Home » PBB Serukan Gencatan Senjata Kepada Israel dan Pemimpin Hamas

PBB Serukan Gencatan Senjata Kepada Israel dan Pemimpin Hamas

by Erna Sari Ulina Girsang
2 minutes read
Rumah Sakit Al Shifa masih menjadi tempat penampungan korban perang di Kota Gaza. Foto: WHO

ESENSI.TV - JAKARTA

World Health Organization (WHO) menyerukan kembali agar Israel dan Pemimpin Hamas segera melakukan gencatan senjata karena jumlah korban terus bertambah dan tidak ada yang tempat yang aman di Gaza.

“Atas nama kemanusiaan, kami menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera dilakukan,” jelas juru Bicara WHO Margert Harris, dalam keterangannya, dikutip Rabu (15/11/2023).

Dia mengatakan saat ini jalur Gaza sudah memasuki musim hujan. Kondisi ini, menurutnya, akan memperparah keadaan warga dan akan menyebabkan lonjakan gangguan penyakit.

“Hujan hanya akan menambah penderitaan masyarakat di Jalur Gaza,” ujar Margaret Harris kepada wartawan sebelumnya di Jenewa, Swiss.

Padahal, saat ini saha, gangguan dalam pemompaan limbah dan kekurangan air telah menyebabkan lonjakan penyakit yang ditularkan melalui air dan infeksi bakteri.

Organisasi Kesehatan Dunia, pekan lalu, melaporkan bahwa sejak pertengahan Oktober, lebih dari 33.500 kasus diare. Sebagian besar terjadi pada anak balita, atau sekitar 16 kali lipat rata-rata bulanan.

Fasilitas yang dikelola oleh badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, tempat lebih dari 580.000 pengungsi di Gaza selatan mencari perlindungan akibat serangan Israel. Israel mengatakan aksi itu adalah balasan atas serangan mematikan Hamas pada tanggal 7 Oktober lalu

“Kami memohon agar gencatan senjata dilakukan sekarang,” desak Dr. Harris.

Dalam sebuah pernyataan pada Senin malam, Ketua UNRWA Philippe Lazzarini mengatakan bahwa respons kemanusiaan “secara bertahap akan berakhir karena tidak ada bahan bakar yang diizinkan masuk ke Jalur Gaza sejak 7 Oktober.”

Sebanyak 238 Sandera Masih Ditahan Hamas

Sementara itu di Jenewa, keluarga dari 238 sandera yang ditahan oleh Hamas di Gaza sejak 7 Oktober masih terus berupaya melakukan perundingan agar keluarga mereka di bebaskan.

Baca Juga  85% Warga Gaza Tinggalkan Rumahnya ke Lokasi Pengungsian

Mereka menemui berbagai lembaga kemanusiaan, seperti Presiden Komite Internasional Palang Merah (ICRC), sebuah organisasi mitra kemanusiaan PBB.

Dalam sebuah pernyataan, ICRC mengatakan bahwa Spoljaric juga akan bertemu dengan pihak berwenang Israel dan bahwa organisasi tersebut “terus-menerus melakukan advokasi atas nama para sandera yang ditahan di Gaza, termasuk secara langsung dengan Hamas dan dengan aktor-aktor yang mungkin memiliki pengaruh pada pihak-pihak tersebut. ”.

Sementara itu, Israel terus melakukan serangan ke Jalur Gaza. Harris dari WHO menggambarkan situasi mengerikan di rumah sakit Al-Shifa, yang merupakan fokus operasi Pasukan Pertahanan Israel.

Israel mengklaim bahwa Hamas telah mendirikan pusat komando di bawah rumah sakit tersebut, tetapi tuduhan itu dibantah oleh tenaga medis di rumah sakit tersebut.

Sekitar 700 pasien masih berada di lokasi tersebut dan lebih dari 400 staf kesehatan, selain sekitar 3.000 pengungsi yang mencari perlindungan di sana. Dr Harris mengatakan, 20 kematian pasien telah dilaporkan dalam 48 jam terakhir.

Sebanyak enam bayi prematur dilaporkan meninggal di Al-Shifa selama tiga hari terakhir karena inkubator mereka tidak dapat berfungsi karena kekurangan listrik.

Ditanya tentang kemungkinan mengevakuasi pasien, Dr. Harris menjelaskan bahwa semua yang tersisa di Al-Shifa memerlukan dukungan penting untuk tetap hidup.

“Memindahkan mereka akan menjadi hal yang sangat sulit dilakukan dalam situasi terbaik, apalagi di tengah pemboman, bentrokan bersenjata dan kurangnya bahan bakar untuk ambulans,” jelas Harris.

“Cara terbaik adalah menghentikan permusuhan saat ini dan fokus pada menyelamatkan nyawa, bukan menghilangkan nyawa,” tegasnya.

Email: ernasariulinagirsang@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang/Raja H. Napitupulu

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life