Home » Wah! Gunung Kidul Catat Angka Balita Stunting Tertinggi se-DIY

Wah! Gunung Kidul Catat Angka Balita Stunting Tertinggi se-DIY

by Administrator Esensi
2 minutes read
kasus stunting di DIY

ESENSI.TV - JAKARTA

Hasil Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 mencatat, Kabupaten Gunung Kidul memiliki bayi dan balita stunting tertinggi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yaitu 23,5 persen. Sementara angka total bayi dan balita stunting di seluruh DIY tercatat 16,4 persen.

Kabupaten berikutnya di DIY yang angka bayi dan balitanya stunting di posisi kedua tertinggi adalah Kabupaten Kulon Progo 15,8 persen.

Lalu disusul oleh Kabupaten Sleman 15,0 persen. Kemudian Kabupaten Bantul 14,9 persen, dan Kota Yogyakarta di posisi buncit 13,8 persen.

Angka Stunting DIY di Tingkat Nasional

Jumlah sampel yang digunakan SSGI tahun 2022, sejumlah 334.848 bayi dan balita. SSGI diterbitkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Secara nasional, bayi dan balita stunting di DIY tercatat sekitar 16,4 persen, atau sebanyak 54,915 orang. Angka ini menempatkan DIY sebagai provinsi yang memiliki angka bayi dan balita stunting nomor 5 terendah di seluruh Indonesia.
Sebelumnya terdapat 4 provinsi lainnya yang mencatat bayi dan balita stunting terendah. Yaitu, Kepulauan Riau (15,4 persen), Lampung (15,2 persen), DKI Jakarta (14,8 persen), dan Bali (8,0 persen).

Perbedaan Data Dapat Dimaklumi

Data elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) tahun 2022, mencatat prevalensi stunting Gunung Kidul sebesar 15,42 persen.

Angka ini jauh lebih rendah dari hasil SSGI yang angkanya sebesar 23,5 persen. Artinya, terjadi perbedaan data antara e-PPGBM dan SSGI di tahun yang sama.

Perbedaaan Data Dimaklumi

Menanggapi hal tersebut, bacaleg DPRD Provinsi DIY Dapil 7 Gunung Kidul dari Partai Golkar, Dr. Upi Isabella Rea, M.Pd mengatakan, perbedaan data memang dapat dimaklumi. Oleh karena berbagai aspek yang cukup signifikan dalam perolehan data. Namun, tetap saja, data itu tidak dapat diabaikan.

“Kerja keras jajaran pemerintah Kabupaten Gunung Kidul masih diperlukan,” ujar dia dalam Diskusi Media, di Yogyakarta, Selasa (18/07/2023).

Upi menyoroti misalnya dalam hal pemberian asupan nutrisi dan gizi bagi balita bukan saja pada kegiatan memberikan satu set makanan empat sehat lima sempurna di hari-hari tertentu saja. Melainkan juga dengan mengkoreksi kebiasaan makan.

Baca Juga  Tingkatkan Konservasi, Kantong Plastik Mari Kurangi!

Pola Makan Yang Salah

Upi melihat, anak-anak tidak sempat sarapan pagi yang cukup bergizi setiap hari sedemikian hingga terbentuk pola makan yang salah.

Orangtua biasanya tidak sempat lagi menyediakan sarapan pagi karena berbagai keterbatasan dan anak-anak tidak sempat sarapan karena harus sudah tiba di sekolah pagi-pagi sekali.

Dengan demikian, program intervensi spesifik yang sesekali dilakukan pemerintah terasa sebagai kegiatan insidentil yang belum berhasil merubah pola makan masyarakat.

Kebiasaan Sarapan Pagi dengan Asupan yang Sehat

Ia menganjurkan, agar ada solusi konkrit agar tumbuh kebiasaan sarapan pagi yang sehat bagi anak-anak. Misalnya dengan penyelenggaraan katering atau kantin sehat di sekolah.

Program penyediaan makanan sehat untuk anak-anak dan bahkan guru bisa melalui gerakan yang diinisasi oleh Komite Sekolah.

“Jadi anak-anak sejak tiba hingga pulang sekolah memiliki keterjaminan terhadap asupan gizi dan nutrisi karena pihak sekolah bekerja sama dengan orangtua dalam komite sekolah menyediakan katering atau kantin sehat dan lebih baik lagi kalau bisa gratis,” ungkap dia.

Karena saban hari dapat menerima asupan makanan sehat di sekolah, maka lama kelamaan akan terbentuk kebiasaan makan makanan sehat dan bahkan menumbuhkan sikap mampu menolak makanan yang kurang sehat (junk food).

Usulan Pembentukan Kantin Sehat di Sekolah

Ia membandingkan layanan katering atau kantin sehat di sekolah-sekolah dasar di negara maju memungkinkan untuk ditiru.

Upi menjawab, sebenarnya biaya yang dikeluarkan untuk mengupayakan katering atau kantin sehat di sekolah dapat dimusyawarahkan oleh komite sekolah.

“Saya mendorong, agar pemerintah kabupaten dapat memberikan subsidi kepada ide ini dengan mengalihkan anggaran yang dapat difungsikan dalam penanganan stunting,” tutup Upi yang merupakan Doktor jebolan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.

Editor: Addinda Zen/Firda

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life