Revitalisasi Candi Muaro Jambi menjadi salah satu agenda prioritas Direktorat Jenderal Kebudayaan (Ditjenbud) Kemendikbudristek. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan pengakuan dan mengusulkan Candi Muaro Jambi sebagai situs Warisan Dunia UNESCO.
Program revitalisasi ini tidak hanya fokus pada pemugaran fisik candi tetapi juga penataan lingkungan sekitarnya. Kawasan candi luasnya mencapai 3.981 hektar.
Daerah ini mencakup berbagai elemen penting seperti Candi Astano, Candi Kembarbatu, Candi Tinggi, dan lainnya. Hingga saat ini, sudah ada sembilan candi yang telah direstorasi.
Salah satu pendekatan yang menarik dalam revitalisasi ini adalah keterlibatan masyarakat lokal. Mereka dilibatkan dalam berbagai kegiatan ekonomi seperti pengelolaan pasar dan penyediaan jasa pariwisata.
Pasar Dusun Karet, misalnya, kini menjadi daya tarik tersendiri dengan kuliner khas yang ditawarkan. Bahkan, saat musim banjir, pasar ini diubah menjadi pasar apung yang unik, menarik perhatian banyak pengunjung.
Upaya Revitalisasi
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, menekankan bahwa upaya revitalisasi ini selaras dengan UU Nomor 15 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
Hal ini mencakup rekonstruksi, revitalisasi, penataan ulang, pelestarian, dan pengembangan cagar budaya.
Revitalisasi ini juga mempertimbangkan kelestarian ekosistem. Pohon-pohon di sekitar Situs Gumpung dipertahankan untuk menjaga keseimbangan alam.
Pendekatan ini tidak hanya memperkaya aspek budaya tetapi juga menjadikan kawasan ini sebagai objek penelitian berbagai disiplin ilmu seperti arkeologi, sejarah, dan antropologi.
Dengan berbagai upaya ini, diharapkan Candi Muaro Jambi dapat menjadi pusat pendidikan dan pariwisata yang menggabungkan nilai sejarah, budaya, dan ekonomi, serta memberikan manfaat nyata bagi masyarakat setempat dan dunia internasional.