Home » Jurus Jitu Hadapi Resesi 2023

Jurus Jitu Hadapi Resesi 2023

by Erna Sari Ulina Girsang
4 minutes read
perencana keuangan 1

ESENSI.TV - JAKARTA

Keterbatasan manusia menyebabkan tidak ada satu orangpun di dunia ini bisa memastikan apa yang akan terjadi tahun 2023. Namun, di sisi lain manusia juga memiliki kecerdasan. Kecerdasan bisa digunakan untuk memprediksi apa-apa saja yang bakal berlaku di masa mendatang.

Sebentar lagi, tahun 2022 akan berlalu. Tinggal hitungan hari, tahun 2023 akan tiba. Apa yang akan terjadi tahun depan? Semua orang berharap dan berdoa agar tahun depan mendatangkan kebaikan dan keberuntungan.

Meski demikian, jika ada proyeksi buruk jangan khawatir, justru itu lebih baik karena ada masa untuk melakukan persiapan sebelum hal itu terjadi. Siapa tahu, mungkin saja jika diantisipasi lebih dini, proyeksi negatif itu justeru tidak terjadi.

Nah, pada beberapa bulan lalu, World Bank alias Bank Dunia merilis proyeksi yang cukup menggemparkan, yaitu sejumlah negara besar akan menderita akibat resesi ekonomi pada tahun 2023.

Salah satu ciri resesi adalah pertumbuhan ekonomi negatif minimal dua kuartal berturut-turut. Artinya, nilai ekonomi alias produk domestik bruto (PDB) sebuah negara turun. Contohnya Indonesia. Ini hanya contoh saja, bukan berarti Indonesia akan resesi tahun depan ya.

Saat ini, kita ambil angka kasarnya saja, PDB Indonesia di sekitar Rp6.000 triliun, setelah dibagi dengan jumlah penduduk, maka PDB per kapita alias penghasilan setiap penduduk sebesar Rp5 juta per bulan.

Nah, jika ekonomi tumbuh 5 persen, maka PDB Indonesia akan naik menjadi Rp6.300 triliun. Sedangkan penghasilan penduduk rata-rata akan ikut naik menjadi Rp5,25 juta per orang per bulan. Tidak hanya itu, jika ekonomi tumbuh artinya ada tambahan aktivitas ekonomi, maka lapangan kerja akan bertambah juga.

Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dalam sejumlah pertemuan menyebutkan pertumbuhan ekonomi satu persen di Indonesia sejak tahun 2019 dapat membuka sekitar 110.000 lapangan kerja baru. Turun dari angka tahun 2013, saat pertumbuhan ekonomi satu persen bisa menyerap tenaga kerja 270.000 orang.
Ekonomi Bisa Turun

Ini kalau ekonomi tumbuh. Nah, bagaimana jika pertumbuhan ekonomi turun alias negatif? Tentu yang terjadi sebaliknya. Jika Ekonomi turun 5 persen, maka PDB Indonesia ikut turun menjadi Rp5.700 triliun dari angka tadi. Penghasilan rakyat juga ikut berkurang menjadi Rp4,75 juta per bulan per orang atau per kapita .

Masih untung jika penghasilan turun. Bagaimana jika perusahaan tempat kita bekerja harus tutup. Soalnya, kalau pertumbuhan ekonomi turun artinya aktivitas ekonomi berkurang juga. Jika laju ekonomi turun satu persen, artinya bisa saja terjadi sebaliknya, lapangan kerja akan berkurang untuk posisi 110.000 orang. Jika ekonomi turun 5 persen, berarti ada 550.000 orang yang bakal kena pemutusan hubungan kerja (PHK).

Wah serem juga ya. Namun, tenang saja, hal itu bukan berati kiamat dunia. Selalu ada kemungkinan positif. Semoga tidak terjadi resesi seperti yang diprediksikan. Kalaupun terjadi resesi, kita tidak termasuk yang kena PHK atau perusahaan kita tetap aman-aman saja.

Memang, World Bank mengatakan potensi resesi tidak terjadi di Indonesia, tetapi di sejumlah negara besar, yaitu Amerika Serikat, China dan Uni eropa. Penyebabnya adalah kenaikan subu bunga dan inflasi yang terus-menerus melonjak.

Kalau urusan dengan luar negeri, tentu makro sekali. Sebagai rakyat biasa, sepertinya tidak ada yang bisa kita lakukan untuk meyelamatkan ekonomi ketiga negara itu. Masyarakat di Indonesia bisa saja terkena imbasnya. Misalnya, jika akhirnya mereka menarik dari Indonesia karena perlu uang di sana, sehingga Rupiah yang ditinggal di sini ikut melemah, atau mereka kurangi impor dari Indonesia karena tidak punya uang.

Perencanaan Keuangan

Jadi apa yang bisa kita lakukan sebagai individu atau perusahaan? Untuk ini, sejumlah ekonom dan perencana keuangan memiliki saran.

Research Director Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Arbdullah, mendorong masyarakat tetap melakukan perencanaan keuangan dengan baik dan tidak merespons semua informasi secara berlebihan, misalnya menarik uang dari bank secara besar-besaran, seperti yang terjadi pada krisis moneter di Asia tahun 1997-1998.

Baca Juga  Goenawan Mohamad: Manuver Jokowi Bisa Rusak Keadilan, Fair Play dan Kejujuran Bagi Generasi Muda Bangsa

Sarannya, masyarakat tetap melakukan aktivitas ekonomi dan memanfaatkan instrument investasi sesuai dengan kemampuan literasi dan jumlah dana yang dimiliki. Piter yakin meskipun sejumlah negara diprediksi mengalami resesi, Indonesia masih bisa bertahan karena fundamental Indonesia masih kuat.

“Perekonomian nasional tidak sepenuhnya tergantung kepada ekonomi di luar negeri. Kontribusi ekspor terhadap ekonomi tidak besar atau tidak sampai 20 persen. Indonesia berbeda dengan negara lain, seperti Singapura dan Jepang, yang sangat tergantung kepada ekspor, sehingga ketika ekspor turun maka perekonomian negara itu juga turun. Indonesia tidak seperti itu,” tegasnya kepada esensitv belum lama ini.

Kemudian, secara teknis dalam kehidupan sehari-hari apa yang bisa dilakukan? Ini ada saran dari Gema Goeyardi, Pendiri Astronacci International yang juga Penasehat Senior Kepala Staf Presiden Bidang Pasar Modal. Untuk mengantisipasi resesi, ini tips dari Gema dan saran yang diolah esensitv dari berbagai sumber.

1. Sediakan Dana Darurat

Pastikan kamu memiliki dana darurat cukup yang dapat digunakan jika terjadi krisis, misalnya tiba-tiba perusahaan kehilangan order atau perusahaan tutup dan harus mem-PHK karyawan. Berapa banyak uang cadangan yang harus disediakan? Nilainya minimal enam bulan dari pengeluaran bulanan. Biasanya sebelum enam bulan sudah ada solusi perbaikan, sehingga bisnis bisa kembali berjalan.

2. Melunasi Utang

Bagi kamu yang memiliki utang di bank atau di sumber manapun, berusahalah untuk melunasinya segara, terutama uang yang berbunga besar karena bunga besar dapat mempengaruhi kas pribadi, keluarga atau perusahaan. Jadi berusahalah bertanggungjawab dengan kewajiban, apalagi utang adalah janji.

3. Hindari Utang Konsumtif

Nah ini dia, konsumtif sebaiknya dihindari, terutama jika kamu belum memiliki dana cadangan untuk kebutuhan darurat. Apalagi jika punya utang, tahan dulu selera karena konsumtif biasanya adalah keinginan, bukan kebutuhan. Jika sudah terjadi, sudahlah tahun 2022 akan segera berlalu, anggaplah itu kesenangan lama. Jangan menarik utang konsumtif yang baru.

4. Lakukan Penghematan

Berhematlah dan belilah kebutuhan secukupnya. Jangan membeli barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Berhemat bisa untuk sementara, tetapi jika menjadi gaya hidup untuk selanjutnya, mengapa tidak?

5. Miliki Asuransi

Asuransi sangat penting untuk melindungi aset agar tidak tergerus di tengah resesi dan berbagai penyakit. Seperti lambang salah satu perusahaan asuransi, yaitu Nabi Yusuf, yang memberikan saran kepada Raja Mesir sebelum Tahun Masehi. Ketika masa produktiflah kita bisa menabung dengan menyisihkan penghasilan yang ada. Asuransi itu akan bisa digunakan jika kita tidak bisa produktif lagi atau jika terjadi sesuatu yang menyebabkan aset kita rusak atau hilang.

6. Pelajari Investasi dan Berinvetasilah Pada Aset yang Dipahami

Untuk berinvestasi memang membutuhkan kemapuan literasi, apalagi jika ingin berinvestasi di aset yang memiliki risiko dan harganya fluktuatif, seperti pasar saham dan aset kripto. Jadi, sebelum berinvestasi pahami dulu secara mendalam, baik buruknya. Jangan hanya mendengarkan potensi mendapatkan keuntungannya saja, tetapi juga pelajari dan ulas secara mendalam apa risiko dan kerugian yang bisa terjadi. Jika sudah paham semua, maka putuskan apakah jadi berinvestasi atau tidak. Sehingga tidak salah langkah, kalaupun akhirnya rugi, setidaknya tidak merasa tertipu, tetapi itu adalah keputusan yang diambil secara sadar.

Nah, artinya resesi terjadi atau tidak terjadi, setiap masyarakat perlu mengambil tindakan sendiri. Biarlah kebijakan perdagangan dan hubungan luar negeri menjadi urusan Pemerintah dan DPR RI yang sudah kita tugaskan bekerja dengan menyisihkan pajak kita.

Sebagai masyarakat, kita harus mampu mengamankan keuangan sendiri dengan perencanaan keuangan yang baik sesuai dengan tips di atas tadi. Semoga berhasil dan kita berharap semua yang baik-baik dan keberuntungan yang akan terjadi di tahun 2023. Amin.

Email Penulis: ernasariulinagirsang@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang

#beritaviral
#beritaterkini

 

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life