Home » H-2 Proklamasi Kemerdekaan RI, Hari Ini di Jalan Pegangsaan Timur 78 Tahun Lalu

H-2 Proklamasi Kemerdekaan RI, Hari Ini di Jalan Pegangsaan Timur 78 Tahun Lalu

by Erna Sari Ulina Girsang
3 minutes read
Perdebatan antara golongan tua dan golongan muda mengenai pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan di rumah Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 tanggal 15 Agustus 2024. Foto: Setneg

ESENSI.TV - JAKARTA

Tanggal 17 Agustus 2023, Indonesia akan memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan ke-78. Kemerdekaan Indonesia bukan hadiah dari negara lain, tetapi perjuangan para pahlawan.

Tidak hanya berjuang untuk keluar dari tekanan penjajah selama puluhan, tahun detik-detik proklamasi kemerdekaan juga mencekam, penuh semangat dan mengharukan.

Apa peristiwa dan suasana yang dialami para pahlawan dua hari menjelang kemerdekaan atau tanggal 15 Agustus 1945?

Berikut kisahnya, seperti dikisahkan Prof Dadan Wildan, Staf Ahli Menteri Sekretaris Negara Bidang Politik, Pertahanan dan Keamanan Kementerian Sekretariat Negara, dalam laman resmi Kementerian Sekretaris Negara, Kamis (3/8/2023).

Terjadi Perdebatan Serius

Tanggal 15 Agustus 1945, kira-kira pukul 22.00, di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, tempat kediaman Bung Karno, berlangsung perdebatan serius antara sekelompok pemuda dengan Bung Karno mengenai Proklamasi Kemerdekaan sebagaimana dilukiskan Lasmidjah Hardi (1984:58); Ahmad Soebardjo (1978:85-87) sebagai berikut:

“Sekarang Bung, sekarang! Malam ini juga kita kobarkan revolusi!” kata Chaerul Saleh dengan meyakinkan Bung Karno bahwa ribuan pasukan bersenjata sudah siap mengepung kota dengan maksud mengusir tentara Jepang”.

“Kita harus segera merebut kekuasaan!” tukas Sukarni berapi-api.

“Kami sudah siap mempertaruhkan jiwa kami!,” seru mereka bersahutan.

Wikana malah berani mengancam Soekarno dengan pernyataan: “Jika Bung Karno tidak mengeluarkan pengumuman pada malam ini juga, akan berakibat terjadinya suatu pertumpahan darah dan pembunuhan besar-besaran esok hari”.

Mendengar kata-kata ancaman seperti itu, Soekarno naik darah dan berdiri menuju Wikana sambil berkata “Ini batang leherku, seretlah saya ke pojok itu dan potonglah leherku malam ini juga! Kamu tidak usah menunggu esok hari!”.

Jepang Adalah Masa Silam

Hatta kemudian memperingatkan Wikana: “Jepang adalah masa silam. Kita sekarang harus menghadapi Belanda yang akan berusaha untuk kembali menjadi tuan di negeri kita ini. Jika saudara tidak setuju dengan apa yang telah saya katakan, dan mengira bahwa saudara telah siap dan sanggup untuk memproklamasikan kemerdekaan, mengapa saudara tidak memproklamasikan kemerdekaan itu sendiri? Mengapa meminta Soekarno untuk melakukan hal itu?”

Baca Juga  Penasaran Dengan Pidato Bung Karno di Hari Proklamasi Kemerdekaan 78 Tahun Lalu? Ini Isinya

Namun, para pemuda terus mendesak: “Apakah kita harus menunggu hingga kemerdekaan itu diberikan kepada kita sebagai hadiah, walaupun Jepang sendiri telah menyerah dan telah takluk dalam Perang Sucinya! Mengapa bukan rakyat itu sendiri yang memproklamasikan kemerdekaannya? Mengapa bukan kita yang menyatakan kemerdekaan kita sendiri, sebagai suatu bangsa?”.

Dengan lirih, setelah amarahnya mereda, Soekarno berkata: ”Kekuatan yang segelintir ini tidak cukup untuk melawan kekuatan bersenjata dan kesiapan total tentara Jepang! Coba, apa yang bisa kau perlihatkan kepada saya? Mana bukti kekuatan yang diperhitungkan itu? Apa tindakan bagian keamananmu untuk menyelamatkan perempuan dan anak-anak? Bagaimana cara mempertahankan kemerdekaan setelah diproklamasikan? Kita tidak akan mendapat bantuan dari Jepang atau Sekutu. Coba bayangkan, bagaimana kita akan tegak di atas kekuatan sendiri”. Demikian jawab Bung Karno dengan tenang.

Segera Proklamasikan Kemerdekaan

Para pemuda tetap menuntut agar Soekarno-Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan. Namun, kedua tokoh itu pun, tetap pada pendiriannya semula. Setelah berulangkali didesak oleh para pemuda, Bung Karno menjawab bahwa ia tidak bisa memutuskannya sendiri, ia harus berunding dengan para tokoh lainnya. Utusan pemuda mempersilahkan Bung Karno untuk berunding. Para tokoh yang hadir pada waktu itu antara lain, Mohammad Hatta, Soebardjo, Iwa Kusumasomantri, Djojopranoto, dan Sudiro.

Tidak lama kemudian, Hatta menyampaikan keputusan, bahwa usul para pemuda tidak dapat diterima dengan alasan kurang perhitungan, serta kemungkinan timbulnya banyak korban jiwa dan harta. Mendengar penjelasan Hatta, para pemuda nampak tidak puas. Mereka mengambil kesimpulan yang menyimpang, yaitu menculik Bung Karno dan Bung Hatta dengan maksud menyingkirkan kedua tokoh itu dari pengaruh Jepang.

Keesokan harinya, pada pukul 04.00 WIB dinihari, tanggal 16 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta oleh sekelompok pemuda dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat. Di sinilah perdebatan antara Ir Soekarno dan kelompok pemuda soal waktu yang tepat memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, serta menjadi saksi sejarah perumusah naskah Proklamasi.

Email: ernasariulinagirsang@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang

#beritaterkini
#beritaviral

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life