Home » Kasus Rabies Semakin Melonjak Sejak 2022

Kasus Rabies Semakin Melonjak Sejak 2022

by Lyta Permatasari
5 minutes read
Jumlah Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies di Indonesia (2013-2023*) Sumber: Kementerian Kesehatan *) Data hingga April 2023

ESENSI.TV -

Kemenkes Catat Lonjakan Kasus Rabies di Indonesia sejak 2022

Kasus rabies tengah menjadi sorotan di Indonesia. Ini lantaran ada peningkatan penyakit yang disebabkan oleh gigitan atau cakaran hewan tersebut di sejumlah wilayah Indonesia.  Bahkan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) rabies di kabupaten Nusa Tenggara Timur. Status itu menyusul terus bertambahnya korban gigitan hewan penular rabies (GHPR) yang mencapai 162 orang. Peningkatan kasus rabies di Indonesia telah terjadi sejak tahun 2022. Berdasarkan data Kemenkes, terdapat 104.229 kasus rabies di dalam negeri. Jumlah itu naik 82,04% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebanyak 57.257 kasus.  Kemudian, kematian akibat kasus rabies mencapai 102 kasus pada tahun lalu. Jumlah itu meningkat 64,52% dibandingkan pada 2021 yang sebanyak 62 kasus. Sepanjang tahun ini hingga April 2023, sudah ada 31.113 kasus rabies yang terjadi di dalam negeri.

Dari jumlah tersebut, 23.211 kasus sudah mendapatkan vaksin anti-rabies. Sementara, 11 orang yang terkena gigitan rabies meninggal dunia. Sebanyak 95% kasus rabies tersebut disebabkan oleh gigitan anjing. Menurut Kemenkes, pemberian vaksin kepada anjing menjadi salah satu cara untuk dapat mengeliminasi rabies. Jika hewan pembawa rabies ini masih berkeliaran dan tidak terlindungi oleh vaksin, penyakit tersebut dapat menular ke manusia. Sebagai langkah pertolongan pertama, orang yang terkena gigitan rabies harus mencuci lukanya dengan sabun/detergen di air mengalir selama 15 menit. Kemudian, luka tersebut harus diberikan antiseptik dan sejenisnya. Selanjutnya, segera pergi ke puskesmas atau rumah sakit untuk dilakukan pencucian luka kembali. Selain itu, perlu diberikan vaksin anti-rabies (VAR) dan serum anti-rabies (SAR) sesuai dengan indikasinya.

1.775 kasus rabies gigitan anjing di Kalbar, 10 warga meninggal

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalimantan Barat, Erna Yulianti mengatakan terjadi peningkatan kasus gigitan rabies di Kalbar dari Januari hingga Juni 2023 ini sebanyak 1.775 kasus gigitan di Kalbar dan 10 di antaranya meninggal dunia.

“Sepanjang 2023 ini, hingga tanggal 7 Juni 2023 sudah terdapat 10 warga di dua kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat dinyatakan meninggal dunia akibat rabies. Dari 10 orang tersebut, 7 orang meninggal di Kabupaten Sintang dan 3 lainnya di Kabupaten Landak,” ujarnya di Pontianak, Selasa (13/6/2023).

Terkait kasus tersebut, pihaknya melakukan upaya pengendalian kasus rabies dengan melakukan sosialisasi lintas sektor atau lintas program terkait di tingkat daerah bersama Dinas Kesehatan Hewan kabupaten/kota, puskesmas, camat dan aparatur desa.

Erna mengatakan berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi menunjukkan bahwa semua kasus kematian akibat rabies terjadi dikarenakan kasus gigitan hewan penular rabies tidak dilaporkan ke fasilitas pelayanan kesehatan.

“Diketahui, sebagian besar kematian akibat rabies tersebut karena lambatnya penanganan yang dilakukan oleh masyarakat yang terlambat membawa pasien ke fasilitas kesehatan terdekat. Warga merasa hanya gigitan kecil, dan tidak berdarah sehingga warga datang ke faskes sudah dalam kondisi parah seringnya sebulan setelah digigit dan menyebabkan kasus kematian pada korban yang tergigit,” ujarnya.

Terkait hal tersebut pihak dinas kesehatan juga sudah menyalurkan vaksin rabies ke sejumlah kabupaten/kota, khususnya di Landak dan Sintang.

“Untuk mencegah terjadinya gigitan, bagi masyarakat yang akan memelihara hewan diharapkan jangan mengambil hewan yang berasal dari lokasi tertular rabies dan belum diberikan vaksinasi rabies,” katanya.

Erna menjelaskan, pencegahan pertama jika terjadi gigitan hewan penular rabies pada manusia yaitu dengan melakukan cuci luka selama 15 menit menggunakan sabun di air yang mengalir.

Selanjutnya segera lapor ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan vaksin anti rabies atau serum anti rabies (sesuai indikasi), perawatan luka dan segera amankan hewan yang menggigit.

“Kemudian, laporkan kepada petugas kesehatan hewan dinas yang membidangi fungsi kesehatan hewan di wilayah masing-masing untuk dilakukan observasi,” jelasnya.

Jadi KLB, Kasus Rabies di Sikka NTT Meluas Hingga 12 Kecamatan!

Kasus rabies di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur terus meluas hingga mencakup 12 kecamatan.

Stok vaksin yang habis jadi masalah baru, akibatnya puluhan ribu ekor anjing belum divaksin.

Berdasarkan data Dinas Keswan Sikka, ada 26 spesimen tubuh anjing yang terindentifikasi positif rabies, sementara 9 spesimen dinyatakan negatif.

Dengan kondisi ini, Pemkab Sikka telah berupaya memvaksin 2.760 ekor anjing, sementara masih ada sekitar 50.000 ekor anjing yang belum tervaksin, karena vaksin habis.

Hingga saat ini, Pemkab Sikka sudah menetapkan rabies sebagai kejadian luar biasa atau KLB Rabies.

Sementara, kasus rabies juga telah memakan korban seorang bocah yang meninggal pada awal bulan Mei 2023 lalu.

Balita di Buleleng Bali Meninggal karena Rabies Usai Digigit Anjing

Seorang balita perempuan di Buleleng, Bali, meninggal diduga terinfeksi rabies setelah digigit anjing pada Minggu (11/6/2023).
Anak warga Desa Pangkung Paruk, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, itu  meninggal pukul 20.20 Wita saat dirawat di RSUD Buleleng.
Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Buleleng Sucipto membenarkan informasi tersebut. Ia mengatakan kondisi balita tersebut memburuk pada pukul 20.00 Wita, Sabtu, hingga dinyatakan meninggal 20 menit setelahnya.
Sebelumnya pasien balita itu dirawat di rumah sakit sejak Sabtu (10/6) dengan gejala tidak bisa minum air, nyeri saat menelan, gelisah, serta takut angin.

Baca Juga  Stok Pupuk Bersubsidi di Sulsel Capai 188.808 Ton

Balita itu meninggal dalam keadaan hipervelasi dengan diagnosis encephalitis rabies.

“Pukul 20.00 Wita, kondisi pasien melemah, disertai gelisah, pandangan kosong, panas berkeringat, dan halusinasi,” ujar Sucipto, Selasa (13/6/2023).

“Pukul 20.20 Wita, pasien dinyatakan meninggal dunia dengan penyebab langsung gagal napas, dengan penyebab dasar encephalitis rabies,” sambungnya.
Ia mengungkapkan pasien balita tersebut memiliki riwayat digigit anjing peliharaannya. Anjing itu masih berusia lima bulan. Pasien digigit sekitar satu bulan lalu, saat hendak mengambil mainannya di bawah kolong tempat tidurnya.

Tidak disangka-sangka, anjing peliharaannya langsung menggigit lengan kirinya sampai mengakibatkan luka gores. Saat itu, balita tersebut tidak langsung dibawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan untuk mendapat penanganan medis.

Alhasil, korban tidak sempat mendapatkan vaksin antirabies (VAR).

“Setelah menggigit, anjing itu dibunuh oleh bapak pasien. Luka pada tangan kiri pasien hanya dicuci di rumah, menggunakan sabun dan air mengalir,” jelas Sucipto.

“Karena luka itu dianggap kecil dan aman, sehingga (keluarga) pasien abai dan tidak melaporkan diri ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut,” sambungnya.

Sebelumnya Kementerian Kesehatan menyatakan 95 persen kasus penularan rabies di Indonesia sejauh ini disebabkan oleh gigitan anjing.

“95 persen kasus rabies pada manusia didapatkan lewat gigitan anjing yang terinfeksi,” ucap Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Imran Pambudi lewat siaran pers, Sabtu (3/6).

Imran mengatakan hewan yang bisa menularkan rabies kepada manusia sebenarnya bukan anjing. Ada beberapa jenis hewan lainnya yang bisa menularkan lewat gigitan. Dia menyebut sebagian besar kematian akibat rabies itu disebabkan karena terlambat dibawa ke fasilitas kesehatan (Faskes). Menurutnya, mereka datang ke faskes di atas satu bulan setelah mengalami gigitan.

“Rata-rata mereka baru panik pergi ke Faskes setelah tahu anjing yang menggigitnya itu mati. Jadi yang harus dilakukan jika digigit anjing yang pertama adalah harus segera mungkin pergi ke Faskes untuk dilakukan uji luka,” tutur Imran.

Imran mengatakan saat ini ada 25 provinsi yang menjadi endemis rabies. Namun hanya delapan provinsi yang bebas rabies yakni Kepulauan Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Papua Barat, dan Papua.

Kasus Rabies di Sulsel Mencapai Lebih dari 2.300, Lima Orang Tewas

Sepanjang Januari-April 2023, kasus infeksi rabies pada orang di Sulawesi Selatan mencapai 2.395. Sebanyak lima orang di antaranya dilaporkan meninggal akibat gigitan hewan penyebab rabies.
“Gigitan hewan penular rabies (GHPR) di Sulsel sebanyak 2.395 kasus dan cuci luka (CL) sebanyak 2.381 kasus dan vaksin anti rabies sebanyak 2.082 sejak Januari hingga April tahun ini,” kata Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Kabid P2P) Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan, Ardadi dikutip dari CNNIndonesia.com, Rabu (14/6./2023).

“Kasus kematian karena rabies ini selama periode Januari hingga Mei tahun ini berada di Soppeng sebanyak 2 kasus, Toraja Utara 2 kasus dan Sinjai ada 1 kasus. Jadi total kematian karena rabies ada 5 kasus,”sambungnya
Sepanjang Januari-April 2023, kasus infeksi rabies pada orang di Sulawesi Selatan mencapai 2.395. Sebanyak lima orang di antaranya dilaporkan meninggal akibat gigitan hewan penyebab rabies.

Ardadi menerangkan kasus kematian karena rabies ini akibat warga yang menjadi korban gigitan terlambat untuk melaporkan ke fasilitas kesehatan.

“Kematian yang 5 ini rata rata terlambat penanganan. Harusnya setelah mendapatkan gigitan bisa lakukan cuci luka dan pemberian vaksin antirabies,” tuturnya.

Menurut Ardadi masih banyak masyarakat yang tidak melaporkan setelah mengalami gigitan hewan penular rabies untuk segera mendapatkan penanganan di fasilitas kesehatan.

“Sejauh ini penanganannya optimal, namun masih saja ada masyarakat yang terlambat melaporkan kasus gigitan sehingga lambat ditangani oleh petugas kesehatan,” kata dia.

Sebelumnya Kementerian Kesehatan menyatakan 95% kasus penularan rabies di Indonesia sejauh ini disebabkan gigitan anjing.

Vaksin Rabies Habis

Vaksinasi pada hewan penular rabies (HPR) terhenti sementara waktu karena pasokan vaksin dari Pemerintah Provinsi sedang kosong. Padahal, kasus positif rabies semakin bertambah khususnya di Sulses, Bali, NTT, dan Kalbar. Hal ini meningkatkan terjadinya penularan rabies dan melonjaknya korban jiwa akibat rabies.

Pemerintah perlu memperhatikan dengan serius permasalahan ini dan secepatnya bertindak agar kasus rabies ini bisa segera menurun dan tak terjadi korban jiwa lainnya lagi.

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life