Home » Modeling Nila Salin Terobosan Jitu Hidupkan Tambak Nganggur

Modeling Nila Salin Terobosan Jitu Hidupkan Tambak Nganggur

by Junita Ariani
2 minutes read
KKP mengembangkan pembangunan budidaya nila salin berbasis kawasan seluas 80 hektare di kawasan Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa Barat.

ESENSI.TV - KARAWANG

Pembangunan budidaya nila salin berbasis kawasan seluas 80 hektare mulai dikembangkan di kawasan Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa Barat.

Pembangunan dilakukan di lahan bekas tambak udang yang sudah tidak produktif. Pembangunan ini sebagai langkah konkrit Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mensolusikan persoalan tambak-tambak udang mangkrak. Karena telah menurunnya kualitas produksi.

Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, strategi modeling budidaya sekaligus untuk mendongkrak produksi ikan nila salin nasional. Yang telah ditetapkan sebagai komoditas perikanan unggulan ekspor.

“Ini adalah bekas tambak udang, yang sudah tidak produktif lagi. Kemudian kami mencoba modifikasi dengan tidak lagi udang, tapi tilapia. Pasar ikan ini cukup bagus, kira-kira sebesar USD13 miliar pada 2030,” ungkap Menteri Trenggono.

Ia mengatakan itu saat meninjau kawasan modeling budidaya nila salin di Karawang, Jumat (2/2/2024).

Dikatakannya, pembangunan modeling budidaya nila salin dilakukan di lahan seluas 80 hektare yang terbagi dalam empat kawasan tambak. Yakni Tambak blok A, B, C dan D.

Selain kolam produksi, terdapat fasilitas lain di antaranya Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL), inlet outlet, tandon, hingga laboratorium.

Proses produksinya juga sudah mengedepankan teknologi terkini salah satunya penggunaan mesin pakan otomatis.

“Untuk tambak blok A dan B saat ini sudah mulai berproduksi. Sedangkan sisanya dalam tahap pengembangan. Saya berharap, semua pembangunan bisa segera rampung, bisa segera diresmikan,” ujar Menteri Trenggono.

Menurutnya, produktivitas modeling budidaya nila salin Karawang ini ditaksir mencapai 7.020 ton per siklus. Berat ikan saat dipanen mencapai 1 kilogram per ekor dengan masa produksi 8-9 bulan.

Baca Juga  Bertolak ke Arab Saudi dan Amerika Serikat, Ini Agenda Kerja Mendag

Jika target produksi tersebut berhasil, kata Menteri Trenggono, teknologi budidaya nila salin Karawang siap diduplikasi. Untuk mengaktifkan kembali tambak-tambak nganggur yang ada di Indonesia, khususnya di wilayah Pantai Utara Jawa (Pantura).

“Ada luasan sekitar 78 ribu hektare di Pantura yang sekarang tidak berfungsi dengan baik. Ini saya kira kita bisa modifikasi, revitalisasi,” bebernya.

Potensi Ekonomi yang Dihasilkan

Direktur Utama BRI, Sunarso yang ikut meninjau lokasi modeling budidaya nila salin, mengungkapkan besarnya potensi ekonomi yang akan dihasilkan. Potensi ini bahkan bisa dimanfaatkan para pelaku usaha mikro kecil (UMKM) perikanan.

“Tadi saya lihat 80 hektare itu 1 siklus 8 bulan, net profit nya Rp38 miliar. Sehingga kita ngitung 3-4 siklus saja balik modal. Ini nanti modeling kalau selesai, cocok pelakunya adalah pembudidaya dan itu cocok untuk BRI. Karena BRI kan fokusnya ke UMKM,” beber Suharso.

Di sisi lain, pihaknya mendukung pembangunan budidaya nila salin dengan menanam 1.000 pohon di sekitar area modeling. Menurutnya, ini bentuk sinergi BRI dengan KKP untuk menjaga kelestarian ekosistem pesisir.

“Jadi kita sama-sama nanam, yang satu tanam ikan, yang satu tanam pohon. Ini program mulai dari nanam, pemeliharaan. Bahkan akan diukur berapa biomassa yang terbentuk dan berapa kemampuan menyerap karbonnya,” pungkasnya. *

#beritaviral
#beritterkini

Email : junitaariani@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang/Raja H Napitupulu

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life