Home » Ribuan Pengungsi Palestina Tinggal di Kamp Khan Younis Gaza Selatan

Ribuan Pengungsi Palestina Tinggal di Kamp Khan Younis Gaza Selatan

by Erna Sari Ulina Girsang
2 minutes read
Ribuan pengungsi tinggal di kamp Khan Younis di Gaza selatan. Foto: UN

ESENSI.TV - JAKARTA

Ribuan orang telah meninggalkan Gaza utara menuju Kamp Khan Younis Gaza selatan, tiba dalam kondisi dehidrasi, kelaparan, kelelahan dan syok.

Para pengungsi ditampug sementara di Kamp Khan Younis yang menyediakan tempat tinggal sementara kepada pengungsi dan keluarganya di dalam tenda.

The United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East  (UNRWA) melaporkan sekolah-sekolah UNRWA kini menampung lebih dari 800.000 orang.

Pengungsi dalam kondisi yang memprihatinkan dan kurangnya mayang kanan, air dan sanitasi yang memadai. Lebih dari 30 persen orang yang berada di tempat penampungan sudah menunjukkan penyakit kulit.

“Meskipun orang-orang telah mengungsi dari wilayah utara, sepertiga dari seluruh pembunuhan terjadi di wilayah selatan,” jelas UNRWA dan menyebutkan tidak ada tempat yang aman di Gaza, termasuk kompleks PBB, dalam keterangan resmi PBB, Minggu (19/11/2023).

“Hingga 60 di antaranya telah terkena serangan sejak awal konflik. Saat ini ada lebih dari 60 orang yang terbunuh. Ratusan orang terluka”.

Setidaknya 103 staf UNRWA kini dipastikan tewas meskipun jumlahnya mungkin lebih tinggi.

Kasus Kekurangan Gizi Meningkat

Sementara itu, kasus malnutrisi dan dehidrasi di Gaza meningkat dengan cepat dari hari ke hari dari laporan Program Pangan Dunia (WFP) pada Kamis pekan ini.

“Gaza sebenarnya berisiko terjerumus ke dalam neraka kelaparan tanpa bahan bakar dan lonjakan pasokan makanan yang cepat,” kata Abeer Atefa, Juru Bicara Senior WFP untuk Timur Tengah, berbicara dari Kairo.

Baca Juga  Jokowi: Joint Venture PT PP-Adhi Karya untuk North-South Commuter Railway Diteken

Dia memperingatkan bahwa “dengan semakin dekatnya musim dingin, dan tempat penampungan yang tidak aman dan penuh sesak, serta kurangnya air bersih, orang-orang menghadapi kemungkinan kelaparan.”

Ibu Atefa mengatakan hanya 10 persen bahan pangan yang diperlukan telah memasuki wilayah kantong tersebut sejak awal konflik, sehingga menciptakan kesenjangan pangan yang sangat besar.

Praktis seluruh penduduk yang berjumlah 2,2 juta jiwa kini membutuhkan bantuan pangan.

Masyarakat hampir tidak bisa makan satu kali sehari, pilihan makanan terbatas pada makanan kaleng, jika tersedia, dan roti merupakan barang mewah yang langka.

“Beberapa orang justru memilih mengonsumsi bawang mentah, terong mentah, atau apa pun yang bisa mereka dapatkan,” katanya.

Meskipun truk-truk bantuan mulai berdatangan, mereka hampir tidak dapat mengirimkan makanan dan air dalam jumlah kecil karena jalan-jalan rusak atau pasokan bahan bakar sangat sedikit.

“Sistem pangan yang ada di Gaza pada dasarnya sedang runtuh,” katanya, sementara toko-toko kehabisan persediaan.

“Produksi pangan hampir terhenti total, pasar-pasar ambruk, nelayan tidak dapat mengakses laut, petani tidak dapat mencapai lahan pertanian mereka, dan toko roti terakhir yang bekerja sama dengan Program Pangan Dunia telah ditutup karena kekurangan bahan bakar. ”
Pabrik terakhir ditutup.*

Email: ernasariulinagirsang@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang/Raja H. Napitupulu

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life