Home » Harga Pangan Tahun 2023 Diprediksi Naik Lagi Karena Dipicu 4 Hal Ini

Harga Pangan Tahun 2023 Diprediksi Naik Lagi Karena Dipicu 4 Hal Ini

by Erna Sari Ulina Girsang
2 minutes read
belanja lagi

ESENSI.TV - JAKARTA

Sejak tahun 2022, tren peningkatan harga pangan sudah mulai terlihat, menyusul pemulihan ekonomi sejumlah negara dari dampak pandemi Covid-19. Kemudian, permintaan global juga meningkat.

Sesuai dengan hukum ekonomi, jika permintaan meningkat, sedangkan pasokan tetap, maka harga akan naik. Tidak heran, jika saat ini bank sentral sedang berusaha mengendalikan inflasi dengan menaikkan suku bunga acuannya.

Untuk tahun 2023 ini bagaimana? Apakah tren kenaikan harga pangan yang terjadi di tahun lalu akan berlanjut? Salah satu lembaga riset memperkirakan kenaikan harga pangan masih akan terjadi sepanjang tahun ini.

CORE Center of Reform on Economics (Core) Indonesia berpandangan bahwa pada tahun 2023 terdapat empat faktor yang berpotensi mempengaruhi harga pangan global dan domestik. Ini penjelasannya.

1. Pertumbuhan Global

Pertumbuhan ekonomi global, yang mengarah kepada resesi berpeluang menurunkan daya beli masyarakat khususnya masyarakat menengah bawah. Kemudian, pengetatan moneter AS telah berdampak pada penguatan nilai dolar AS terhadap mata uang negara lain. Dengan demikian, harga impor pangan khususnya negara-negara berkembang menjadi semakin mahal.

2. Tekanan Inflasi

Tekanan inflasi di berbagai negara akibat masih tingginya harga energi dan komoditas, meskipun telah turun dari puncaknya, menyebabkan daya beli masyarakat tertekan.

3. Periode La Niña

Periode La Niña, yang akan meningkatkan curah hujan di beberapa wilayah produsen pangan seperti Australia dan Asia Tenggara, dan sebagian Amerika Utara, akan berlangsung hingga awal tahun depan. La Niña terjadi ketika angin di selatan Ekuator mengalir ke arah barat, yang menyebabkan air laut di sekitar perairan selatan Ekuator menjadi lebih dingin daripada biasanya.

Hal ini dapat menyebabkan perubahan cuaca di berbagai wilayah di seluruh dunia, termasuk perubahan iklim, curah hujan, dan kekeringan. Dengan demikian, potensi peningkatan produksi dapat terjadi di wilayah-wilayah tersebut, meskipun pada saat yang sama intensitas curah hujan yang tinggi berpotensi mengakibatkan banjir sehingga menghambat panen dan transportasi.

Baca Juga  Sering Absen dan Nunggak SPP, SMP N 1 Brebes Minta Anisa Maharani Mengundurkan Diri

4. Penurunan Harga Komoditas

Penurunan harga komoditas energi akan menurunkan biaya produksi pangan. Sepanjang tahun 2022 harga energi dan pupuk yang menjadi komponen biaya produksi dan transportasi pangan mengalami kenaikan tajam, sehingga berdampak pada naiknya harga pangan.

Kenaikan harga tersebut berimbas pada meningkatnya harga pupuk, khususnya urea dan amonium nitrat, yang bahan bakunya dari gas alam. Karena itu, jika tren penurunan harga energi dapat berlangsung hingga tahun depan maka biaya input dari produksi pangan akan ikut terpangkas sehingga harganya akan ebih rendah dibandingkan daripada tahun ini.

Sebaliknya, kenaikan harga pangan diharapkan bisa ditahan jangan terlalu tinggi, sehingga tidak di luar daya beli masyarakat. Akibatnya anak-anak bisa mengalami kurang gizi atau stunting dan bisa juga kelaparan terjadi di negara-negara miskin.

Ada beberapa kondisi yang menahan kenaikan harga pangan, yaitu peringatan mengenai ancaman krisis pangan oleh FAO tahun 2020 yang kemudian diulangi lagi tahun 2021, telah mendorong Pemerintah menggencarkan berbagai program pertanian, termasuk food estate.

Di sisi lain, peringatan tersebut juga mendorong negara-negara produsen mengurangi ekspor dalam rangka meningkatkan stok mereka, sehingga ikut mendorong kenaikan harga di pasar global. Akibatnya harga di bahan pangan impor jadi mahal.

Kesepakatan Rusia dan Ukraina, yang difasilitasi oleh PBB dan Turki, untuk membuka kembali jalur perdagangan di Laut Hitam, mendorong penurunan harga komoditas pangan di pasar berjangka.

Di saat yang sama, Core Indonesia mengatakan pasokan beberapa komoditas pangan meningkat pada paruh kedua tahun ini akibat La Niña yang meningkatkan curah hujan di beberapa sentra produksi. Di antaranya adalah peningkatan produksi gandum di Rusia, Kanada dan Amerika Serikat.*

Editor: Erna Sari Ulina Girsang

Email: ernasariulinagirsang@esensi.tv

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life