Home » Soal Perut Dorong Tindak Kekerasan dan Arogansi Masyarakat. Benarkah?

Soal Perut Dorong Tindak Kekerasan dan Arogansi Masyarakat. Benarkah?

by Raja H. Napitupulu
3 minutes read
Police Line

ESENSI.TV - JAKARTA

Belakangan ini masyarakat disajikan informasi yang sangat mengkhawatirkan. Banyak terjadi tindak kekerasan, arogansi hingga pembunuhan yang dilakukan seseorang kepada pihak lain. Pemicunya bermacam-macam. Ada yang disebabkan faktor asmara yang mendorong rasa cemburu, faktor tersinggung, hingga faktor ekonomi.

Ada kasus pembunuhan ibu dan anaknya yang dilakukan seorang asisten rumah tangga (ART). Pemicunya, majikan tak kunjung memberikan upah kerja ART. Ada pula pembunuhan seorang pria yang dilakukan oleh pria yang berprofesi sebagai asisten rumah tangga (ART). Pasalnya sepele. Sang ART telah menunggu 2 hari upah kerjanya sebesar Rp350 ribu. Karena tidak diberikan juga oleh majikannya, ART lalu membunuh majikannya dan menguburkannya di dapur rumah majikan itu. Dan masih banyak lagi peristiwa tindak kekerasan yang terjadi, dengan dalih ‘soal perut.’

Berikutnya, seorang pria yang mengaku sebagai adik Jenderal berlaku arogan di jalan tol. Selain berlaku tidak sopan, si pria juga menggunakan plat nomor TNI yang dipalsukannya pada mobilnya. Juga sebelumnya, ada seorang pria yang parkir di jalanan sehingga mengganggu lalu lintas sekitarnya. Saat ditegur, pria yang ternyata karyawan salah satu perusahaan plat merah itu, meludah dan marah.

Memang pasca viral di media sosial, kedua pria itu langsung merasakan akibat perilakunya. Namun, sangat perlu dicermati hal apa yang sebenarnya sedang berlaku di dalam diri masyarakat Indonesia saat ini?

Tindak Kekerasan di Negara Maju

Berdasarkan pemberitaan yang beredar belakangan ini, terlihat perilaku tindak kekerasan juga terjadi di negara-negara maju.

Periode Januari sampai Mei 2018, terjadi 109 penembakan massal di Amerika Serikat. Angka ini menjadi 147 kejadian pada Januari-Mei 2019 (year on year/yoy), dan melonjak menjadi 232 kejadian pada 2022 (yoy). Bahkan dalam pekan pertama Juni 2022, kepolisian AS harus berurusan dengan 19 penembakan di beberapa kota negara tersebut.

Oktober 2023, penembakan massal kembali terjadi di Amerika yang menewaskan 22 orang dan melukai puluhan orang lainnya. Itu sebab, Washington Post mencatat, hampir setiap hari terjadi penembakan di Amerika Serikat.

Sementara itu, Maret 2024 terjadi penembakan massal di Crocus City Hall dekat ibu kota Moskow, Rusia. Peristiwa itu menewaskan 40 orang dan lebih dari 100 orang terluka.

Secara mayoritas, para pelaku mengalami gangguan kejiwaan dan sikap arogansi yang kemudian mendorongnya bertindak agresif. Bahkan pada sebagian pelaku tindak kekerasan, seolah ada kompetisi yang mendorong pelaku berbuat kriminal.

Baca Juga  1917 (2019) - Epik Perang yang Tak Terlupakan

Sesuai Pemikiran Maslow?

Abraham Maslow memperkenalkan teorinya berdasarkan hierarki kebutuhan manusia.

Pertama, kebutuhan dasar atau fisiologi yaitu menjadi kebutuhan dasar manusia dan harus dipenuhi. Umumnya, mayoritas manusia masih menempatkan kebutuhannya pada tahap ini. Mencukupkan kebutuhan dasar manusia, diyakini akan dapat mengendalikan manusia.

Kedua, kebutuhan akan rasa aman yang dicari oleh kelompok masyarakat dengan kondisi ekonomi lebih baik. Ketiga, kebutuhan sosial yang mendorong setiap individu berupaya memiliki ikatan sosial dan komunitas.

Keempat, kebutuhan mendapatkan penghargaan. Tahapan untuk mendapatkan penghargaan sering dimaknai upaya yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perhatian dan penghargaan pihak lain. Sepertinya, perilaku supir arogan yang mengaku adik seorang Jenderal, dan karyawan plat merah itu masuk tahapan ini. Mereka ingin “dianggap” sesuatu oleh masyarakat sekitarnya.

Dan terakhir, kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri. Tahap kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, dapat dimaknai bahwa seseorang ingin melakukan setiap perbuatan baik kepada masyarakat tanpa memperhitungkan untung rugi yang akan dia peroleh.

Ini Soal Perut Bung

Anggota DPR RI terpilih dari Partai Golkar, Erwin Aksa, dalam kampanye Pemilihan Legislatif 2024 mengusung slogan “Ini Soal Perut, Bung!” Pasalnya, Erwin melihat banyak persoalan masyarakat terjadi karena belum mampu memenuhi persoalan perut. Seperti tindakan-tindakan kriminalitas yang penulis contohkan diatas.

Meminjam istilah Maslow, persoalan perut dapat disimpulkan masuk pada tahap awal kebutuhan manusia, yaitu kebutuhan dasar. Artinya, masih cukup banyak masyarakat Indonesia yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Jadi bagaimana mungkin mengharapkan masyarakat masuk tahap kebutuhan rasa hingga aktualisasi diri, jika untuk memenuhi kebutuhan dasarnya saja masih sulit.

Harus diakui bahwa masih banyak aspek lain yang mendorong perilaku tindak kekerasan dan arogansi yang terjadi di masyarakat. Seperti tingkat pendidikan seseorang, latar belakang keluarga, peran serta orang tua dan lingkungan. Namun kali ini, penulis fokus membahas persoalan ekonomi sebagai salah satu akar masalah terjadinya tindak kekerasan dan arogansi masyarakat.

Pemerintah dan seluruh elemen masyarakat harus bersinergi mewujudkan peningkatan tahapan kebutuhan manusia itu. Salah satunya melalui penciptaan lapangan kerja memadai, dan kualitas pemberdayaan manusia. Semakin berkualitas cara berpikir seseorang, maka semakin besar kemampuan untuk menepis praktik tindak kekerasan di masyarakat.

 

Editor: Raja H. Napitupulu

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life