Hari Anak Nasional diperingati setiap tanggal 23 Juli. Pada tahun ini, tema yang diangkat untuk memperingati Hari Anak Nasional adalah “Anak Terlindungi, Indonesia Maju.” Hal ini dengan maksud untuk melindungi anak-anak Indonesia dari kekerasan dan pernikahan dini.
Peringatan Hari Anak Nasional ini bermula dari keputusan Presiden Soeharto. Presiden kedua Republik Indonesia ini memandang bahwa pentingnya anak-anak sebagai aset kemajuan bangsa, sehingga keberadaanya perlu diperingati.
Peringatan ini juga dilakukan sebagai bentuk penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak anak sebagai generasi penerus bangsa.
Seorang penulis puisi bernama Gus Nas pun turut merayakan Hari Anak Nasional dengan menuangkannya dalam sebuah puisi.
Profil Gus Nas
Nasruddin Anshoriy atau biasa disebut Gus Nas Jogja adalah seorang budayawan yang juga Pimpinan Pondok Pesantren Ilmu Giri Yogyakarta. Selain kiyai dia juga seorang penulis dan pelukis.
Gus Nas banyak dikenal oleh tokoh-tokoh nasional di negeri ini. Tidak hanya artis, politisi, pengusaha, maupun seniman mengenalinya. Dia banyak mengoleksi lukisan-lukisan langka dari para maestro.
Gus Nas telah menorehkan banyak sekali karya-karya yang menarik dalam bait-bait puisi. Beberapa diantaranya seperti Tong Kosong Reformasi, Semesta Bertakbir, Air Mata Sudan, dan beberapa karya lainnya.
Presiden Ke-4 Republik Indonesia, Gus Dur bahkan memujinya dan berkata bahwa ia adalah seorang multi talenta. Hal ini dikarenakan bakat alami yang dimilikinya.
Berikut adalah tulisan Gus Nas untuk ikut merayakan Hari Anak Nasional.
ANAK
Dengan apa kita akan mengantarkan anak-anak ke masa depan?
Hari ini aku melihat pagar-pagar ditinggikan, ruang-ruang sekolah semakin pengap, kecerdasan dipacu sementara akal-budi tak mendapat asupan gizi, dalam kebingungan birokrasi yang menjejalkan kurikulum terus-menerus silih berganti
Marwah apakah yang akan berpaut
Agar jiwa anak-anak selalu berdiri tegak dengan rendah hati
Pikiran cemerlang untuk setia menjaga semesta
Manusia yang tak tercabut dari akar-akar kemanusiaannya
Sering kudengar kisah tentang anak-anak yang haus kasih
Lalu menyusu di linimasa menjadi robot-robot tanpa jiwa
Anak-anak yang takluk bertekuk pada kutuk
Berselancar di luasnya kekosongan dan keterasingan
Guru-guru yang menggerutu akan tercerabut dari akar ilmu
Pendidik yang berhenti mendadak karena gaji tak sanggup lagi menegakkan tungku
Kuharap bahasa kalbu tapi yang hadir tumpahan residu
Kubacakan Firman Peradaban tapi yang hadir hembusan kebisingan
Anak-anak bangsa yang terlalu lama lapar dan dahaga ini esok atau lusa akan terlunta-lunta menjumpai takdirnya
Buku-buku telah kehilangan kata
Kamus-kamus semakin tandus
Belajar merdeka menjadi tumbal bagi maraknya dunia maya
Diskresi menjadi berhala narasi
Akan kemana anak-anak Ibu Pertiwi yang diyatimkan oleh remuk-redam harga diri ini akan menemukan jati diri?
Gus Nas Jogja, 23 Juli 2023
Merayakan Hari Anak Nasional
Editor: Nabila Tias Novrianda/Addinda Zen