Home » Cerita Candi Borobudur, Candi Buddha Terbesar di Dunia yang Tak Pernah Bikin Bosan Pengunjung

Cerita Candi Borobudur, Candi Buddha Terbesar di Dunia yang Tak Pernah Bikin Bosan Pengunjung

by Lala Lala
2 minutes read

ESENSI.TV - JAKARTA

Siapa yang tak kenal Candi Borobudur. Ingatan langsung melayang ke masa kecil ketika kerap mengunjungi tempat itu untuk berkarya wisata bersama sekolah atau mengunjuginya saat liburan sekolah tiba. Namun Candi Borobudur tak pernah sepi, terkecuali saat pandemi Covid-9 karena memang resmi ditutup sementara. Candi Borobudur selalu menjadi tempat wisata yang banyak dimnati setiap orang. Bahkan rasanya tak pernah bosan jika datang ke tempat ini.

Nama Candi Borobudur tak hanya dikenal di dalam negeri, tapi juga diakui di dunia internasional. Candi bercorak Buddha yang terletak di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah (Jateng) ini kerap menjadi tempat wisata bagi turis lokal maupun asing.

Sejarah Candi Borobudur

Situs ini memiliki nilai sejarah yang kental tentang perkembangan agama Buddha di Indonesia. Lalu bagaimanakah sejarah Candi Borobudur? Menurut berbagai sumber, tidak diketahui secara pasti siapa pendiri Candi Borobudur untuk pertama kalinya.

Kendati demikian, menurut Wikipedia, candi dengan banyak stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Candi Borobudur menjadi candi atau kuil Buddha terbesar di dunia sekaligus salah satu monumen Buddha terbesar di dunia.
Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang di atasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha. Borobudur memiliki koleksi relief Buddha terlengkap dan terbanyak di dunia.

Baca Juga  Hari Pelaut Sedunia: Rayakan Keberanian dan Pengabdian Para Pahlawan Laut

Pembangunan Candi Borobudur

Pembangunan Candi Borobudur dilaporkan dilakukan secara bertahap. Kondisi candi juga sempat terbengkalai. Salah satu penyebabnya disebut-sebut adalah letusan Gunung Merapi pada 1006. Namun, belum ada hasil penelitian yang memastikan hal tersebut.

Dunia mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa.Sejak saat itu, situs ini mulai diperhatikan dan sempat mengalami beberapa kali pemugaran. Pemugaran pertama pada 1907-1911, dilakukan sepenuhnya oleh pemerintah Hindia Belanda di bawah komando Van Erp.
Kala itu, Hindia Belanda mengucurkan dana 48.000 gulden untuk pemugaran candi. Lalu pemugaran kedua dilakukan pada 1973 – 1983 dilakukan oleh Pemerintah Indonesia di bawah komando Soekmono.

Penyakit Kanker Batu pada Candi Borobudur

Seiring waktu, tepatnya pada 1944, pemerintah Indonesia meminta bantuan UNESCO terkait masalah candi. Dari situlah diketahui jika Candi Borobudur mengalami penyakit kanker batu. Penyakit ini bisa menghancurkan batu-batu candi secara perlahan.

Borobudur pun dinyatakan dalam keadaan darurat pada 1960. Sejak saat itu, UNESCO langsung terlibat aktif. Candi kembali mengalami pemugaran pada 1971 hingga 23 Februari 1983.
Usai dipugar, penampilan Candi Borobudur semangkin memesona dan terlihat menakjubkan. Candi Borbudur pun terdaftar dalam Daftar Warisan Budaya Dunia UNESCO.

 

Editor: Darma Lubis

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life