Humaniora

Virus Demam Babi Afrika Merebak, Pemerintah Didesak Gencarkan Edukasi

Pemerintah didesak agar menggencarkan edukasi terkait African Swine Fever (ASF) atau virus demam babi Afrika. Sebab masih banyak masyarakat yang belum mengetahui virus tersebut.

“Edukasi masih belum banyak dilakukan pemerintah. Padahal kasus yang terjadi di Luwu Timur dan daerah lain telah menyebabkan belasan ribu ternak babi mati,” kata Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Aher.

Menurut Netty, virus ASF belum ditemukan menular ke manusia. Namun sangat menular pada babi hingga dapat menyebabkab kematian 100 persen pada komunitas ternak yang terjangkiti.

“Virus dapat bertahan lama pada babi yang sudah mati atau di lingkungan. Ternak sehat yang memakan sisa-sisa makanan bercampur daging babi terinfeksi ASF akan langsung terpapar,” ujar Netty.

Kejadian di Luwu Timur di mana belasan ribu ternak babi mati setelah diberi sisa makanan. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat belum paham ciri-ciri daging yang terinfeksi.

“Ciri-ciri daging terinfeksi, gejala ternak yang terpapar dan bagaimana penanganan awal yang cepat harus disosialisasikan pemerintah. Terutama pada masyarakat di daerah dengan tingkat konsumsi daging babi tinggi,” ujar Netty.

Netty juga meminta Kementerian terkait agar saling bersinergi dan berkoordinasi guna memperbaiki tata kelola kesehatan hewan di Indonesia.

“Imbas ekonomi virus ASF ini cukup besar karena dapat menghentikan ekspor babi. Contohnya Singapura yang langsung menyetop impor babi dari Indonesia setelah ditemukan virus ASF pada babi di Pulau Bulan,” ucapnya.

Temuan virus ASF ini kata dia, sangat memprihatinkan mengingat Pulau Bulan, sebelumnya sudah ditetapkan sebagai kompartemen bebas ASF.

Penetapan itu berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian tahun 2021.

“Jadi, jangan anggap enteng kalau kita tidak ingin kecolongan lagi,” lanjut Netty, dala keterangan tertulisnya, Kamis (18/5/2023), di Jakarta.

Netty meminta kasus tersebut jadi momentum perbaikan tata kelola kesehatan pada hewan di Indonesia.

“Jangan sampai kelalaian kita menyebabkan potensi peternakan kita sebagai penyumbang pendapatan negara terganggu,” jelas Netty. *

#beritaviral
#beritaterkini

Email : junitaariani@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang

Junita Ariani

Recent Posts

Kemenag: Gen Z Akomodatif pada Keragaman Budaya

KEMENTERIAN Agama menemukan fakta bahwa sebagian besar Generasi Z akomodatif terhadap keragaman budaya.  Kepala Balitbang…

2 hours ago

ESDM: 22 Gunung Api di Indonesia Masuk Status Waspada – Awas

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM mencatat, sebanyak 22 gunung api di…

6 hours ago

UGM: Penambahan Jumlah Kementerian Perlu Kajian Ilmiah

Usulan presiden terpilih Prabowo Subianto untuk menambah kementerian pada pemerintahan 2024-2029, perlu kajian ilmiah. Sehingga tanggungjawab setiap…

6 hours ago

Menjelajahi Kegelapan: Sebuah Resensi Novel “Blindness” Karya José Saramago

"Blindness" karya José Saramago merupakan sebuah novel yang menawan dan penuh makna, membawa pembacanya menyelami…

8 hours ago

Kepala BNPB Tekankan Penanganan Darurat dan Rehabilitasi Rekonstruksi di Luwu

KEPALA Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal TNI Suharyanto tekankan upaya penanganan darurat serta…

15 hours ago

Wamendag Jerry Sambuaga – Sekjen ASEAN Bahas Percepatan Ekonomi Digital

WAKIL Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga mendampingi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bertemu Sekretaris Jenderal…

15 hours ago