Home » Hari Santri 2023, Ketum PBNU: Sarung Penyambung Peradaban yang Heterogen

Hari Santri 2023, Ketum PBNU: Sarung Penyambung Peradaban yang Heterogen

by Junita Ariani
2 minutes read
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf memberikan sambutan pada peringatan Hari Santri 2023 yang dimeriahkan dengan Sarung Santri Nusantara.

ESENSI.TV - SURABAYA

Hari Santri 2023 dimeriahkan dengan Sarung Santri Nusantara. Kegiatan Hari Santri digelar di Gedung Negara Grahadi Nusantara Surabaya, Sabtu (21/10/2023) malam.

Para undangan hadir dengan mengenakan sarung yang beragam corak dan warna. Hadir, Menag Yaqut Cholil Qoumas, Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Abdullah Azwar Anas.

Ketua Umum (Ketum) PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Sekjen PBNU Saifullah Yusuf, Wamenag Saiful Rahmat Dasuki. Hadir juga ratusan santri dan warga Surabaya.

“Sarung adalah bukti kesinambungan sejarah dan ketersambungan kawasan peradaban yang sangat luas. Kalau di Indonesia yang mayoritas muslim, santri dan kiainya bersarung. Mari kita lihat, masyarakat India yang Hindu juga bersarung. Myanmar yang Buddha juga bersarung,” terang KH Yahya Cholil Staquf dalam sambutannya.

Menurutnya, sarung merupakan penyambung dari sekian banyak masyarakat yang heterogen dalam satu kawasan peradaban yang luas.

Gus Yahya, panggilan akrabnya, mengatakan sejarah peradaban Nusantara, terus bersambung dari zaman ke zaman. Meski pada satu masa, misalnya, Sriwijaya, sangat diwarnai tradisi Buddha dan sekarang menjadi masyarakat mayoritas muslim. Tapi karakter budayanya (sarung) tidak berubah.

Baca Juga  Mengejutkan! Koordinator Pengamen Cilik Pakai Emas Rp 51 Juta

“Sarung dari zaman kuno sampai sekarang bentuknya sama. Motifnya tinggal kreativitas komunitas tenun. Sarung punya vitalitas budaya ulet,” lanjutnya.

Sementara itu, Wakil Menteri Agama (Wamenag) Saiful Rahmat Dasuki mengatakan, sarung merupakan bagian yang tidak lepas dari ciri bangsa.

Bahkan, sarung yang sebelumnya identik dengan masyarakat kampung dan tradisional, kini digunakan juga dibanyak acara kenegaraan yang dihadiri Presiden dan Wakil Presiden.

Selain vitalitas budaya, kata Wamenag, tenun sarung menggambarkan nilai persatuan dan kesatuan.

“Sarung ditenun dari helai demi helai benang hingga menjadi sarung. Ini wujud psrsatuan dan kesatuan. Sarung kuat karena diikat melalui tenun,” jelas Wamenag.

Menurutnya, sarung adalah kekayaan Nusantara. Digunakan secara nasional dalam beragam kegiatan.  *

#beritaviral
#beritaterkini

Email : junitaariani@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang/Raja H Napitupulu

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life