Home » Rachmat Gobel Beberkan 6 Alasan UMKM Harus Dilindungi

Rachmat Gobel Beberkan 6 Alasan UMKM Harus Dilindungi

by Junita Ariani
2 minutes read
Wakil Ketua DPR RI Koordinator Bidang Industri dan Pembangunan Rachmat Gobel.

ESENSI.TV - JAKARTA

Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel dan Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki sepakat untuk melindungi UMKM dari produk impor.

“Ini sangat penting bagi masa depan Indonesia,” kata Gobel saat menerima Menteri Teten di rumah dinasnya, di Jakarta, Jumat (7/4/2023).

Keduanya mendiskusikan tentang masalah koperasi dan UMKM, termasuk soal produk herbal seperti jamu, wellness, dan fitofarmaco. Mereka juga membahas produk tekstil tradisional Indonesia seperti batik, songket, tenun, dan kain karawo.

Tidak hanya itu, mereka juga membahas tentang impor garmen dan kain bekas.

“UMKM harus menjadi tuan rumah di negerinya sendiri. Bahkan bisa menjadi salah satu pilar ekspor produk Indonesia,” kata Gobel.

Pimpinan DPR Bidang Koordinator Industri dan Pembangunan (Korinbang) ini menyebutkan sejumlah alasan mengapa UMKM harus dilindungi dan menjadi pilar ekspor produk Indonesia,

Pertama, UMKM menyerap tenaga kerja yang sangat besar. Kedua, jumlah UMKM sangat besar. Ketiga, produk UMKM memiliki kandungan lokal yang sangat besar. Keempat, UMKM merupakan pilar utama nasional dalam menghadapi beragam krisis nasional.

Kelima produk-produk UMKM banyak yang merupakan wujud dari kebudayaan nasional seperti batik, handicraft, tenun. Songket, jamu, dan sebagainya.

Keenam, basis UMKM berada di desa sehingga berada di akar rumput.

“Ekonomi yang berbasis budaya selalu mengandung filosofi budaya kita. Dan, itu diwariskan dari generasi ke generasi. Sejarahnya sangat panjang. Jika ekonomi berbasis budaya ini punah maka kita akan kehilangan pijakan,” katanya.

Jangan Mengulang Kesalahan

Gobel meminta pemerintah melarang impor produk ekonomi yang berbasis budaya bangsa, seperti batik, songket, tenun, dan sebagainya.

Baca Juga  Gobel Sebut Mebel dan Herbal Potensi UMKM Indonesia Bernilai Ekspor Besar

Dalam kesempatan itu, Teten menceritakan kasus yang menimpa salah satu jenis sarung produk Pekalongan dan Tegal. Sarung yang sering disebut sarung toldem itu merupakan produk UMKM yang diekspor ke negara-negara Afrika. Namun, mulai ditiru China.

“Jika kita membiarkan ini terus-menerus, pada saatnya industri batik kita akan punah dalam beberapa generasi ke depan. Lalu generasi mendatang tak bisa lagi membatik dan batik menjadi sesuatu yang asing,” ujar Gobel.

Ia mengingatkan agar jangan mengulang kesalahan pada kasus rotan. Karena membuka keran ekspor rotan asalan dan mematikan sebagian besar industri rotan nasional.

“Padahal sebelumnya Indonesia menjadi eksportir produk kerajinan rotan dari UMKM,” kata Gobel.

Teten dan Gobel juga berbagi cerita tentang ancaman produk garmen impor terhadap industri garmen skala rumah tangga dan skala kecil.

Hal itu ia saksikan sendiri di sentra-sentra konveksi di Jawa Barat yang mulai kepayahan dalam menghadapi serbuan impor ini. Keduanya juga sepakat untuk tetap melarang impor pakaian bekas.

“Jika ada pakaian bekas maka itu ilegal, karena itu dilarang sejak 2015,” kata Teten.

Impor pakaian bekas, kata Gobel, alasannya agar rakyat bisa membeli barang murah. Tapi industri konveksi yang terancam oleh pakaian bekas juga isinya rakyat. Karena industri konveksi ini industri rumahan.

“Kita harus menentukan akan memilih rakyat yang mana. Sebagai bangsa yang waras akan memilih yang bernilai strategis dan produktif,” tegasnya. *

#beritaviral
#beritaterkini

Email : junitaariani@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life