Home » Prasasti 1 Suro

Prasasti 1 Suro

by Administrator Esensi
2 minutes read
Malam 1 Suro 2023

ESENSI.TV - JAKARTA

Tanggal satu (1) Suro merujuk pada tanggal pertama di bulan pertama Kalender Jawa. Dalam hal ini, malam 1 Suro adalah malam pertanda masuknya bulan Suro menurut penanggalan Jawa.

Disebutkan oleh laman Kementerian Agama RI, 1 Suro pada kalender Jawa bertepatan dengan 1 Muharam pada kalender Hijriah. Bukan sekadar bulan biasa, Suro diyakini sebagai bulan sakral.

Di bulan ini, masyarakat Jawa cenderung menghindari hal-hal besar menyangkut kehidupan. Ini karena bulan Suro dianggap sebagai bulan “sial”.

Seorang penulis bernama Gus Nas pun turut menyemarakkan Malam 1 Suro lewat puisi buatannya.

Profil Penulis Gus Nas

M. Nasruddin Anshoriy atau biasa disebut Gus Nas Jogja  adalah seorang budayawan yang juga Pimpinan Pondok Pesantren Ilmu Giri Yogyakarta. Selain kiyai dia juga seorang penulis dan pelukis.

Gus Nas banyak dikenal oleh tokoh-tokoh nasional di negeri ini. Tidak hanya artis, politisi, pengusaha, maupun seniman mengenalinya. Dia banyak mengoleksi lukisan-lukisan langka dari para maestro.

Berikut adalah puisi karya Gus Nas.

Prasati 1 Suro

Di Petirtaan Jalatunda kujamasi jimatku
Zaman Edan dan Gelombang Gelap Kalabendhu
Mengepung Tanah Air
Memuntahkan erupsi karma dalam semadiku

Sesudah Nogososro dan Sabuk Inten kurendam di air kelapa
Pusaka Kyai Kanjeng Kopek dan Tombak Kyai Plered
Menjadi saksi bisu tajamnya sembilu

Keris Kolomunyeng kuhadirkan dalam kepulan asap dupa
Menjadi pengantin berkalung bunga melati yang dimahari para empu

egak-lurus tombak Karno Tanding kugenggam erat di tangan kananku
Mata malaikat menatap tajam angkara murka di tanah pusaka Jawadwipa
Bumi suci berpagar gaib penuh digdaya Tanah Airku

Baca Juga  Kanker: Perjalanan dari Deteksi hingga Perawatan

Dengan Mahkota Ajisaka kutunaikan tugasku
Amanah para leluhur para pemburu
Cucuk lampah Ha-Na-Ca-Ra-Ka membelah sejarah Mantra Gula Kelapa dalam babad masa lalu

Kupatahkan tanduk gaib Dewata Cengkar
Lalu kubenamkan kepala raksasa sakti itu ke dalam lumpur Bleduk Kuwu

Dalam tempaan doa Syekh Subakir dan istighfar Eyang Semar di puncak Gunung Tidar
Kuasah sangkur tafakurku dengan puasa bisu

Dalam tempaan doa Syekh Subakir dan istighfar Eyang Semar di puncak Gunung Tidar
Kuasah sangkur tafakurku dengan puasa bisu

Bhinneka Tunggal Ika
Tan Hana Dharma Mangrwa
Kusebut dalam Sumpah Palapa itu
Kutancapkan di batu karang kesaksianku

Bangsa yang bertubi-tubi dirundung kesakitan
Negeri yang berulangkali dikhianati
Tak akan rebah walau dihantam fitnah ribuan kali

Sebelum Guna Dharma moksa di Pertapaan Waktu
Telah kusingkap jejak gaib di puncak Menoreh
Menebas luka di ujung stupa
Aras Arupadhatu di puncak Borobudur yang megah itu

Satu Suro kukeramasi dengan harum dupa
Prasasti perang suci mengalahkan rasa congkak dalam diriku sendiri

Sayup-sayup kudengar suara gong berkumandang di Alas Purwo
Gemuruh tembang Megatruh mengitari bumi

Pertanda apa ini?

Gatra-gatra kehilangan guru
Guru laku dan Guru Wilangan saling berseteru
Macapat kiamat meruwat rindu pada puisiku

Gus Nas Jogja, 1 Muharram 1445 Hijrah.

Editor: Nabila Tias Novrianda/Addinda Zen

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life