Home » Prabowo: Saya Ingin Rakyat Indonesia Menjadi Bangsa yang Terhormat

Prabowo: Saya Ingin Rakyat Indonesia Menjadi Bangsa yang Terhormat

by Erna Sari Ulina Girsang
3 minutes read
Bacapres 2024 - 2029 Prabowo Subianto dalam acara Mata Najwa on Stage: Bacapres Bicara Gagasan, di Grha Sabha Pramana Universitas Gadjah Mada (UGM), Sleman, DIY, Selasa (19/9/2023). Foto: Tangkap layan siaran langsung di narasi tv

ESENSI.TV - JAKARTA

Calon Presiden dari Koalisi Indonesia Maju Prabowo Subianto menegaskan ingin menjadikan rakyat Indonesia menjadi bangsa yang terhormat.

Prabowo mengatakan untuk menjadi negara terhormat, Indonesia harus memperkuat kemandirian ekonomi dan membentuk sumber daya manusia dengan menjadikan pendidikan dapat diakses seluruh rakyat Indonesia.

Pembangunan, tambahnya, harus disertai kerukukan semua rakyat dan para elit karena tidak ada kemakmuran sebuah bangsa tanpa kerjasama dan persatuan.

“Saya ingin rakyat Indonesia menjadi bangsa yang terhormat,” tegasnya dalam Mata Najwa on Stage: Bacapres Bicara Gagasan, di Grha Sabha Pramana Universitas Gadjah Mada (UGM), Sleman, DIY, Selasa (19/9/2023).

Prabowo memilih tema Strategi Transformasi Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045. Dia mengatakan intinya adalah semua institusi dunia dan semua pakar mengambil kesimpulan bahwa semua indikator ekonomi Indonesia menunjukkan bahwa negara ini pada tahun 2045 akan menjadi negara keempat atau kelima termakmur di dunia.

Dia menjelaskan target Indonesia emas itu adalah produksi nasional Indonesia, produksi domestik bruto USD1,2 triliun tahun 2022, tahun 2023 sudah mencapai  USD1,4 triliun dan ditargetkan akan naik menjadi USD9,8 triliun pada tahun 2045.

Kemudian, jelasnya, rangking Indonesia saat ini di 16 besar dan sedang menuju 5 besar. Income per kapita adalah USD4.580 menuju USD30 ribu.

“Untuk menjadi negara yang lompat menjadi negara yang makmur, kita tidak mau jadi negara middle income, kita mau jadi negara high income. Kita harus tumbuh minimal  6 persen, kalau bisa 7 persen setiap tahun,” jelasnya.

Landasan Solid

Dia mengatakan apa yang sudah dicapai Pemerintah ini adalah membangun suatu landasan yang solid hingga saat ini. Hal ini, jelasnya, terlihat dari sejumlah indikator ekonomi, seperti neraca perdagangan dari minus USD6,6 miliar menjadi surplus USD54 miliar.

“Ini adalah keberhasilan yang patut kita syukuri. Kita masih belum puas, masih yang tidak merata. Kita perlu pemerataan yang lebih adil. Tapi ini adalah capaian. Ini adalah fondasi solid,” paparnya.

17 Program Prioritas

“Apa yang akan kita lakukan mencapai itu. Saya dibantu pakar dan profesor yang saat ini jumlahnya 60 pakar diberbagai bidang. Kami merumuskan 17 program prioritas”.

Adapun program prioritas itu adalah swasembada pangan kalau dilakukan dengan benar, Indonesia tidak hanya mencapai swasembada, tetapi akan menjadi lumbung pangan dunia.

Kemudian, memerangi kemiskinan dan memberantas korupsi karena korupsi adalah penyakit yang  menghambat pembangunan. Indonesia harus meningkatkan pelayanan kesehatan untuk rakyat dan memperkuat pertahanan.

“Kita harus kuat. Kalau kita lemah kita akan dijajah dan diinjak-injak penjajah kembali. Tidak ada yang lemah bisa survive,” tegasnya.

Baca Juga  KAI Siap Layani Pelanggan di Periode Angkutan Lebaran 2023

Dia melanjutkan, program prioritas selanjutnya adalah Indonesia harus memiliki sumber dan pengolahan air yang canggih karena air adalah komoditas strategis. PBB telah meramalkan bahwa dunia akan mengalami krisi air karena kekeringan.

Selanjutnya, meningkatkan sumber penerimaan negara, mendistribusikan dan meningkatkan jumlah benih, pupuk dan pestisida langsung kepada petani.

“Sekarang terlalu banyak perantara-perantara. Sekarang kita jamin pupuk harus sampai kepada petani,” ujarnya.

Hilirisasi dan Industrialisasi

Indonesia, tambahnya lagi, harus melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi. Ini menjadi kunci yang mempercepat lompatan Indonesia. Dengan hilirisasi komoditas sumber daya alam saat ini di bawah Presiden Jokowi, Indonesia tidak mau komoditas dan sumber daya alam diekspor dan dijual murah ke negara lain.

“Kita hentikan ekspor murah, kita wajibkan mereka untuk melakukan pengolahan di Republik Indonesia. Ini membuat banyak negara asing tidak suka. Kita mau diboikot, kita tidak gentar karena tanpa hilirisasi tidak mungkin kita menjadi negara makmur,” ujarnya.

Dia mencontohkan salah satu betuk hilirisasi di Jepang yang pernah dikunjunginya. Satu pabrik refinary atau penyuling BBM di Jepang hanya memurnikan 70 persen bahan mentah.

Sisanya, 30 persen menjadi limbah yang diolah kembali menjadi produk turunan bermanfaat. Dari proses penyulingan dihasilkan 40 pabrik industri menengah. Dari 40 pabrik tersebut dihasilkan 40.000 pabrik hilir,

“Itu dari satu refinary. Kalau satu pabrik hilir pekerjakan 20 orang saja, berapa puluh ribu orang bisa bekerja. Bayangkan jika semua komoditas diolah di Indonesia, berapa banyak tenaga kerja yang bisa diserap,” ujarnya.

Melanjutkan Pembangunan IKN

Rumah murah untuk masyarakat desa, pemberantasan narkoba, melanjutkan pemerataan ekonomi, pengembangan UMKM dan pembangunan IKN (Ibu Kota Negara) sebagai pemerataan, reformasi hukum, menjamin kelestarian lingkungan hidup, pelestarian seni budaya dan peningkatan ekonomi kreatif dan prestasi olahraga.

Selain Prabowo cara itu juga menghadirkan Capres Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. Pada kesempatan itu, Prabowo mengatakan meski bukan alumni UGM, tetapi sewaktu menjalani pendidikan di Akademi Militer, dirinya banyak diajar oleh dosen UGM.

Dia mengatakan mahasiswa yang paling berkepentingan dengan politik karena masa depan bangsa adalah milik generasi muda. Mahasiswa, jelasnya, akan melihat Indonesia menjadi bangsa yang maju, adil dan makmur.

Prabowo mengatakan ingin protes karena gagasan besar untuk sebuah negara besar hanya diberikan waktu 10 menit. Namun, dia mengatakan akan patuh dan disiplin pada waktu yang diberikan.

Email: ernasariulinagirsang@esensi.tv
Editor : Erna Sari Ulina Girsang/ Radja H. Napitupulu

#beritaviral
#beritaterkini

 

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life