH Subchi mengubah namanya jadi Barisan Bambu Runcing (BBR).

Konon pasukan BBR tidak kenal takut. Mereka selalu tampil gagah dan berani meskipun harus menghadapi musuh berbekal senjata api laras panjang.

Bahkan tentara Sekutu saat itu sudah punya senjata canggih sekaligus kendaraan lengkap tank lapis baja yang mudah membumi hanguskan musuh.

Namun karena keimanan pasukan Barisan Bambu Runcing lebih kuat dari tentara Sekutu, mereka pun harus ikhlas menerima getahnya. Pasukan bambu runcing menang dan bisa mengusir penjajah dalam waktu yang relatif singkat. *

#beritaviral
#beritaterkini

Email : junitaariani@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang

Junita Ariani

Share
Published by
Junita Ariani

Recent Posts

PSN Tol Semarang-Demak Dukung Konektivitas Jawa Tengah Bagian Utara

PEMBANGUNAN Tol Semarang - Demak sebagai salah satu proyek strategis nasional (PSN) diharapkan dapat semakin…

10 hours ago

Kopi Malabar Jawa Barat dan Gayo Aceh Jadi Primadona di Pasar Australia

KOPI Indonesia masih menjadi pusat perhatian di hari ketiga penyelenggaraan Melbourne International Coffee Expo (MICE)…

11 hours ago

Mendagri Tito Setuju Desain Ulang Sistem Pemilu, Opsi Pilpres dan Pileg Dipisah

MENTERI Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengaku setuju Sitem Pemilu dilakukan redesigning atau desain ulang.…

11 hours ago

UGM Pameran Pendidikan Go Global UTokyo Study Abroad Fair 2024 di Jepang

UNIVERSITAS Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ikut dalam pameran pendidikan bertajuk Go Global UTokyo Study Abroad…

11 hours ago

Bagas/Fikri Singkirkan Pasangan Malaysia di Thailand Terbuka 2024

Pemain Ganda Putra Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri lolos ke 16 besar usai mengalahkan pasangan Malaysia…

11 hours ago

SETARA Institute: RUU Penyiaran Ancaman Kebebasan Berekspresi dan Hak atas Informasi

SETARA Institute menyatakan, Rancangan Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (RUU Penyiaran) yang…

11 hours ago