Latto-latto sebuah permainan anak-anak yang saat ini tengah viral. Permainan yang satu ini juga sedang di gandrungi oleh orang dewasa.
Meski menimbulkan suara yang agak berisik, namun permainan ini membutuhkan keterampilan khusus untuk menghindari agar tidak menciderai si pemain.
Tak hanya masyarakat awam, tiga penyanyi dangdut Indonesia, yakni Selfi, Rara dan juga Nia juga penasaran dengan permainan yang satu ini.
Ternyata permainan satu ini sudah lama eksis. Bahkan sejak tahun 1970 hingga 1990-an permainan ini sudah dikenal.
Latto-latto sendiri sudah terkenal jadi mainan favorit anak-anak tahun 90-an di Indonesia. Hal itu dikarenakan saat itu belum ada gadget jadi tidak seperti sekarang ini.
Latto-latto sendiri mulanya berawal dari negara Amerika, sejak tahun 1970-an. Dan awal mula terkenal di Indonesia yaitu berawal dari kota Makassar sehingga diberi nama Latto-latto.
Dikutip dari Youtube @Wina Berbagi, Senin (2/1/2023), latto-latto merupakan salah satu bahasa daerah yang ada di Sulawesi Selatan. Latto artinya ketuk, latto-latto artinya ketuk-ketuk.
Di daerah Makassar seperti Soppeng Parepare Wajo Pinrang dan sekitarnya diberi nama Latto-latto. Sedangkan di daerah Palopo Toraja dan Masamba serta sekitarnya diberi nama Katto-Katto.
Hngga akhirnya nama permainan tersebut terkenal ke seluruh wilayah Indonesia dengan diberi nama yaitu Latto-latto.
Latto-latto awalnya diciptakan buat pembelajaran Hukum Newton 1 dan 3 yaitu, benda akan selalu mempertahankan keadaannya yang diam atau bergerak lurus beraturan dan benda menghasilkan efek aksi dan reaksi.
Namun anak-anak di zaman itu malah menjadikannya sebagai bahan mainan. Dan, di abad ke-20 keberadaannya justru dilarang di Amerika Serikat dikarenakan dianggap mengganggu dan berbahaya.
Pasalnya, dulu Latto-latto terbuat dari logam dan senar sehingga rentan putus terkena wajah sendiri dan orang lain. Untungnya sekarang Latto-latto terbuat dari bahan plastik dan karet jadi lebih aman untuk digunakan.
Itulah asal usul nama permainan Latto-latto yang saat ini sedang digandrungi anak-anak hingga orang dewasa. *
Editor: Raja H. Napitupulu