Nasional

Semarak Pawai Prosesi Waisak 2568 BE di Borobudur

RIBUAN masyarakat, para Bhikkhu, perwakilan majelis Buddha memenuhi ruas-ruas jalanan di sekitar Borobudur. Mereka berkumpul untuk mengikuti prosesi arak-arakan atau pawai sebagai rangkaian prosesi Waisak 2568 BE.

Pawai dimulai dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur. Jalan kaki ini jauhnya sekitar 2 – 3 kilometer. Para pimpinan majelis Buddha, para Bhikkhu, rohaniwan berada di barisan terdepan, diikuti kereta yang berisikan persembahan puja yang akan dibawa ke Candi Borobudur dari Candi Mendut.

Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha, Supriyadi mengatakan, pawai yang berlangsung di Borobudur bukan sekedar giat yang melalahkan fisik, tapi juga cermin keteguhan iman. “Pawai dapat meneguhkan batin umat dalam menjalankan ajaran Buddha,” katanya di Magelang dikutip dari laman kemenag, Kamis (23/5/2024).

Dia menjelaskan, pawai ini adalah suatu tahapan yang dilalui oleh setiap orang yang mengikuti ritual dalam prosesi perayaan Tri Suci Waisak 2568 BE. “Umat Buddha harus mempersiapkan diri dengan menentukan dan menetapkan batinnya, dengan penuh kesadaran bahwa setiap langkah dalam kehidupan harus dipersiapkan dengan baik,” ungkapnya.

Supriyadi menjelaskan bahwa ajaran luhur dalam ajaran Buddha, utamanya dalam hatinya membacakan do’a-do’a yang ada dalam Paritta. “Persiapkan batin dengan baik, proses perjalanan ini sepenuh hati,” tegasnya.

Pawai ini menjadi bagian ungkapan persembahan yang banyak mengandung lambang kebaikan dalam kehidupan yang bersumber dari beberapa unsur kehidupan.

“Persembahan-persembahan tersebut bisa menerangkan bahwa kehidupan itu tidak kekal, seperti bunga melambangkan ketidakkekalan. Api melambangkan penerangan dalam kehidupan, dupa melambangkan keharuman, bijaksana bermanfaat bagi sesama. Dalam hidup yang keluar adalah harum kebajikan,” kata Supriyadi.

Ada juga persembahan lainnya, seperti Air sebagai lambang ketenangan, dan kebijaksanaan. “Buah-buahan sebagai lambang kehidupan yang harus diraih. Hidup harus berkecukupan, tidak harus kaya, tapi cukup terpenuhi kebutuhannya,” kata Supriyadi.

Sumarni, masyarakat muslim di Borobudur turut merasakan kemeriahan dan kebahagiaan melihat dan menyaksikan pawai ini. Dia turut serta dalam barisan berjalan kaki dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur. “Saya sangat senang, setiap perayaan Waisak selalu ikut pawai. Semoga membawa kebaikan bagi seluruh masyarakat,” kata Sumarni.

Nazarudin

Recent Posts

8 Negara dengan Hukuman Mati Tertinggi

Pada tahun 2024, laporan terbaru menunjukkan bahwa sepuluh negara dengan tingkat hukuman mati tertinggi masih…

4 hours ago

Fokus Utama Taiwan terhadap Shang-Ri La Dialogue

Pertemuan Shangri-La Dialogue 2024 yang berlangsung di Singapura menyoroti beberapa isu penting, termasuk fokus Taiwan…

8 hours ago

Pertemuan ke-49 ASEAN Audit Committee

Pertemuan ke-49 ASEAN Audit Committee (AAC), para anggota dari 10 negara anggota ASEAN dan Timor…

10 hours ago

Resmi Pensiun, David Beckham Sekarang Bertani dan Beternak

David Beckham, mantan bintang sepak bola, kini menjalani kehidupan yang berbeda setelah pensiun. Terkenal karena…

12 hours ago

Dukung Penjual Kopi Keliling, Kapal Api Group Sumbang 1M

Kapal Api Group telah mengumumkan komitmennya untuk mendukung para pedagang kopi keliling dengan menyumbangkan dana…

1 day ago

ISEI Fasilitasi Sosialisasi LPS – Industri Asuransi

Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) memfasilitasi upaya sosialisasi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan…

1 day ago