Home » Janji Palsu para Caleg Untuk Warga Muara Kapuk

Janji Palsu para Caleg Untuk Warga Muara Kapuk

by Lyta Permatasari
3 minutes read
Janji Palsu. Tempo/IST

ESENSI.TV - JAKARTA

Kepala Suku Dinas (Sudin) Lingkungan Hidup Jakarta Utara (Jakut), Edy Mulyanto, akan ikut campur membantu warga Kapuk Muara, Penjaringan, yang tinggal di atas timbunan sampah.

Sudin Lingkungan Hidup Jakut telah berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait untuk mengambil tindakan terhadap masalah ini.

Edy mengungkapkan bahwa Sudin Lingkungan Hidup Jakarta Utara sedang merencanakan operasi pembersihan sampah.

Dia telah berkoordinasi dengan pemerintahan setempat, baik di tingkat kelurahan maupun kecamatan, guna membersihkan tumpukan sampah tersebut.

“Insya Allah. Kita sedang memetakan berkoordinasi dengan lurah dan camat Penjaringan guna melaksanakan gerebek sampah secara terpadu,” kata Edy melalui pesan tertulis pada Sabtu 1 Juli 2023.

Sudin Lingkungan Hidup jalin komunikasi dengan instansi lain adalah janji palsu?

Sudin Lingkungan Hidup Jakut mengungkapkan telah menjalin komunikasi dengan instansi lain.

Meskipun begitu, dia belum memberikan detail tentang waktu pelaksanaan rencana gerebek sampah.

Warga RT 17 RW 04 Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara telah tinggal di atas tumpukan sampah selama puluhan tahun.

Seorang penduduk yang ditemui oleh Tempo mengungkapkan bahwa dia sudah tinggal di tempat tersebut sejak tahun 2001.

Tumpukan sampah tersebut terletak di bawah rumah panggung penduduk setempat. Selain itu, warga juga telah membangun jembatan untuk menghubungkan jalan antara rumah-rumah mereka.

Ana (32), seorang warga Kapuk Muara, menyatakan bahwa mereka membuang sampah di bawah rumah panggung karena tidak ada tempat pembuangan sampah yang terorganisir.

Dia juga mengungkapkan bahwa tidak ada koordinator yang mengangkut limbah warga setiap hari.

“Kalau misalnya disuruh pungut biaya, ya boleh. Tapi, kan, nggak ada,” ujar dia saat ditemui di rumahnya pada Rabu, 28 Juni lalu.

Kondisi rumah warga Kapuk Muara

Dikutip dari laporan Tempo, rumah warga dan jalan bertumpu kepada bambu besar dan juga tiang beton seadanya. Selain itu, jalan penghubung antara rumah warga hanya bisa dilewati oleh dua motor yang berpapasan.

Rumah warga Kapuk Muara merupakan bangunan semi permanen dengan bahan utama dari triplek. Selain itu, atap rumah sebagian besar terbuat dari seng. Sebagian warga adalah pekerja kasar seperti buruh panggul dan pekerja pabrik

Warga Kapuk Muara kerap dapat janji dari caleg

Sebelumnya, warga Kapuk Muara kerap didatangi para calon anggota legislatif (caleg) jelang pemilihan umum yang menjanjikan akan membawa perubahan di kehidupan mereka jika terpilih.

Baca Juga  Kini Warga Sumut Bisa Tukar Sampah Jadi Uang di Bank Sampah Induk Rumah Hijau

Ninu, 52 tahun, salah seorang warga setempat menyebut para caleg itu datang, tapi sekadar umbar janji belaka. Jelang Pemilu 2024, sudah ada beberapa caleg yang datang ke lingkungannya.

Namun, ia enggan membeberkan secara rinci identifikasi para caleg tersebut.

“Sudah ada tiga atau empat,” kata Ninu saat ditemui di rumahnya pada Rabu, 28 Juni 2023.

Para caleg, kata Ninu, datang untuk memberikan beragam janji palsu perbaikan untuk warga.

Namun, menurut dia, tidak ada satupun janji para politisi itu yang dipenuhi usai mereka terpilih menjadi anggota dewan. “yagitu, deh,” ujar dia.

Salah satunya, Ninu mengatakan, pada pemilu lalu seorang caleg berjanji akan membuatkan jalan yang layak menuju kampung mereka. Namun, hingga kini jalan menuju kampung mereka masih berupa tanah merah berdebu.

“Katanya jalan di situ, kan, kalau hujan becek, ya, di lapangan depan. Katanya mau diuruk, mau dibaguskan, biar nggak becek, tapi nyatanya enggak,” kata Ninu.

Caleg janjikan dirikan posyandu

Selain itu, para politikus kerap menjanjikan akan mendirikan posyandu, tapi tidak pernah terealisasi dari beberapa pemilu dilewati. Ninu mengatakan warga saat ini memanfaatkan depan rumah ketua RT setempat untuk lokasi posyandu meski ala kadarnya.

“Dulu, kan, di sini pernah, tuh, minta ke caleg bangun posyandu, kan, selama ini gak ada,” ujar dia.

Bahkan, kata Ninu, para caleg datang sambil memberikan sembako, tapi dengan persyaratan tertentu. Misalnya, kata dia, caleg meminta fotokopi KTP apabila ingin mendapat bansos dari si caleg.

“Tapi enggak saya ladenin. Dia kasih sembako, tapi, kan, tukeran KTP fotokopi. Kumpulin itu foto KTP-nya. Makanya saya kalau sama warga sini, ‘kalau bukan saya yang mintain, jangan, ya’. Pada nurut,” kata Ninu yang berperan sebagai PKK di lingkungannya.

Oleh sebab itu, Ninu mengatakan warga di sekitar sudah antipati apabila ada caleg yang berusaha masuk ke kampungnya.

“Makanya sekarang kalau ada caleg masuk, males, ah. Sudah berapa ada yang mau masuk, tapi enggak deh,” ujarnya.

 

 

 

Editor: Farahdama A.P

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life