Bahasa budaya Sunda Banten sudah ada sejak dulu, bahasa Sunda Banten ini dianggap sebagai bentuk bahasa yang kurang sopan atau kurang lembut dan terdengar dengan stigma kasar.
Banten secara data lebih banyak suku sunda dari pada suku yang lainnya. Meliputi di Kabupaten Lebak, Pandeglang, juga di sebagian Tanggerang dan Serang. Bahkan di daerah Lebak, terdapat suku Baduy yang sekarang diakui sebagai suku asli Sunda Buhun (Sunda Kuna). Melihat hal tersebut bisa di artikan bahwa suku Sunda Banten sangat mendominasi.
Berdasarkan hal tersebut ada pemikiran orang-orang intelektual yang menyampaikan pendapat mereka, kenapa identitas asli di paksa untuk berubah dan disesuaikan. Bukankah berbahasa itu sama dengan toleransi dimana saling memahami antara lawan bicara sebagai media komunikasi.
Komunitas Kamus Sunda Banten
Berangkat dari itu, timbul usaha untuk Champaign tau pengakuan bahasa budaya Sunda Banten. Salah satunya adalah membuat komunitas bernama “Kamus Sunda Banten”. Hal pertama yang di lakukan adalah membuat buku, kamus Sunda Banten yang didasarkan pada para penutur asli di daerah.
Akhirnya puncak pengakuan justru ketika Bupati Lebak yang saat ini masih menjabat viral, dengan ucapan yang dia tuturkan “Sapatkeun beuheungna ku aing” ungkapan tersebut sangat mencirikan bahasa Sunda Banten. Dan mulai dari kejadian tersbut masyarakat mulai melirik bahwa bahasa Sunda Banten, dapat digunakan oleh para petinggi.
Seperti yang sudah banyak kita temui, di ruang publik dan medsos, para penutur mulai pembiasaan menggunakan Sunda Banten tanpa risih.
Selanjutnya, Kantor Bahasa Banten pun banyak melakukan acara-acara terkait sunda Banten. Salah satunya, pada bulan Agustus 2022, telah dilakukan acara untuk memberikan makna bahasa Sunda Banten dalam bidang kemaritiman yang selanjutnya dimasukan kedalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Tentu ini adalah pengakuan yang signifikan, dan semoga menjadi titik tolak untuk pelestarian bahasa-bahasa daerah (budaya) di Indonesia. ujar Riki Gana S (Young Political leader Golkar Institute Angkatan IX)
“Sakitu bae!”
Penulis :Riki Gana S (Young Political leader Golkar Institute Angkatan IX)
Editor : Dimas Adi Putra