Home » 3 Strategi Inovasi Teknologi Kesehatan Nasional

3 Strategi Inovasi Teknologi Kesehatan Nasional

by Agita Maheswari
2 minutes read
3 Strategi Inovasi Teknologi Kesehatan Nasional

ESENSI.TV - JAKARTA

Wakil Menteri Kesehatan Prof. Dante menyebutkan perlunya sinergi dari berbagai pihak, termasuk universitas, untuk menciptakan inovasi demi terwujudnya resiliensi atau ketahanan nasional di bidang kesehatan.

Prof. Dante menyebut ada tiga strategi inovasi teknologi kesehatan nasional yang digalakan pemerintah untuk mewujudkan ketahanan di bidang kesehatan.

Tiga strategi tersebut adalah inovasi obat dan alat kesehatan (alkes) untuk meningkatkan produksi lokal, inovasi teknologi digital untuk mengintegrasikan data dan mendekatkan layanan kesehatan, serta inovasi bioteknologi untuk kedokteran yang lebih presisi.

Ketiga strategi itu, menurut Prof. Dante, dapat terlaksana salah satunya melalui sinergi dengan universitas.

“Universitas, sebagai pusat ilmu pengetahuan, berperan penting dalam mendorong inovasi kesehatan. Kerja sama universitas dengan berbagai pihak akan mampu menciptakan ketahanan obat dan alat kesehatan (alkes), produk digital, dan kedokteran presisi bagi masyarakat,” ujar Prof. Dante.

Prof. Dante, mengatakan pada inovasi obat dan alkes, pemerintah mendorong seluruh pihak untuk berfokus pada produksi vaksin, obat, dan alat kesehatan berteknologi tinggi dengan produksi lokal.

Dalam dua tahun terakhir, Indonesia telah berhasil memproduksi 7 dari 14 jenis vaksin antigen dan TBC, memproduksi 6 dari 10 bahan baku obat yang paling banyak dikonsumsi, serta meningkatkan belanja 16 dari 19 alkes terbesar produksi dalam negeri.

“Kami memetakan obat, vaksin, dan alkes yang telah dan sedang dikembangkan untuk menjadi referensi prioritas riset bagi universitas. UI merupakan salah satu yang fokus untuk itu dan beberapa produk telah dihasilkan, seperti alat deteksi, obat, atau alat kesehatan yang terus berjalan. Adapun obat yang telah dikembangkan, yaitu Trastuzumab, HyFC EPO, Albumin (derivat plasma), IVIg (derivat plasma), FVIII (derivat plasma), dan Adalimumab,” ujar Prof. Dante.

Terkait inovasi teknologi digital, pemerintah berupaya mengintegrasikan data untuk mendekatkan layanan kesehatan. Peduli Lindungi akan bertransformasi menjadi aplikasi SatuSehat yang akan menyatukan data dari berbagai stakeholder; menjadi Citizen Health App; dan menjadi one-stop-service untuk catatan kesehatan setiap orang. Aplikasi SatuSehat ini telah diujicobakan di 2.893 (77.04%) puskesmas dan 370 (31%) rumah sakit di Jawa-Bali dan akan dikembangkan di seluruh Indonesia.

Baca Juga  Kejagung Sita Barang Bukti Perkara Korupsi Ekspor CPO Dari 3 Perusahaan di Medan

Rektor UI, Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D., dalam pidatonya menyatakan bahwa UI terus berkomitmen untuk menjadi institusi pendidikan tinggi yang inovatif, mandiri, inklusif, bermartabat, serta unggul di level Asia Tenggara dan dunia.

UI terus bergerak untuk mengedepankan kolaborasi dengan pemerintah dan para mitra industri untuk kemajuan ilmu pengetahuan, riset, dan inovasi yang berdampak bagi masyarakat.

 “Saat ini, produk inovasi UI telah mencakup bidang pangan, kesehatan, rekayasa keteknikan, bisnis, teknologi informasi dan komunikasi, serta keamanan. Produk-produk ini merupakan hasil kolaborasi multidisipliner antara fakultas dan industri. Selaku pribadi dan pimpinan Universitas Indonesia, saya menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa yang telah berupaya memajukan pendidikan di Universitas Indonesia,” ujar Prof. Ari.

Inovasi teknologi

Sementara itu, untuk inovasi bioteknologi kedokteran presisi, pemerintah akan menggabungkan data klinis, data empiris, dan data genomik untuk meningkatkan akurasi penanganan penyakit. Pada awal perkembangannya, ilmu kedokteran menggunakan intuisi (intuitive medicine) sebagai metode pengobatan.

Kemudian seiring berkembangnya teknologi, kedokteran menjadi berbasis pada bukti (evidence based medicine). Namun, dengan evidence based medicine, tidak semua efek samping bisa diprediksi karena data yang dikumpulkan tidak homogen. Oleh karena itu, diperlukan inovasi kedokteran presisi yang akan memberikan efek untuk diagnosis yang lebih pasti, lebih dini, dan pengobatan yang lebih baik.

Kedokteran presisi akan memberi efek samping yang lebih kecil sehingga secara genomik dokter dapat memberikan obat yang paling cocok kepada pasien. Selain itu, pada kasus kanker payudara misalnya, penyakit ini dulu dideteksi dengan mammografi dan pasien diperiksa pada usia 50 tahun.

Dengan kedokteran presisi, mutasi gen BRCA penyebab kanker dapat dideteksi lebih dini. Dengan memetakan gen, mutasi gen BRCA dapat diketahui sehingga penderita dapat diperiksa pada usia 20 tahunan.

Editor: Erna Sari Ulina Girsang

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life