PT PLN diimbau untuk terus memanfaatkan penggunaan biomassa dalam memproduksi energi listrik, menggantikan batu bara atau yang populer disebut co-firing.
Materi biomassa yang selama ini digunakan adalah bubuk gergaji, cangkang sawit, limbah racik uang kertas (LRUK), dan pelet kayu. Semua stok bahan baku itu selalu berubah, tergantung ketersediaannya.
“Inilah, yang harus dipikirkan. Keberlanjutan stok biomassa untuk diolah menjadi sumber energi listrik,” kata Anggota Komisi VII DPR RI Abdul Kadir Karding dalam keterangannya dikutip, Jumat (9/2/2024) di Jakarta.
Sementara LRUK lanjut Karding, dipasok dari Bank Indonesia. Uang-uang kertas yang sobek dan lusuh yang tidak layak pakai, dikirim ke PLN untuk diolah menjadi energi.
Dari sekian banyak bahan baku penghasil energi, LRUK merupakan sumber paling tinggi kalori untuk energi. PLN mendapat pasokan dari BI hingga 15 ton.
“Yang harus kita pikirkan, keberlanjutannya. Itu masalahnya, karena stok berubah terus. Lalu apakah nanti ada peluang untuk ekspor,” tutur Karding.
Semua bahan baku biomassa ini merupakan sumber energi baru dan energi terbarukan yang ramah lingkungan. Pada 2025, PLN Adipala menargetkan pengggunaan biomassa hingga 5 persen.
Pada kunjungan kerja ke PT. PLN Adipala, Cilacap, Jateng, Komisi VII DPR RI melihat dari dekat progres pemanfaatan biomassa ini.
Komisi VII mendapatkan fakta bahwa sudah 2-3 persen BUMN di Cilacap itu menggunakan biomassa. Sementara sudah beberapa PLN di Indonesia yang 100 persen menggunakan biomassa.
Karding menyampaikan optimismenya, PLN Adipala ini bisa terus meningkatkan penggunaan biomassa.
“Kalau dilihat laporan mereka tadi, saya kira kita optimis. Khusus di Adipala ini sudah 2-3 persen dan itu progres yang bagus. Di Indonesia ada 4-5 (PLTU) yang sudah 100 persen menggunakan biomassa,” ungkapnya. *
#beritaviral
#beritaterkini
Email : junitaariani@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang/Raja H Napitupulu