Baru-baru ini tersebar video viral kekerasan yang dilakukan sekelompok remaja kepada remaja lainnya. Kasus ini sering disebut bullying yang sudah masuk tahap mengkhawatirkan. Betapa tidak, tren kasusnya menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.
Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat, terjadi 3.800 kasus perundungan di Indonesia sepanjang tahun 2023. Hampir separuh diantaranya, terjadi di lembaga pendidikan jenjang sekolah dasar (SD) hingga perguruan tinggi. Termasuk pondok pesantren.
Menurut Anggota KPAI Bidang Pendidikan, Pemanfaatan Waktu Luang, dan Budaya, Aris Adi Leksono menyebutkan sekitar 30-40 persen dari keseluruhan kasus.
“Tentu lembaga pendidikan keagamaan, jadi bagian itu. Selama awal 2024 belum cek jumlah pasti, tapi dari awal Januari, Jawa Timur saja tiga (kasus) di lembaga pendidikan keagamanan, secara nasional ya cukup banyak sekali,” kata dia.
Apa yang harus Gen Z pahami tentang bullying?
Bullying adalah tindakan yang mencoba untuk menyakiti/mengontrol orang lain dengan cara kekerasan. Bullying dapat terjadi baik secara fisik maupun verbal. Contoh dalam bentuk fisik: memukul, menendang, mendorong dan sebagainya. Sedangkan dalam bentuk verbal: menghina, dan membentak dengan kata kasar.
Generasi Z perlu memahami beberapa hal terkait perilaku bullying. Tujuannya agar dapat berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang lebih aman dan inklusif.
Pentingnya Mengidentifikasi dan Mencegah Bullying
Generasi Z perlu memahami pentingnya mengidentifikasi perilaku bullying. Baik fisik maupun verbal, dan melaporkannya kepada pihak yang berwenang. Pendidikan tentang tanda-tanda bullying dan bagaimana melaporkannya perlu digencarkan di sekolah dan komunitas.
Dampak Kekerasan
Generasi Z harus menyadari dampak jangka panjang dari bullying. Baik bagi korban maupun pelaku. Bullying dapat menyebabkan trauma fisik dan emosional yang berkepanjangan, dan memperpetuasi siklus bullying dalam masyarakat.
Pentingnya Empati dan Keterlibatan
Generasi Z perlu membangun kemampuan empati dan kepekaan terhadap orang lain. Mereka dapat menjadi agen perubahan dengan mengambil sikap aktif untuk mendukung korban bullying. Juga mengedukasi orang lain tentang pentingnya menghormati hak asasi manusia. Dan mempromosikan budaya perdamaian dan penghargaan terhadap perbedaan.
Menyadari Pengaruh Media dan Teknologi
Generasi Z harus mengenali peran media dan teknologi dalam menyebarkan pesan bullying atau merayakan bullying. Mereka perlu berhati-hati dalam mengonsumsi konten media yang mengandung bullying. Dan memilih untuk mendukung konten yang mendukung perdamaian dan toleransi.
Pentingnya Pendidikan Seksual dan Relasional
Generasi Z perlu diberikan pendidikan seksual yang komprehensif dan pendidikan tentang hubungan sehat. Ini termasuk memahami batasan pribadi, menghormati privasi orang lain. Dan mengenali tanda-tanda hubungan yang tidak sehat atau bullying dalam pacaran.
Melalui pemahaman yang kuat tentang dampak dan pencegahan bullying, Gen Z dapat berperan aktif. Khususnya dalam menciptakan masyarakat yang lebih aman, inklusif, dan berempati bagi semua individu.
Editor: Raja H. Napitupulu