Israel kembali menyerang wilayah Gaza Selatan yang menjadi tempat warga sipil melarikan diri per Minggu (10/12). Israel meluncurkan serangan di wilayah itu setelah Amerika Serikat (AS) memberi vetonya.
Veto yang diberikan AS menggagalkan upaya Dewan Keamanan PBB untuk mengakhiri perang. Juga pengumuman bahwa penjualan darurat tank senilai $106 juta amunisi telah disetujui oleh Washington.
Militer Israel menyerang jalur Gaza Selatan di mana tempat itu menjadi tempat ratusan ribu warga sipil melarikan diri. Selain itu Gaza Selatan yang kini menjadi sasaran baru Israel merupakan tempat perlindungan dari pertempuran Israel dan Hamas di jalur Gaza Utara.
Situasi Palestina kini makin mengkhawatirkan, bahkan kelompok bantuan kemanusiaan mendefinisikan situasi di wilayah Palestina seperti ‘kiamat’. Lantaran Palestina kini diambang penyakit dan kelaparan.
Israel memerintahkan warga Khan Younis keluar dari pusat kota dan menyerang semalaman. Israel juga menyebutkan bahwa pasukannya mengalami kemajuan soal penyerangan yang dilancarkan.
Korban di Gaza Palestina
Sementara itu, di bagian utara Gaza, warga berlindung di rumah sakit Al-Shifa yang juga sudah tidak berfungsi. Terkait hal ini, memasuki bulan ketiga perang, jumlah korban tewas warga Palestina di Gaza telah melampaui 17.700 orang.
Mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas. Kementerian tidak membedakan antara kematian warga sipil dan kombatan.
Meski ada tekanan internasional dari pihak internasional, pemerintahan Presiden Joe Biden tetap menentang gencatan senjata terbuka. Dengan alasan hal itu akan memungkinkan Hamas untuk terus memberikan ancaman terhadap Israel.
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant berpendapat bahwa “gencatan senjata memberikan hadiah kepada Hamas.”