Home » Middle Income Trap: Tantangan Pemimpin Indonesia Selanjutnya

Middle Income Trap: Tantangan Pemimpin Indonesia Selanjutnya

by Addinda Zen
2 minutes read
Middle Income Trap Indonesia

ESENSI.TV - JAKARTA

Indonesia menghadapi ancaman middle income trap. Ini merupakan keadaan ketika negara mencapai tingkat pendapatan menengah. Namun, tidak dapat keluar dari tingkatan tersebut untuk menjadi negara maju. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan bahwa Proyek Strategis Nasional (PSN). Termasuk di dalamnya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), perlu didukung oleh kualitas sumber daya manusia (SDM) yang berdaya saing untuk lepas dari middle income trap.

Mantan Penasihat Ekonomi Presiden di Komite Ekonomi Nasional (KEN), Chris Kanter menyebut, keadaan middle income trap ini juga menjadi salah satu tantangan bagi Presiden terpilih selanjutnya. Menurutnya, kondisi ini merupakan kondisi nyata yang tidak mudah.

“Apalagi keadaan dunia seperti ini, nah ini (middle income trap) yang akan menjadi tantangannya. Kalau kita kaitkan dengan iklim politik dikaitkan dengan adanya Pilpres. Ya ini yang menjadi tantangan besar siapapun Presidennya, karena keadaan itu real ya. Bahwa Indonesia sekarang ada di posisi yang baik apalagi di antara menghadapi krisis iklim pandemi maupun perang. Indonesia kan termasuk yang unggul dari antara banyak negara,” jelas Chris saat ditemui di Jakarta belum lama ini.

Transformasi Berbasis Digital

Menurut Menko Airlangga, adanya infrastruktur yang dibangun melalui PSN juga menjadi penting bagi Indonesia untuk bisa lepas dari middle income trap. Ia mengatakan, Indonesia juga mendorong reformasi industri 4.0 berbasis digital, yang didukung dengan pembangunan infrastruktur.

Sejalan dengan ini, Chris Kanter juga menyinggung mengenai kasus korupsi Menara BTS. Menurutnya, hal-hal seperti ini merupakan hambatan yang mengganggu langkah Indonesia keluar dari middle income trap. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah yang terpilih di Pemilu 2024 untuk menciptakan atau menegaskan kebijakan yang dibuat.

“Untuk bisa berani melakukan transformasi ekonomi. Itu misalnya ya transformasi digital. Itu kan dari sekarang pun kita mengalami banyak hambatan kan. Kita bisa melihat konsep yang bagus mengenai bagaimana supaya internet itu terjangkau di seluruh Indonesia berujungnya korupsi malah BTS itu, sehingga tidak deliver dia. Padahal itu kan one of the step. Memang semua itu akan kuncinya tuh di policy ya policy yang akan dibuat oleh pemerintah nanti gitu,” ujar Chris Kanter.

Baca Juga  Melihat Kondisi Ekonomi Indonesia Di Tengah Kondisi Krisis Dunia

Ekonomi Dunia dan Ekonomi Indonesia

Lebih lanjut, Chris Kanter juga menyebut, Indonesia perlu mencapai 6-7% pertumbuhan ekonomi. Angka ini menjadi acuan agar bisa keluar dari kondisi middle income trap.

“Nah kalau untuk keluar itu kan kita mesti tumbuh 6-7%. Kalau kita bisa tumbuh 7% kita baru bisa keluar, kalau saya enggak salah hitungan teman-teman ekonomi itu 2038. Kalau kita tumbuh kalau kita 6% kita kalau enggak salah baru keluar 2041. Ini memang masih di dalam 100 tahun Indonesia yang dibuat selama ini sampai 2045, tapi kita tahu sendiri bahwa untuk mencapai 6-7% (pertumbuhan ekonomi) itu sama sekali enggak mudah,”

Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati juga pernah mengungkapkan tahun-tahun ini menjadi sangat penting karena dunia dalam situasi yang sangat lemah dan geopolitik memberikan dampak terhadap pelemahan ekonomi dunia. Kondisi tersebut harus dipahami dan dikelola dengan baik.

Chris Kanter menambahkan, pemerintah perlu melakukan pengelolaan terhadap kebijakan yang dikeluarkan. Mengingat, kondisi dunia akan sangat mempengaruhi Indonesia.

“Moneter itu selalu sangat terkait dengan kondisi dunia dan itu juga dia dirasakan oleh Indonesia.  Kita bisa melihat kemarin baru diumumkan interest rate US dia naikin lagi 25 basis points sehingga menjadi 5,5. Itu sama seperti kita, bahkan kita 5,25. Bayangkan, kalau dulu kan ada perbedaan yang sangat besar antara Dollar dan Rupiah. Ini tentu berdampak dan tidak mudah ya. Kita melakukan policy yang di mana harus ada gas harus ada rem,”

 

Editor: Dimas Adi Putra

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life